Rating: | ★★★★ |
Category: | Other |
Habiburrahman el-shirazy
Penulis novel Ayat-Ayat Cinta (AAC)
Saya ingin menyampaikan islam yang indah. Sebuah novel pembangun jiwa. Sebuah cerita tentang romantisme pria dan wanita. Sebuah cerita berlatarbelakang mahasiswa Indonesia yang sedang nyantri di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Sebuah kisah yang sarat nilai-nilai Islam, bukan romantisme cengeng ala novel percintaan umumnya. Novel ini cukup menyita perhatian publik pecinta cerita-cerita Islami. Menjadi perbicangan dari mulut ke mulut.
Yup! Ayat-Ayat Cinta! Untuk itulah, eL-Ka kali ini mewawancarai man behind the pen dari novel AAC tersebut. Sebenarnya sudah lama eL-Ka ingin mewawancarai sosok satu ini, sejak novelnya booming di pasaran. Tapi takdir baru mempertemukan eL-Ka dengan Kang Abik, panggilan akrab Habiburrahman eL-Shirazy, penulis novel AAC pada edisi ini. Berikut perbincangannya:
Apa filosofi Kang Abik (panggilan Habiburrahman) dalam menjalani hidup?
Dalam menjalani hidup ini, saya ingin seperti air. Mengalir dengan alami. Terus mengalir tidak berhenti. Meski dibendung terus berusaha menerobos. Terus maju. Di mana pun air berada selalu berusaha menjadi salah satu unsur lahirnya tunas kehidupan baru. Selalu membersihkan. Sifat dasar air adalah menyucikan yang kotor. Air senantiasa memberikan manfaat pada siapa saja. Air termasuk benda di alam semesta ini yang selalu taat dan patuh mengikuti aturan hukum Allah SWT.
Siapa saja orang yang sangat berperan dalam kehidupan Kang Abik sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini?
Jelas yang pertama adalah kedua orang tua. Merekalah orang yang pertama kali mengenalkan saya dengan Tuhan. Mereka juga yang pertama mengenalkan saya dengan Nabi dan ajarannya. Mereka yang pertama memasukkan program software akhlak yang mulia dalam lembaran jiwa. Ibu saya bahkan orang yang pertama kali mengajarkan saya membaca al-Qur’an. Saya belajar alif ba ta dan mengeja al-Qur’an pertama kali dari Ibu saya tercinta. Baru setelah itu para guru yang mendidik saya, mulai dari guru SD, guru madrasah sore, semua guru di pesantran bahkan para guru besar di Universitas al-Azhar.
Adapun yang cukup berperan melejitkan kemampuan saya dalam dunia tulis menulis, harus saya akui, selain para guru yang mengajarkan tulis baca ketika di SD adalah para penulis senior dunia islam dan tanah air tercinta. Saya pernah belajar menulis pada Dr.Daud Rasyid saat awal-awal tiba di Mesir. Mungkin dia sudah lupa. Saya juga belajar secara tidak langsung cara melukiskan suasana hati dan memilih bahasa yang indah dalam sebuah tulisan pada Dr Muhammad Said Ramadhan al-Buthi lewat karya-karyanya, terutama novel beliau Mamo Zein dan karya terkenal beliau Fiqhus Sirah. Saya juga belajar memilih kalimat yang sederhana, lugas, dan mudah dipahami siapa saja pada Dr Yusuf al-Qaradhawi lewat karya-karyanya. Di antara buku yang saya sukai adalah ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal Jumud Wat Tatharruf ,juga karya drama beliau yang menggetarkan, Al-‘Alim wath Thahiyyah.” Karya beliau ini bahkan pernah saya terjemahkan dan saya pentaskan di airo dalam pertunjukan drama dengan judul “Sang Kyai dan Sang Durjana.”
Tidak bisa saya ingkari saya juga berguru pada Pak Ahmadun Yosi Herfanda. Saya belajar darinya cara menuliskan misi dengan tidak menggurui. Saya harus banyak berterimakasih pada Mbak Helvy Tiana Rosa. Dia termasuk penulis senior yang membengkeli karya saya, bahkan dia pula yang pertama kali mengekpos cerpen saya di tanah air lewat majalah yang dia pimpredi saat itu yaitu ANNIDA. Saya dikuatkan dalam bidang tulis menulis oleh semua teman yang bergabung di Forum Lingkar Pena atau FLP. Sebuah forum komunitas penulis muda terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di dunia saat ini. Kepada mereka semua, juga kepada banyak orang yang belum tersebut di sini,saya banyak berutang ilmu dan lain sebagainya, saya sampaikan jazakumullah khairan.
Gimana perasaan Kang Abik saat mengetahui novel AAC begitu booming dan populer di masyarakat, khususnya di kalangan anak muda?
Senang, bahagia, dan semakin merasakan betapa besar kasih sayang Allah SWT. Saya bersyukur bahwa karya saya diapresiasi oleh masyarakat. Ini nikmat yang agung dari Allah dan ini menjadi pendorong saya untuk terus berkarya yang lebih baik. Mohon doanya ya.
Yang melatarbelakangi penulisan AAC?
Keinginan untuk ikut bersaham membentuk carácter building generasi muda bangsa ini, juga keinginan untuk menyampaikan keindahan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Itulah yang melatarbelakangi penulisan novel AAC.
Berapa lama proses penggarapan novel AAC dan apakah ada pengalaman-pengalaman menarik selama pembuatan novel tersebut?
Saya tulis siang malam dalam waktu kurang lebih satu bulan. Saya mulai menulis awal September 2003 dan selesai awal Oktober 2003. Baru kemudian dimuat bersambung oleh Republika mulai April 2004. Diterbitkan dalam bentuk buku Desember 2004.
Pengalaman yang mungkin menarik selama menulis novel Ayat Ayat Cinta adalah saya sering menangis sendiri saat menulis. Saya larut dan terharu dalam banyak tempat dan kejadian yang ada di AAC.
Novel AAC begitu menyentuh, apakah ini mewakili kisah pribadi Kang Abik?
Tidak sepenuhnya, meskipun ada beberapa pengalaman selama belajar di Kairo yang hadir dalam novel AAC seperti talaqqi al-Qur’an, pergi kuliah naik Metro, minum ashir ashab dan ashir mangga di musim panas, berdebat dengan orang Mesir, juga bertemu dengan mahasiswa dari Turki.
Sebagai penulis, apa visi dan misi Kang Abik dalam menjalani profesi ini?
Beribadah dan ikut bersaham dalam menyampaikan risalah Islam yang indah, menyejukkan dan penuh rahmah.
Apa obsesi Kang Abik ke depan?
Menulis karya-karya yang dicatat sejarah sebagai karya yang turut berpengaruh memperbaiki peradaban manusia. Mohon doanya.
Aktivitas Kang Abik saat ini?
Saat ini aktivitas harian saya mengajar di kampus, ikut serta mengisi pengajian rutin di masjid dekat saya tinggal saat ini, memenuhi undangan mengisi pengajian, diskusi dan bedah buku, juga menulis. Saat ini saya juga aktif di Forum Lingkar Pena. Juga, sedang ikut menata Pesantren Karya dan Wirausaha Basmala di Semarang.
Artawijaya (sabili.co.id)
Foto Kang Abik taken from here (Terima kasih ya)