Saturday, June 11, 2005

Ringkasan Dasar Pengenalan Ilmu Hadist

Rating:★★★★
Category:Other
KATA PENGANTAR

Ringkasan dasar-dasar pengenalan ilmu hadits ini adalah merupakan salinan ringkas dari kajian Ustadz Abu Ihsan Al-atsary di Tokyo. Semoga ringkasan ini bermanfaat bagi kaum muslimin sebagai sentuhan awal dalam mempelajari dan mencintai warisan berharga dari Rasulullah shollollahu’alaihiwasallam yaitu ilmu Hadits.

Hadits adalah pensyarah yang menjelaskan kemujmalan (keglobalan) Al-qur’an. Misalnya di dalam Al-qur’an ada perintah untuk mengerjakan sholat, akan tetapi di dalamnya tidak dijelaskan bagaimana cara mengerjakan sholat. Semua hukum-hukum yang berkaitan dengan sholat seperti waktu sholat, rukun-rukun sholat, gerakan-gerakan sholat, pembatal-pembatal sholat, dan hukum-hukum lainnya dapat kita temukan penjelasannya di dalam Hadits Rasulullah shollollahu’alaihiwasallam.

Materi di dalam tulisan ini hanya memfokuskan pembahasan pada istilah-istilah dalam ilmu Hadits. Dengan mengetahui istilah-istilah tersebut semoga dapat membantu kaum muslimin yang awam dalam ilmu Hadits memahami buku-buku karangan para ahlul ilm (ulama). Ilmu Hadits adalah ilmu yang sangat luas dan ilmiah. Oleh karena itu, tidak cukup dengan hanya mengetahui istilah-istilahnya, akan tetapi jika ingin mendalami ilmu ini, seorang tholabul ilm (penuntut ilmu agama) hendaknya membekali dengan ilmu-ilmu ushul terlebih dahulu, seperti bahasa arab (nahwu, shorof, dan balaghoh), Tauhid, Mustholahul Hadits, ushul tafsir, dan ushul fiqh.

Semoga tulisan ringkas ini memotivasi kita semua untuk menekuni ilmu agama yang merupakan kewajiban bagi kaum muslimin. Sehingga kita tidak berbicara mengenai masalah agama ini dengan kebodohan, karena sering kali saya temukan berapa banyak orang-orang bodoh yang berbicara ngawur tentang permasalahan agama tanpa dilandasi dengan ilmu dan pemahaman yang benar. Orang-orang bodoh tersebut dengan sombongnya berpendapat begini dan begitu tentang agama serta menolak kebenaran yang datang dengan hujjah (argumentasi) kepada mereka. Ketahuilah bahwa agama ini diturunkan dengan wahyu dari Robbul ‘alamin Allah subhanahuwata’ala, dan kita beragama juga dilandasi dengan wahyu (Al-qur’an dan Sunnah), sehingga kita wajib mendahulukan wahyu dibandingkan dengan akal dalam membahas masalah-masalah keagamaan.

PENDAHULUAN

1) Pada awalnya Rasulullah shollollahu’alaihiwasallam melarang para sahabat menuliskan Hadits, karena dikhawatirkan akan bercampur-baur penulisannya dengan Al-qur’an.

2) Perintah untuk menuliskan Hadits yang pertama kali adalah oleh khalifah Umar bin abdul aziz. Beliau menulis surat kepada gubernurnya di Madinah yaitu Abu bakar bin Muhammad bin amr hazm al-alsory untuk membukukan Hadits.

3) Ulama yang pertama kali mengumpulkan Hadits adalah Ar-robi bin sobiy dan Said bin abi arobah, akan tetapi pengumpulan Hadits tersebut masih acak (tercampur antara yang sohih dengan, dhoif, dan perkataan para sahabat.

4) Pada kurun ke-2 imam Malik menulis kitab Al-muwatho di Madinah, di Makkah Hadits dikumpulkan oleh Abu muhammad abdul malik bin ibnu juraiz, di Syam oleh imam Al-auza i, di Kuffah oleh Sufyan at-tsauri, di Basroh oleh Hammad bin salamah.

5) Pada awal abad ke-3 hijriyah mulai dikarang kitab-kitab musnad (seperti musnad Na’im ibnu hammad).

6) Pada pertengahan abad ke-3 hijriyah mulai dikarang kitab shohih Bukhori dan Muslim.

PEMBAHASAN

Ilmu Hadits :
ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak.

Hadits :
Apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah shollollahu’alaihiwasallam, berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat (lahiriyah dan batiniyah).

Sanad :
Mata rantai perawi yang menghubungkannya ke matan.

Matan :
Perkataan-perkataan yang dinukil sampai ke akhir sanad.

PEMBAGIAN HADITS

Dilihat dari konsekuensi hukumnya :

1) Hadits Maqbul (diterima) : terdiri dari Hadits sohih dan Hadits Hasan
2) Hadits Mardud (ditolak) : yaitu Hadits dhoif

Penjelasan :

HADITS SOHIH :

Yaitu Hadits yang memenuhi 5 syarat berikut ini :

1. Sanadnya bersambung (telah mendengar/bertemu antara para perawi).
2. Melalui penukilan dari perawi-perawi yang adil.

Perawi yang adil adalah perawi yang muslim, baligh (dapat memahami perkataan dan menjawab pertanyaan), berakal, terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan rusaknya kehormatan (contoh-contoh kefasikan dan rusaknya kehormatan adalah seperti melakukan kemaksiatan dan bid’ah, termasuk diantaranya merokok, mencukur jenggot, dan bermain musik).

3. Tsiqoh (yaitu hapalannya kuat).
4. Tidak ada syadz
(syadz adalah seorang perawi yang tsiqoh menyelisihi perawi yang lebih tsiqoh darinya.
5. Tidak ada illat atau kecacatan dalam Hadits

Hukum Hadits sohih : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

HADITS HASAN :

Yaitu Hadits yang apabila perawi-perawinya yang hanya sampai pada tingkatan soduq (tingkatannya berada dibawah tsiqoh).

Soduq : tingkat kesalahannya 50: 50 atau di bawah 60% tingkat ke tsiqoan-nya.

Soduq bisa terjadi pada seorang perawi atau keseluruhan perawi pada rantai sanad.

Para ulama dahulu meneliti tingkat ketsiqo-an seorang perawi adalah dengan memberikan ujian, yaitu disuruh membawakan 100 hadits berikut sanad-sanadnya. Jika sang perawi mampu menyebutkan lebih dari 60 hadits (60%) dengan benar maka sang perawi dianggap tsiqoh.

Hukum Hadits Hasan : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

HADITS HASAN SHOHIH

Penyebutan istilah Hadits hasan shohih sering disebutkan oleh imam Thirmidzi. Hadits hasan shohih dapat dimaknai dengan 2 pengertian :

- Imam Thirmidzi mengatakannya karena Hadits tersebut memiliki 2 rantai sanad/lebih. Sebagian sanad hasan dan sebagian lainnya shohih, maka jadilah dia Hadits hasan shohih.

- Jika hanya ada 1 sanad, Hadits tersebut hasan menurut sebagian ulama dan shohih oleh ulama yang lainnya.

HADITS MUTTAFAQQUN ‘ALAIHI

Yaitu Hadits yang sepakat dikeluarkan oleh imam Bukhori dan imam Muslim pada kitab shohih mereka masing-masing.

TINGKATAN HADITS SHOHIH

- Hadits muttafaqqun ‘alaihi
- Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Bukhori saja
- Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Muslim saja
- Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim, serta tidak dicantumkan pada kitab-kitab shohih mereka.
- Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori
- Hadits yang sesuai dengan syarat Muslim
- Hadits yang tidak sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim

Syarat Bukhori dan Muslim : perawi-perawi yang dipakai adalah perawi-perawi Bukhori dan Muslim dalam shohih mereka.

HADITS DHOIF

Hadits yang tidak memenuhi salah satu/lebih syarat Hadits shohih dan Hasan.

Hukum Hadits dhoif : tidak dapat diamalkan dan tidak boleh meriwayatkan Hadits dhoif kecuali dengan menyebutkan kedudukan Hadits tersebut.Hadits dhaif berbeda dengan hadits palsu atau hadits maudhu`. Hadits dhaif itu masih punya sanad kepada Rasulullah SAW, namun di beberapa rawi ada dha`f atau kelemahan. Kelemahan ini tidak terkait dengan pemalsuan hadits, tetapi lebih kepada sifat yang dimiliki seorang rawi dalam masalah dhabit atau al-`adalah. Mungkin sudah sering lupa atau ada akhlaqnya yang kurang etis di tengah masyarakatnya. Sama sekali tidak ada kaitan dengan upaya memalsukan atau mengarang hadits.

Yang harus dibuang jauh-jauh adalah hadits maudhu`, hadits mungkar atau matruk. Dimana hadits itu sama sekali memang tidak punya sanad sama sekali kepada Rasulullah SAW. Wlau yang paling lemah sekalipun. Inilah yang harus dibuang jauh-jauh. Sedangkan kalau baru dha`if, tentu masih ada jalur sanadnya meski tidak kuat. Maka istilah yang digunakan adalah dha`if atau lemah. Meski lemah tapi masih ada jalur sanadnya.

Karena itulah para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits dha`if, dimana sebagian membolehkan untuk fadha`ilul a`mal. Dan sebagian lagi memang tidak menerimanya. Namun menurut iman An-Nawawi dalam mukaddimahnya, bolehnya menggunakan hadits-hadits dhaif dalam fadailulamal sudah merupakan kesepakatan para ulama.

*Untuk tahap lanjut tentang ilmu hadist, silahkan merujuk pada kitab "Mushthalahul Hadits"

9 comments:

  1. Ndra, bisa gak dikasih contoh hadist dhoif sama hadist shohih
    dan bagaimana ngebadainnya.. kadang kan kita gak tau dan main percaya gitu aja...

    thanks in advance utk jawabannya

    ReplyDelete
  2. Hadist Dhaif :

    "Hendaklah kalian bersedih, karena bersedih adalah kunci hati.Para sahabat bertanya. 'Bagaimanakah bersedih yang dimaksud wahai Rasulullah ? Beliau menjawab, 'Biasakanlah kalian berlapar-lapar dan haus"

    Hadist ini ada di dalam kitab silsilah hadist dhaif dan maudhu yang ditulis oleh Nashiruddin Al Albani jilid ke 3 hadist no.1468 halaman 925.Disitu dikatakan dhaif karena salah satu sanad atau pembawa hadist yang menghubungkan ke matan, ada yang tidak dikenal riwayatnya yaitu Jabrun dan al-Hufri yang sangat menyenangi meriwayatkan hadist-hadist mengenai lapar.Al Albani berkata "Barangkali dia termasuk kalangan sufi (penganut tasawuf) yang biasa mengharamkan bagi dirinya hal-hal yang dihalalkan atau dimubahkan oleh Allah SWT.

    Hadist Shohih :

    Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Demi dzat yang jiwaku berad di tangan-Nya, tidaklah sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya."

    Untuk supaya tahu hadist itu shohih atau ngganya, ngga bisa dengan menafsirkan sesuai akal dan perasaan.Walaupun isi dari hadist itu baik atau bahkan sangat baik, tapi kalau di salah satu sanadnya ada cacat maka hadist itu tertolak.Dan juga harus dipelajari dulu mulai asbabun nuzul hadistnya (sebab2 turunnya hadist) seperti misalnya lewat kitab "Fathul Baari" sebanyak 13 buku, setelah itu mempelajari riwayat2 para sanad untuk mengetahui apakah mereka bersih dari sifat2 yang udah disebutin di atas tadi....

    Nah berhubung rada ribet untuk kita tau mana yg dhaif dan mana yang shohih dengan memakai cara yang diatas, dibuatlah kitab "Ringkasan Shahih Bukhari" atau "Ringkasan Shahih Muslim" sama Sheikh Nashiruddin Al Albani, atau kalau mau lebih tau hadist2 dhaif itu yang kaya gimana aja, bisa juga liat di kitab beliau, "Silsilah Hadist Dhaif dan Maudhu".Kitab ini ada 4 buku yang setiap bukunya ada sekitar 1000an hadist dhaif dan maudhu....pusying mbacanya bu...euheuheu

    *Untuk yang lebih mengusai ilmu hadist, mohon saya dibimbing kalau ada kesalahan :)

    ReplyDelete
  3. Trims ya infonya..
    saya belum baca, kebetulan bisa di print.. nanti dibaca di rumah dulu..

    ReplyDelete
  4. ya benar, " Ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan "

    ReplyDelete
  5. Seorang teman saya lagi tertarik dengan "aliran" yang menerima hanya Al-Qur'an dan menolak hadist sebagai pegangan dalam menjalankan Islam (dengan sendirinya, mereka tidak lagi memandang perlu pelaksanaan shalat, zakat, haji, dll). Bagaimana ya caranya meluruskan teman saya itu?

    ReplyDelete
  6. Sepanjang yang saya baca di artikel ini, aliran yang dimaksud adalah Inkar Sunnah.Silahkan baca lebih lanjut detailnya disitu.Tentang masalah teman anda, Insya Allah jawabannya ada disini atau disini...

    ReplyDelete
  7. Ada tambahan sedikit :

    Buat kita orang-orang yang awam dengan ulumul hadits, tentu untuk mengetahui derajat suatu hadits bisa dengan bertanya kepada para ulama ahli hadits. Sebab merekalah yang punya kemampuan dan kapasitas dalam melakukan penelusuran sanad dan perawi suatu hadits serta menentukan derajatnya.

    Setiap hadits itu harus ada alur sanadnya dari perawi terakhir hingga kepada Rasulullah SAW. Para perawi hadits itu menerima hadits secara berjenjang, dari perawi di atasnya yang pertama sampai kepada yang perawi yang ke sekian hingga kepada Rasulullah SAW.

    Seorang ahli hadits akan melakukan penelusuran jalur periwayatan setiap hadits ini satu per satu, termasuk riwayat hidup para perawi itu pada semua level / tabaqathnya. Kalau ada cacat pada dirinya, baik dari sisi dhabit (hafalan) maupun `adalah-nya (sifat kepribadiannya), maka akan berpengaruh besar kepada nilai derajat hadits yang diriwayatkannya.

    Sebuah hadits yang selamat dari semua cacat pada semua jalur perawinya hingga ke Rasulullah SAW, dimana semua perawi itu lolos verifikasi dan dinyatakan sebagai perawi yang tisqah, maka hadits itu dikatakan sehat, atau istilah populernya shahih. Sedikit derajat di bawahnya disebut hadits hasan atau baik. Namun bila ada diantara perawinya yang punya cacat atau kelemahan, maka hadits yang sampai kepada kita melalui jalurnya akan dikatakan lemah atau dha`if.

    Para ulama mengatakan bila sebuah hadits lemah dari sisi periwayatannya namun masih tersambung kepada Rasulullah SAW, masih bisa dijadikan dalil untuk bidang fadhailul a`mal, atau keutamaan amal ibadah.

    Sedangkan bila sebuah hadits terputus periwayatannya dan tidak sampai jalurnya kepada Rasulullah SAW, maka hadits ini dikatakan putus atau munqathi`. Dan bisa saja hadits yang semacam ini memang sama sekali bukan dari Rasulullah SAW, sehingga bisa dikatakan hadits palsu atau maudhu`. Jenis hadits yang seperti ini sama sekali tidak boleh dijadikan dasar hukum dalam Islam.

    Untuk mengetahui apakah sebuah hadits itu termasuk shohih atau tidak, bisa dilihat dalam kitab susunan Imam Al-Bukhari yaitu shahih Bukhari atau Imam Muslim yaitu shahih muslim. Untuk hadits-hadits dhaif juga bisa dilihat pada kitab-kitab khusus yang disusun untuk membuat daftar hadits dhaif.

    Di masa sekarang ini, para ulama yang berkonsentrasi di bidang hadits banyak yang menuliskannya, seperti karya-karya Syaikh Nashiruddin Al-Albani. Diantaranya kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah yang berjumlah 11 jilid.
    source

    ReplyDelete
  8. Jazakallah atas bantuannya. (btw artikel yang diberikan link-nya (review no. 3) ngga bisa saya baca, mungkin di-set supaya pembacanya terbatas)

    ReplyDelete
  9. keren!!!! thx ya kak Indra eh kak Yogi ... :)

    ReplyDelete