Hari Jumat kemarin saya bertemu kembali dengan temen-temen lama.Hampir sekitar 2 tahun saya ngga ketemu mereka, karena mungkin sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Mereka ada empat orang yang kesemuanya temen saya sewaktu di smp al-azhar kemandoran.Dan dulu mereka juga temen jalan dan temen disaat jaman jahiliyah.Yap dulu mereka temen ngedrugs bareng, ke club bareng, mabok bareng dsb...
Hari Jumat itu kita memang janjian ketemu karena pengen tau kabarnya masing-masing.Kita ketemu di masjid At Taqwa di Jakarta Selatan supaya bisa sekalian jumatan disana.Kata-kata pertama yang mereka ucapkan ke saya ketika pertama ketemu yaitu "Assalamualaikum".Satu kata yang dulu terasa asing di telinga.Saya ingat terakhir ketemu mereka itu di Bliss, sebuah club di kawasan Gatot Subroto, dan saat itu kata salam sama sekali tidak ada.
Setelah pembukaan yang sedikit mengherankan, kita berlima menuju satu tempat dimana di tempat itu diadakan dialog kajian islam di wisma bhayangkari.Ini pun sebenarnya hal yang sedikit mengherankan, karena yang kami bicarakan selama di perjalanan yaitu tidak lain topiknya adalah tentang islam.Pembicaraan dimulai tentang apa yang sudah mereka lakukan untuk belajar lebih banyak tentang islam, agama yang mereka anut sejak lahir tapi mereka sendiri tidak pernah menggalinya dan baru tertarik untuk menggali lebih dalam ketika mereka sudah hidup selama 24 tahun, sama seperti saya.
Acara kajian islam itu berakhir jam 6, dan setelah itu kita melanjutkan obrolan di nasi goreng bhakti blok s sambil makan malam.Di tempat nasi goreng itu pun yang kami bicarakan tidak lepas dari islam.Topik yang menyangkut fiqih ibadah, aqidah, syariah, ilmu hadist, buku-buku islam sampai tokoh-tokoh islam dibahas tuntas di tempat nasi goreng itu.Otak saya dipaksa memutar balik tentang topik-topik yang biasa kami bicarakan dulu, yang ngga jauh-jauh dari manna house atau bliss, rave party mana yang akan kita datangi dsb....sangat bertolak belakang.
Dan terlihat dari pembicaraan yang kami lakukan, masing-masing teman saya itu punya minat yang berbeda dalam islam.Teman saya yang bernama Oji lebih memilih untuk mendalami ESQ (Emotional Spiritual Quotient) atau semacam pengembangan diri yang sesuai dengan rukun islam.Yang namanya Ade punya minat dalam mempelajari sirah nabawiyah atau kisah-kisah kehidupan para nabi dan sahabat.
Lalu teman saya Obby, punya minat yang sama dengan saya yaitu mempelajari lebih dalam tentang syariah, aqidah dan hadist, bahkan kita berdua ternyata mempunyai kitab-kitab yang sama, yang ditulis oleh Nashirrudin Albani, muhadist abad 20.Ngga heran waktu saya membicarakan tentang hadist bukhari, dia dengan sigap memberikan hadist-hadist yang menjadi favorit dia di kitab hadist bukhari itu.Bahkan kadang-kadang saya dibuat tercengang dengan kefasihannya melafazkan hadist itu dalam bahasa arab !."Subhanallah...apa yang terjadi dengan temen-temen saya ya ?!".Itu yang terucap dalam hati saya begitu kami mulai tenggelam dalam topik pembicaraan yang semakin dalam.Saya sampai ngga enak sendiri karena beberapa pasang mata di tempat nasi goreng itu seringkali melihat ke arah kami berlima karena saking serunya pembicaraan kami...
Waktu sudah semakin malam dan setelah maghrib berjamaah di masjid terdekat, kita ngobrol lagi di tangga masjid.Masing-masing menceritakan tentang perjalanannya mencari Tuhan yang dulu sempat mereka hilangkan, sampai akhirnya mereka menemukan kembali Tuhan mereka yang sebenarnya selalu ada dan sangat dekat, sedekat urat leher mereka itu.
Setelah masing-masing menceritakan pengalamannya, akhirnya kita saling berpamitan.Seperti biasa, kita salam-salaman dan Obby, salah seorang yang paling sensitif diantara kami, menutup pertemuan itu dengan kata-kata "Subhanallah...indah sekali ya kita bisa dipertemukan lagi sama Allah dan dengan suasana yang jauh berbeda, mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah dan tetap menjadi teman di dunia dan akhirat..." lalu airmata Obby mengalir dan membuat kami berlima larut dalam suasana haru...
Sungguh indah....
"...Rabbanaa 'alaika tawakkalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal mashiir" [QS: Al Mumtahanah 4]
Mencoba berbagi hikmah di "Lomba Menulis Tentang Sahabat!"
Hari Jumat itu kita memang janjian ketemu karena pengen tau kabarnya masing-masing.Kita ketemu di masjid At Taqwa di Jakarta Selatan supaya bisa sekalian jumatan disana.Kata-kata pertama yang mereka ucapkan ke saya ketika pertama ketemu yaitu "Assalamualaikum".Satu kata yang dulu terasa asing di telinga.Saya ingat terakhir ketemu mereka itu di Bliss, sebuah club di kawasan Gatot Subroto, dan saat itu kata salam sama sekali tidak ada.
Setelah pembukaan yang sedikit mengherankan, kita berlima menuju satu tempat dimana di tempat itu diadakan dialog kajian islam di wisma bhayangkari.Ini pun sebenarnya hal yang sedikit mengherankan, karena yang kami bicarakan selama di perjalanan yaitu tidak lain topiknya adalah tentang islam.Pembicaraan dimulai tentang apa yang sudah mereka lakukan untuk belajar lebih banyak tentang islam, agama yang mereka anut sejak lahir tapi mereka sendiri tidak pernah menggalinya dan baru tertarik untuk menggali lebih dalam ketika mereka sudah hidup selama 24 tahun, sama seperti saya.
Acara kajian islam itu berakhir jam 6, dan setelah itu kita melanjutkan obrolan di nasi goreng bhakti blok s sambil makan malam.Di tempat nasi goreng itu pun yang kami bicarakan tidak lepas dari islam.Topik yang menyangkut fiqih ibadah, aqidah, syariah, ilmu hadist, buku-buku islam sampai tokoh-tokoh islam dibahas tuntas di tempat nasi goreng itu.Otak saya dipaksa memutar balik tentang topik-topik yang biasa kami bicarakan dulu, yang ngga jauh-jauh dari manna house atau bliss, rave party mana yang akan kita datangi dsb....sangat bertolak belakang.
Dan terlihat dari pembicaraan yang kami lakukan, masing-masing teman saya itu punya minat yang berbeda dalam islam.Teman saya yang bernama Oji lebih memilih untuk mendalami ESQ (Emotional Spiritual Quotient) atau semacam pengembangan diri yang sesuai dengan rukun islam.Yang namanya Ade punya minat dalam mempelajari sirah nabawiyah atau kisah-kisah kehidupan para nabi dan sahabat.
Lalu teman saya Obby, punya minat yang sama dengan saya yaitu mempelajari lebih dalam tentang syariah, aqidah dan hadist, bahkan kita berdua ternyata mempunyai kitab-kitab yang sama, yang ditulis oleh Nashirrudin Albani, muhadist abad 20.Ngga heran waktu saya membicarakan tentang hadist bukhari, dia dengan sigap memberikan hadist-hadist yang menjadi favorit dia di kitab hadist bukhari itu.Bahkan kadang-kadang saya dibuat tercengang dengan kefasihannya melafazkan hadist itu dalam bahasa arab !."Subhanallah...apa yang terjadi dengan temen-temen saya ya ?!".Itu yang terucap dalam hati saya begitu kami mulai tenggelam dalam topik pembicaraan yang semakin dalam.Saya sampai ngga enak sendiri karena beberapa pasang mata di tempat nasi goreng itu seringkali melihat ke arah kami berlima karena saking serunya pembicaraan kami...
Waktu sudah semakin malam dan setelah maghrib berjamaah di masjid terdekat, kita ngobrol lagi di tangga masjid.Masing-masing menceritakan tentang perjalanannya mencari Tuhan yang dulu sempat mereka hilangkan, sampai akhirnya mereka menemukan kembali Tuhan mereka yang sebenarnya selalu ada dan sangat dekat, sedekat urat leher mereka itu.
Setelah masing-masing menceritakan pengalamannya, akhirnya kita saling berpamitan.Seperti biasa, kita salam-salaman dan Obby, salah seorang yang paling sensitif diantara kami, menutup pertemuan itu dengan kata-kata "Subhanallah...indah sekali ya kita bisa dipertemukan lagi sama Allah dan dengan suasana yang jauh berbeda, mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah dan tetap menjadi teman di dunia dan akhirat..." lalu airmata Obby mengalir dan membuat kami berlima larut dalam suasana haru...
Sungguh indah....
"...Rabbanaa 'alaika tawakkalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal mashiir" [QS: Al Mumtahanah 4]
Mencoba berbagi hikmah di "Lomba Menulis Tentang Sahabat!"
Subhanallah. Sungguh indah persahabatan.
ReplyDeleteAmieen...mudah-mudahan tetap istiqamah..
ReplyDeleteSalut selama dua tahun para pemuda bisa berubah drastis...180 derjat.. selamat-selamat..
*jadi ingat adik saya yang juga mirip-mirip jalan hidup para pemuda ini*..))
terharu banget bacanya....
ReplyDeletebetapa indahnya....
kirain Mas Indra udah bangsa 28-an ^_^
ReplyDeletesaya demen dengan apa yang udah di-share kali ini, anak gaul kan tidak berarti harus nongkrong di'tempat gaul' ya...tempat nas-gor juga boleh, mesjid apalagi...boleh sekaleeee....
gang-nya 5-an ya...? NKOTB dong..!! hi hi hi,,,ketauan jadul deh eke...^_^
betul ...ketika bertemu kembali dgn sahabat2 kita, dimana kita dan mereka berubah menjadi semakin baik, terasa sangat indah ....
ReplyDeletesetuju...dan insyaAllah kita pun bisa melalui MP
ReplyDeletehe ?!...am i look that old ? huhuhu :p
ReplyDeleteAmin...ini juga yang selalu saya minta ke "Dia"...thanks mba
ReplyDeletePertama sih kaget dulu karena perubahan itu, tapi setelah itu baru terlihat indahnya...Alhamdulillah...
ReplyDeleteIya mas Dedy, di MP ini saya jadi banyak punya temen yang sering menginspirasikan tulisan dan banyak juga yang jadi teman baik.Thank you all ! :)
ReplyDeleteselamat,,,,jadi nggak terlalu lama berkecimpung dalam kebingungannnya, sekarang tekun mempelajari syariat ya,,?
ReplyDeleteAlhamdulillah,,,
Alhamdulillah, terima kasih atas dukungannya ya
ReplyDeleteAlhamdulillah... seneng banget baca ini, ndra.. sekaligus iri... :-)
ReplyDeleteck..ck..
ReplyDeletengaji bareng ngga? :p
Mudah-mudahan tetap Istiqamah.....dan Insya Allah bisa menjadi inspirasi buat yang lainnya.. termasuk saya yah.... Keep the Good Work dan Mari kita terus belajar...!!!!...*ape siiih....ini pengaruh appraisal akhir tahun...he..he..he...:D
ReplyDeletewaaaah... apa yang terjadi pd mas indra dan teman2 ya???
ReplyDeletesubhanallah. Luar biasa kerja-Nya ya... hikssss
Senangnya membaca ttg 'pemuda cinta mesjid'... Jadi inget Raihan, "Ingat lima perkara, sebelum lima perkara... muda sebelum tua..." Lho, kok nyanyi sih...?
ReplyDeleteHehehe iya ini lagu Raihan yang lama ya. Thanks infonya mba...jadi mau nyari lagi deh :D
ReplyDeletemabuk bareng...?
ReplyDeletewaaa gak nyangka...
brarti kondisi skrg bener2 hidayah-Nya ya... Subhanallah...
betapa berharganya hidayah. Pelihara rapat-rapat, agar tak terbang lagi!
ReplyDeleteIya mba...dulu :)...mohon doanya agar tetap istiqomah
ReplyDeletePasti !
ReplyDeleteSemoga Allah senantiasa menjaga 'ikatan' ini,
ReplyDeletedan tentu tetap di jalanNya.
Subhanallah....
ReplyDeleteSampe skarang masih tetep kontak me mereka, dek?
Alhamdulillah masih mba, tapi memang ngga seintens dulu karena masing2 udah berkeluarga dan punya kesibukan masing2 :). Paling kita kontak2 lwt facebook atau telepon
ReplyDeletemampir lageee.. penjuriaaannnn ^_^
ReplyDeleteSubhaanallooh...
ReplyDeleteMas Indra, mau numpang nanya (ato punten ditanyakan ke orang yg tau...)
ReplyDeleteMaaf ya, bukan mau menjatuhkan ataupun menyalahkan orang lain, tetapi seperti di postingan saya , saya masih penasaran dengan pemakaian Subhanallah: apakah bisa untuk kekaguman pada orang atau sesuatu, atau hanya untuk hal2 yang menunjukkan kebesaran Allah (keindahan alam misalnya, atau menyadari betapa luasnya alam semesta, atau melihat awan dg bentuk tertentu, pokoknya spt itu). Kalau yg saya pernah saya dapat, utk apresiasi atau kagum pada prestasi manusia, kebaikannya dsb, yg dipakai MasyaAllah...
Mas Indra, numpang tanya (ato punten ditanyakan ke orang yang tahu)...
ReplyDeleteIni bukan mau menyalahkan atau menjatuhkan orang lain, tapi spt di postingan saya, saya masih penasaran dengan pemakaian 'Subhanallah': apakah itu untuk hal2 yg menunjukkan kebesaran Allah saja (misalnya menyadari keluasan alam semesta, melihat keindahan/kemegahan alam dsb), atau bisa untuk kekaguman/apresiasi thd sesama manusia. Dari yang pernah saya dapet (pernah kita bahas dulu, inget gak Mas?), untuk yg kedua itu yg dipake adalah MasyaAllah. Mohon dikonfirmasi ya Mas. Jazakallahu khayr sebelumnya...
Kalau dalam konteks cerita saya ini, saya takjub dengan kekuasaan Allah yang dengan mudahnya merubah hati seseorang dari jahat menjadi baik. Ini selaras dgn hadits :
ReplyDelete"Allahumma ya musharrifal qulub sharrif qulubana ala tha’atika"
Wahai Dzat yang Maha Memalingkan hati, palingkanlah hatiku untuk senantiasa mematuhi-Mu [HR. Muslim 2654, Ahmad 6533]
Karena kekuasaan-Nya yang Maha Memalingkan hati itulah maka saya spontan mengucap Subhanallah...Bukan karena kekaguman thdp orangnya
touching! Itulah keajaiban persahabatan, i thought.
ReplyDeleteYap u got that right bro and the wonderful thing that hidayah can do...beautiful isn't :)
ReplyDeletebeautiful...
ReplyDeletepaling sedih kalo yang terjadi adalah kebalikannya ya...