Tuesday, December 22, 2009

Apa yang anda ketahui tentang Zionisme ?




Sebuah dokumenter singkat tentang realitas sebagian umat Islam di Indonesia yang belum mengetahui secara jelas tentang apakah yang dimaksud dengan Zionisme.

Video ini juga sekaligus ajakan untuk menghadiri Kongres Zionisme Internasional yang akan diadakan di Jakarta tanggal 26 Desember 2009.


Cameraman :
- Rengga Adhiwena Bintoro
- Sumarno Al Fath
Editing :
- Indra Yogiswara
Kamera (pinjeman) :
- Boyke Muslimin

Friday, December 4, 2009

Nasehat terakhir dari seorang sahabat

Baru saja saya membuka lagi account friendster yang telah lama terbengkalai. Sambil iseng saya buka-buka lagi kolom testimonial dari teman-teman di friendster dari awal. Saya terus membuka tiap halaman testimonial sampai akhirnya berhenti di salah satu testimonial dari Dicky, seorang sahabat yang sekaligus menjadi role model saya. Begini bunyi testimonialnya :

"Assalamu'alaikum.

SubhanAllah, kalo mengingat bagaimana persahabatan ana dengan akh Indra ini terjalin, sepertinya banyak sekali kenangan yang sangat sulit untuk dituliskan. Mengapa? karena kita telah merasakan "jalan" yang sama dalam menggapai kesejukan embun-embun dien al-Islam.

Ternyata, dari seribu jalan yang telah kita lalui, fisabilillah-lah yang paling memberikan ketenangan jiwa. Ternyata dari seribu melodi yang telah kita dengar, kemerduan tilawatil Qur'an-lah yang menjadi obat jiwa kami yang paling mujarab. Dan ternyata, di dalam jalan inilah kami menemukan keindahan untuk meniti dan belajar, belajar untuk menjadi jundi Allah yang selalu merindukan jannahNYA.

Janganlah pernah lekang akhi. Janganlah lupakan, bahwa akan ada jannah yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Jangan pernah surut akhi, karena Allah-lah tujuan kita. Janganlah lupa akhi, bahwa dunia menjadi ujian bagi jundi-jundiNYA. Selalulah berharap akhi, agar kita dapat dibariskan di barisan syuhadaNYA."

Sebuah motivasi dan doa yang membuat saya takjub dari seorang sahabat yang telah mendahului saya menuju Rabbnya. Kira-kira sebulan tepatnya tanggal 23 Agustus 2006 setelah Dicky menulis testimonial itu, Allah memanggilnya untuk pulang. Dicky meninggal  dalam tidurnya setelah pulang sholat Shubuh di masjid. Bahkan menurut kakaknya, Dicky pun saat itu sedang shaum sunnah. Subhanallah...

Ya Rabb betapa indah panggilan-Mu untuknya. Sungguh setelah mengetahui saat meninggalnya Dicky, semuanya merasa ikhlas dan bahkan beberapa ada 'iri' sambil berharap mereka pun suatu hari nanti dipanggil pulang dalam keadaan yang sama. Begitu juga saya.

Jazakallah khair ya akhi atas segala kisah indah yang kau bagi bersama kami di dunia yang fana ini. Semoga kami yang masih di dunia bisa mengambil ibrah dari kepergianmu. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu....



Bunuh diri, tertipu dua kali

Seorang Muslim yang bunuh diri itu sesungguhnya tertipu dua kali. Yang pertama, mereka mengira bahwa masalah yang mereka hadapi didunia itu akan berlangsung selamanya tanpa ada jalan keluarnya. Mereka lupa bahwa Yang Maha Mulia pernah berfirman Fa Inna ma’al usri yusro, inna ma’al usri yusro, karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan...".

"Tidakkah kau lihat bahwa karunia Rabb-mu tiada terhitung
baik yang baru maupun yang lama ?
Tak usah bersedih, sebab tidak ada sesuatu yang selalu ada
dan kesedihanmu itu juga takkan abadi
Semoga Allah melihatmu setelah ini dengan pandangan yang penuh rahmat" [La Tahzan, Aidh Al Qorni]

Yang kedua, mereka pun tertipu bahwa dengan membunuh dirinya maka segala permasalahan akan selesai. Tidak kah terpikir oleh mereka sedikit pun bahwa bunuh diri adalah tindakan yang dibenci oleh Yang Maha Mencipta ? Bahkan seseorang yang dulu ikut berjihad bersama Rasulullah pun ada yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai penghuni Neraka. Lalu para sahabat yang lain pun berargumen :

"Wahai Rasulullah, Orang yang tadi Anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani, dan sekarang dia tewas".

Nabi Saw. pun bersabda: "Dia ke neraka".

Hampir saja sebagian muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia tidak tewas dalam peperangan, tetapi terluka parah dan pada malam hari orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri.." [HR. Bukhari & Muslim]

Dan kisah ini dikuatkan lagi dengan riwayat ini. "Sebelum kamu, pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil mengambil sebilah pisau dan di potongnya tangannya, darahnya terus mengalir sehingga dia mati. Maka berkatalah Allah: hambaKu ini mau mendahulukan dirinya dari (takdir) Ku. Oleh karena itu Kuharamkan sorga atasnya."[HR. Bukhari]

Saat itu terjadi maka penyesalan menjadi hal yang sia-sia....

Ya Rabb, jangan Engkau jadikan kami termasuk sebagai kaum yang mendzolimi diri sendiri....

Wednesday, October 28, 2009

Seri Kajian "Wahabi"




Istilah Wahabi mendadak terkenal. Tanpa ada angin dan hujan, tiba-tiba dikaitkan dengan teror bom. Uniknya, yang meluncurkan istilah "Wahabi" bukan orang yang selama ini dikenal intens ada sangkut-pautnya dengan Islam.

Kajian ini akan membahas tentang "Sejarah Gerakan dan Pemikiran Wahabi" yg akan diisi oleh Ust. Asep Sobari, Lc, lulusan Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponogoro dan Univ. Islam Madinah, tempat pemikiran Muhammad Syeikh Abdullah bin Wahab berkembang.

Seri 1 ini membahas tentang istilah "Wahabi" total kajian ada 5 seri yang bisa di download sini :

Seri 1 Kajian Wahabi - Asal usul istilah Wahabi

Seri 2 Kajian Wahabi - Biografi Muhammad bin Abdul Wahab

Seri 3 Kajian Wahabi - Tentang Najd dan Dakwah Wahabi disana

Seri 4 Kajian Wahabi - Tentang Ijtihad Muhammad bin Abdul Wahab

Seri 5 Kajian Wahabi - Tentang Takfir atau Pengkafiran


Semoga bermanfaat

Tuesday, October 20, 2009

"Inna lillahi wa inna iIaihi roji'uun"......Dengan ekspresi sedih, kata-kata itulah yang meluncur dari bibir Umar bin Abdul Aziz sesaat beliau dibaiat menjadi khalifah. Adakah yang mengucapkan hal yang sama ketika pejabat kita dilantik....

Ketika mendapat jabatan

Rating:★★★★★
Category:Other
Umar Bin Abdul Aziz adalah seorang Tabiin terhormat. Dia mendapat gelar Khalifah Rasyid yang ke lima karena memerintah sesuai dengan sistem Khulafaur Rasyidin. Dia naik tahta setelah Sulaiman bin Abdul Malik. Muhammad bin Ali bin Husain mengatakan tentang dirinya, “Kalian tahu bahwa setiap kaum memiliki orang yang yang menonjol? Yang menonjol dari Bani Umaiyah adalah Umar bin Abdul Aziz. Saat dibangkitkan di hari kiamat kelak, merupakan satu kelompok tersendiri.”

Menuntut ilmu
Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu pada saat usia masih kecil. Walapun begitu dia sudah bergaul dengan para pemuka ahli fikih dan ulama. Pada masa itu juga pernah menjabat gubernur Madinah sebentar.

Dibaiat menjadi khalifah
Dia dibaiat menjadi khalifah setelah wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik, sedang dia tidak menyukainya. Oleh karena itu dia mengumpulkan orang-orang di mesjid untuk salat berjamaah lalu berpidato. Setelah menyampaikan pujian kepada Alloh dan bersalawat kepada Nabi, dalam pidatonya dia mengatakan,

"Wahai manusia! Saya telah diuji untuk mengemban tugas ini tanpa dimintai pendapat, permintaan dari saya, atau musyawarah kaum Muslimin. Maka sekarang ini saya membatalkan baiat yang kalian berikan kepada diri saya dan untuk selanjutnya pilihlah khalifah yang kalian suka!"

Tetapi orang-orang yang hadir dengan serempak mengatakan, "Kami telah memilih engkau wahai Amirul Mukminin. Perintahlah kami dengan kebahagiaan dan keberkatan!"

Setelah itu dia lalu menyuruh semua orang untuk bertakwa, untuk tidak menyukai dunia dan menyukai akhirat, kemudian berkata,

"Wahai manusia! Barang siapa menaati Allah, wajib ditaati, siapa yang mendurhakai-Nya tidak boleh ditaati oleh seorangpun. Wahai manusia! Taatilah saya selama saya menaati Alloh dalam memerintamu dan jika saya mendurhakai-Nya tidak ada seorangpun yang boleh mentaati saya." Lalu dia turun dari mimbar.

Percakapan antara dia dengan putranya setelah menjadi khalifah
Sesampainya di rumah, Umar pergi ke tempat tidur untuk istirahat. Tetapi belum sempat membaringkan badannya, putranya, Abdul Malik datang menghampirinya. Ketika itu berumur 17 tahun. Dia mengatakan,

“Apa yang hendak engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?”

“Oh putraku, aku hendak istirahat sebentar, dalam tubuhku tidak ada kekuatan lagi.” jawab Umar.

Abdul Malik berkata lagi, “Apakah engkau istirahat sebelum mengembalikan hak yang dirampas dengan jalan curang kepada yang punya?”

Umar menjawab, “Putraku, tadi malam saya bergadang untuk mengurus pamanmu, Sulaiman dan nanti waktu Zuhur saya akan salat bersama orang-orang dan insya Allah akan mengembalikan hak-hak yang diambil secara curang itu kepada yang punya.”

Abdul Malik berkata lagi, “Siapa yang bisa menjamin dirimu akan hidup sampai Zuhur wahai Amirul Mukminin?”

Serta merta Umar berdiri, lalu mencium dan merangkul anaknya, serta mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang rusukku seseorang yang menolongku dalam beragama.”

Seketika itu juga dia memerintahkan untuk menyeru semua orang, bahwa barang siapa pernah dicurangi oranglain, agar melapor. Umar pun mengembalikan hak-hak yang dirampas dengan curang itu kepada yang punya.

Keadilannya
Umar pernah mengumpulkan sekolompok ahli fikih dan ulama dan mengatakan, “Saya mengumpulkan tuan-tuan ini untuk meminta pendapat mengenai hasil tindak curang yang berada pada keluargaku.” Mereka mengatakan, “Itu semua terjadi sebelum masa pemerintahanmu. Maka dosanya berada pada yang merampasnya.”

Umar tidak puas dengan pendapat itu dan mengambil pendapat kelompok lain, di dalamnya termasuk putranya Abdul Malik yang mengatakan kepadanya, “Saya berpendapat, hasil-hasil itu harus dikembalikan kepada yang berhak, selama engkau mengetahuinya. Jika tidak dikembalikan engkau telah menjadi patner mereka yang merampasnya dengan curang.” Mendengar itu Umar puas dan langsung berdiri untuk mengembalikan hasil-hasil tindak kecurangan itu.

Masa pemerintahannya hanya berlangsung sebentar. Hanya dua tahun setengah. Dia menemui Allah SWT dalam keadaan adil kepada rakyatnya....

Tuesday, September 15, 2009

Catatan Akhir Ramadhan....

Ya Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di ramadhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.

Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.

Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memudarkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami belum mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, meski setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.

Sebagian dari kami tak bisa memanfaatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana memupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.

Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memenjarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.

Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.

Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini. Bagi sebagian dari kami, Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.

Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika malam Ramadhan berakhir, seluruh makhluk-makhluk besar, di segenap langit, dan bumi, beserta malaikat ikut menangis. Mereka bersedih karena bencana yang menimpa umat Muhammad saw. Para sahabat bertanya, bencana apakah ya Rasul? Jawab Nabi. Kepergian bulan Ramadhan. Sebab di dalam bulan Ramadhan segala doa terkabulkan. Semua sedekah diterima. Dan amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya, penyiksaan sementara di hapus.”

Duh...kalau Nabi Muhammad saja bersedih hati ketika Ramadhan berakhir, lalu kenapa kita malah bersuka-cita ?

Ya Allah....Kami mohon ampun kepadaMu, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk terus melaju melawan kedzaliman dan hawa nafsu kami dibulan lainnya.

Allaahummaa innii a'uudzu bika min qalbin laa yakhsya', wa min 'ilmin laa yanfa', wa min 'ainin laa tadma', wa min du'aa'in laa yusma', wa min dzaalikal arba'

Ya Allah, saya berlindung kepadamu dari hati yang tidak khusyu', ilmu yang tidak bermanfa'at, mata yang tidak bisa meneteskan air mata/menangis, doa yang tidak dikabulkan, sungguh kami berlindung dari ke empat hal itu

Allahumma inni as’alukal huda wattuqa wal afafa wal ghina
Ya Allah, aku memohon petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri dan kecukupan kepada-Mu
[HR. Muslim 2721, Tirmidzi 3489]

Allahumma alhimni rusydi waqini syarra nafsi
Ya Allah, anugerahkanlah kebenaran kepadaku dan lindungilah aku dari kejahatan hawa nafsuku [HR. Tirmidzi 3483, al-Misykat 2476]

Ya Muqallibal qulub tsabbit qalbi ala dinika
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu
[HR. Ahmad 11697, Ibnu Majah 3834, Tirmidzi 2140]

Rabbanaa fagh fir lanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa say-yi-aatinaa wa tawaffanaa ma'al abraar
Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari pada kami kesalahan-kesalahan kami dan matikanlah kami bersama orang yang baik-baik

Rabbanaa wa aatinaa maa wa'attanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal qiyaamati innaka laa tukhliful mii'aad
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Engkau janjikan kepada kami melalui Rasul-Rasul-Mu, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat.Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.


Sunday, August 9, 2009

Noordin yang "Pengecut"

Temen : "Menurut gw Noordin M Top (NMT) itu pengecut ! bisanya bom sana-sini trus kabur. Udah gitu muka sering dirubah2 kaya bunglon aje. Ngga gentle lah !"

Saya : "Oh iya ya ?...bisa jadi sih eh tapi kemarin gw denger katanya "NMT" udah tewas tuh bos setelah dikepung selama 18 jam sama lebih dari satu kompi Densus 88 bersenjata lengkap, pake bom dan pake robot segala. Pas dikepung sampai tewas itu, doi...mmhh...sendirian....."

Temen :................................

Hahaha....

Saturday, August 8, 2009

Dialog Ta'aruf sang "Teroris" dan Pemburunya

DENSUS 88 : "Kami minta yang di dalam untuk menyerah dan keluar!, "Siapa di dalam?"


Korban : "Nama saya Noordin M Top!" terdengar suara yang cukup jelas namun disertai rintihan dari dalam rumah di tengah sawah itu."


Hahahaha bagian ini sangat lucu, dan semakin menambah kejanggalan drama penangkapan NMT. Sempet-sempetnya kenalan nyebut namanya ya heuheu. Untung "NMT" ngga nanya balik, "Kalo kamu siapa ?". Kalo itu dijawab juga sama para anggota DENSUS 88, udah deh pada akrab itu semua, tuker-tukeran FB, YM, nomer HP de el el...hahaha...

Monday, July 27, 2009

Menyerah dengan keadaan ?....Not for them !

Pagi ini seperti biasa saya nganter Naura sekolah di Playgroup deket rumah. Sambil nunggu Naura sekolah saya keliling di sekitar Kemanggisan untuk nganter kue-kue kering buatan istri pesenan temen-temennya. Nah selagi di jalan itulah saya ketemu dua orang laki-laki yang menarik perhatian saya. Bahkan bukan saya aja yang tertarik dan memandang dengan pandangan takjub.

Di sekitar jalan itu juga ada seorang satpam yang melihat ke arah dua itu dengan pandangan kagum, begitu juga dengan mobil2 di jalan yang sempat melambatkan kendaraannya demi dua orang yang menakjubkan ini. Lalu siapa sih dua orang itu ?


Inilah mereka...






Dua orang tunanetra penjual kerupuk yang siap menantang kerasnya kehidupan dunia dengan berbekal keyakinan bahwa Allah ngga akan menelantarkan mahluk-Nya dan rezeki bagi mereka pun telah ditetapkan. Mereka yang buta tapi memilih untuk tetap berikhtiar seperti layaknya manusia normal, very inspirational !. Semoga Allah melapangkan rezeki bagi mereka. Amin !


Wednesday, July 22, 2009

Tuesday, July 14, 2009

Nganter anak sekolah, First experience

Hari Senin kemarin anak saya masuk sekolah untuk pertama kalinya. Sebenernya ngga pertama juga sih, anak saya Naura, sebelumnya pernah ikut beberapa bulan di Gymboree untuk latihan motoriknya. Nah kalau yang sekarang ini ummi nya Naura coba-coba daftar di TK Al Amin di dekat rumah di Kemanggisan. Sebelumnya ummi nya udah pernah ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah dan guru-gurunya dan mereka bilang silahkan dicoba dulu aja satu hari dan nanti mereka akan lihat gimana seterusnya.

Banyak pemandangan menarik pagi itu misalnya ada seorang ibu yang mengantar anaknya masuk ke TKIT itu. Karena TKIT itu membuat peraturan bahwa seragamnya adalah seragam muslimah maka si anak pun dijilbabin dan dipakai baju panjang. Tapi ternyata ngeliat pemandangan ini cukup kontradiktif ya, karena sang ibu dandanannya menor dengan baju alakadarnya, sementara si anak bajunya mencirikan wanita muslimah hehehe. Dulu saya juga pernah ketemu yang seperti ini di sebuah mall, seorang anak perempuan umurnya sekitar 3-4 tahun yang cantik, berkerudung dan bergamis, tapi baju ibunya ya alakadarnya.

Keliatan sekali bahwa sang ibu ingin anaknya berpakaian muslimah, tapi kenapa ngga dimulai dari ibunya dulu ? Bukankah seorang anak itu bagaikan kertas kosong yang siap diisi dengan apa aja ? Bahkan dengan lingkungan pun bisa. Dan lingkungan terdekat dari sang anak ya tentu keluarganya, terutama ibunya. Apalagi anak itu memang ahlinya meniru, nonton tivi yang isinya berantem2an maka ngga lama kemudian si anak langsung ciat ciaat deh.

Seandainya seorang ibu itu istiqomah dengan pakaian muslimahnya, insya Allah anaknya juga bakal ngikutin. Anak saya Naura, kalau ummi nya mau keluar kamar sering kali bilang gini ke ummi nya, "Ummi...ake udungg (pake kerudung)". Lucu banget yah ! dan kadang Naura juga inisiatif sendiri pake kerudungnya dia kalo mau keluar kamar, tanpa disuruh. Neneknya Naura pernah bilang ke dia untuk nyopot kerudungnya soalnya ngerti bahwa pake kerudung itu panas, keringetan dll. Tapi pas mau dilepas Nauranya malah nangis hehehe. This is what i call action becoming lessons.

Oh ya ada pengalaman lain juga. Di TK anak saya itu istri saya juga ngobrol sama seorang ibu yang anaknya udah sekolah duluan disana. Ibu itu bercerita, "Alhamdulillah anak saya setelah masuk sini jadi hafal doa2, dan juga hadits2. Kalo saya mah boro2 bisa ngajarin, makanya saya masukin kesini". Nah lho, ibu itu mungkin lupa kali ya kalo tanggung jawab terhadap seorang anak itu sebenarnya ya di peran orangtua. Apa ngga malu nanti kalo si anak udah besar nanti dia yang justru ceramahin si ibu ? atau nanti jangan2 ketika si anak nyoba ngasih tau yang bener, malah dibentak "Jangan sok tau lu, gw ini yang ngelahirin lu !".

Pemandangan lainnya di TK itu adalah seorang anak laki yang juga baru masuk dan dianter bapaknya. Ceritanya acara awal dimulai nih, semua anak disitu diminta saling gandengan untuk bikin lingkaran besar bareng sama para guru2nya. Nah si anak tadi entah karena malu atau belum kenal, dia mojok di samping kelas ngga mau ikutan.

Sang bapak otomatis harus bujuk doong. Eh tapi ternyata si bapak cara bujuknya dengan nunjuk2in telunjuknya ke si anak trus agak sedikit ngegas sambil bilang "Lu mao sekolah ngga seh ?!". Hahaha aduh ngga banget deh sama anak sendiri sampai bisa kaya gitu. Mending anaknya udah SMA dan dia yang males, bolos terus dll. Nah ini si anak masih TK playgroup gitu lhoo...

Disitu juga ada seorang ibu lagi nemenin anaknya masuk sekolah, trus biasalah namanya juga anak2, si anak ini keluar kelas trus lari2 di teras masjid tempat ibunya duduk. Spontan si ibu langsung tereak ke anaknya, "Heh ! masuk kelas ! mama gak suka ah kamu kaya gini ! mama cubit neh !!". Ibunya itu duduk pas benerr disamping saya, jadi manteblah kualitas suaranya, kurang pitch control dikit. Pengen rasanya ngomong, "Bu bu...itu anaknya masih kecil lho, tk juga belom resmi....perlu ya dimarahinnya sampai kaya gitu ?"

Jadi orangtua itu memang ngga gampang. Tapi jangan dibikin susah juga. Perlu banyak baca, belajar dari orang2 yang memang udah berumahtangga lebih dari 10 taun dengan anak diatas 3 orang supaya pengalamannya lebih berasa.

Saya yang baru jadi orangtua 1 taun belakangan ini juga masih perlu banyak belajar, terutama belajar sabar. Iya, saya itu paling susah sabar kalo Naura udah ikutan nangkring di paha saya pas saya lagi didepan laptop, trus kita barengan ngeliat kearah monitor. Mungkin karena Naura terlalu pinter (Amin!) trus dia ikutan ketik2 di keyboard external saya, awalnya sih lucu sampai akhirnya dia mencet tombol Power/Off di keyboardnya. BLEP !...Kalo udah begini biasanya saya tahan napas...hening sesaat dan...manggil sang ummi  untuk turun tangan :D....

Sunday, July 12, 2009

Never Forget 11 Juli 1995, 8000 Muslim Dibantai di Srebrenica

Srebrenica Never Forget !

Mengenang Tragedi Srebrenica 11 Juli 1995. Dimana pada tanggal itu sekitar 8000 umat Muslim dibantai secara kejam oleh Serbia, dibawah pemerintahan sang penjahat perang Slobodan Milosevic.


Tiga orang yang dianggap menjadi dalang aksi pembantaian tersebut adalah Radovan Karadzic, Jenderal Ratko Mladic dan ajudannya Zdravko Tolimir. Proses investigasi akhirnya juga menyeret mantan presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic sebagai salah satu tersangka pelaku kejahatan perang Bosnia.

Milosevic meninggal dunia ketika sedang menjalani proses hukum di mahkamah internasional. Sementara Radovan Karadzic baru tertangkap setelah 11 tahun buron, sedangkan Jenderal Ratko Mladic, sampai saat ini masih belum diketahui tempat persembunyiannya.


Genocide - Srebrenica (Never Again)




Monday, June 15, 2009

Iklan capres yang membosankan

Dari dulu iklan para capres itu tidak jauh dari gambaran rakyat miskin, pengemis, rumah kolong jembatan dan hal-hal menyedihkan lainnya. Jalan ceritanya pun kurang lebih sama, di scene awal digambarkan keadaan negara yang semrawut, gambaran kemiskinan dimana-mana, orang yang sedang tidur di kolong jembatan diambil gambarnya, para pemulung sampah, pengemis jadi aktor dadakan saat itu dan semua digambarkan dengan black and white alias tanpa warna supaya semakin terlihat kesan dramatisnya.

Saat itulah terlihat sang capres dalam scene selanjutnya lengkap dengan kata-kata bijaknya dan plus janji-janjinya. Orasinya indah, janjinya membuai, aktingnya pun lumayan.

Lalu scene terakhir mudah ditebak, gambaran diawal tadi yang sangat menyedihkan seketika itu berubah. Para pemulung pun tersenyum, petani pun sama tersenyumnya. Sangat-sangat membosankan.

Bukankah justru iklan yang seperti itu malah berpotensi membuat image yang diiklankan jadi lebih buruk ?. Karena kalau yang diiklankan itu tidak seperti aslinya maka akan lebih buruk lagi imagenya.

Contoh yang paling dekat adalah RS Omni misalnya, walaupun mungkin RS itu ngga pasang iklan yang heboh tapi dengan penambahan embel-embel "Internasional" maka orang akan langsung beranggapan bahwa RS ini memang punya kualitas yang mumpuni dalam segala hal. Tapi ternyata setelah kasus Prita Mulyasari kemarin, semuanya berubah total. Kemarin saya lihat berita di salah satu tv swasta yang mengabarkan bahwa pengunjung atau pasien RS Omni turun drastis, mungkin saking drastisnya sampai-sampai RS Omni enggan memberitahu berapa persen turunnya kepada tv tersebut.

Atau lihatlah kasus Ajinomoto di tahun 2001, tepatnya pada tanggal 4 Januari 2001 ketika produk MSG buatan Ajinomoto ditarik dari peredaran karena terbukti mengandung bahan yang tidak halal. Bumbu masak Ajinomoto tersebut diduga menggunakan bactosoytone yang diekstrasi dari daging babi untuk menggantikan polypeptone yang biasa diekstrasi dari daging sapi. Produk Ajinomoto menjadi produk yang haram bagi orang Muslim.

Apa efek yang terjadi atas kasus Ajinomoto itu dalam perkembangan bisnisnya ? Silahkan lihat sendiri di http://id.wikipedia.org/wiki/Ajinomoto.

Proses pencitraan ini memang bukan hal yang mudah, dia harus serta merta diikuti oleh aksi yang nyata sehingga masyarakat juga melihat. Publikasi pun rasanya tidak begitu diperlukan apabila yang dilakukannya itu merupakan hasil dari keikhlasannya membantu rakyat. Tuhan pun pasti punya balasan yang lebih pas untuk pemimpin senantiasa ikhlas membantu rakyatnya. Kalau cuma sekedar publisitas dan image yang baik di mata rakyat, itu hal yang mudah bagi-Nya.

Saya jadi teringat kata-kata bijak yang mengatakan, "There is no need to boast of your accomplishments and what you can do. A great man is known, he needs no introduction". Benar, seseorang yang hebat itu tidak perlu memperkenalkan dirinya karena dengan sendirinya ia akan dikenal. Tapi sebaiknya jangan menganalogikan sebaliknya bahwa yang memperkenalkan dirinya itu berarti belum hebat. Just act first, be known later.


Sunday, June 7, 2009

Diskusi Sabtuan INSISTS : "Perkembangan Ide Pluralisme Agama" Oleh DR. Anis Malik Thoha

Start:     Jun 13, '09
Location:     INSISTS, Jl. Kalibata Utara II No. 84 – Jaksel

Dengan ini kami mengundang rekan-rekan sekalian untuk dapat hadir dalam Diskusi Sabtuan  INSISTS, selengkapnya sebagai berikut:

Acara: Diskusi Sabtuan INSISTS

Materi Diskusi: Perkembangan Ide Pluralisme Agama

Pembicara: DR. Anis Malik Thaha

Waktu: Sabtu, 13 Juni 2009. Jam: 10:00 s/d 12:00 WIB (on time)

Tempat: Jl. Kalibata Utara II No. 84 – Jaksel

Biaya: Free

Konfirmasi: SMS 08111102549 Phone: 0217940381

Terbatas maksimal untuk 40 peserta.


Tentang pembicara: 

Bisa dikatakan, Dr. Anis Malik Thoha adalah salah satu pakar terkemuka tentang Pluralisme Agama kawasan Asia Tenggara, saat ini. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Perbandingan Agama di International Islamic University Malaysia (IIUM). Kini,  Dr. Anis yang juga Rais Syuriah NU Malaysia ini menjabat sebagai Deputy Dean IIUM Press,  Research Management Centre IIUM.  Di Indonesia, bukunya yang berjudul ”Tren Pluralisme Agama” mendapat penghargaan sebagai buku terbaik di Islamic Book Fair Award 2007 di Jakarta. Buku ini dalam edisi Arab dan Inggris sebelumnya mendapat penghargaan di Pakistan dan Malaysia.


Friday, May 29, 2009

Headphone Sennheiser HD 205 2nd

Category:   Musical Instruments
Price:   600rb

Permisii, saya mau jual headphone nih. Umur beli dari baru masih semingguan kira-kira, jadi burn in nya atau break in nya blm maksimal. Karakter asli headphone ini baru keliatan kl sdh di burn in/break in sekitar 100 jam keatas. Dijamin manteb !. Sennheiser gitu lhooo :D

Headphone ini cocok buat home use dan para DJ juga karena cup yg sblh kanan bisa di puter keatas sdkt. Berhubung bukan DJ dan mau ganti ke yang khusus headphone monitoring, makanya HD 205 ini kurang cocok buat sayah. Jadi mau dilepas aja di harga 600rb (nego), Silahkan buat yg berminat bisa japri.

Prefer Jakarta ya, soalnya kl kirim paket jauh2 takut kenapa2. Barang pilihan soalnya ini mah :)

Data teknis :

Nominal impedance : 32 Ohm
Jack plug : 3,5/6,3 mm stereo
Transducer principle : dynamic, closed
Ear coupling : supraaural
Cable length : 3 m
Weight w/o cable : 206 g
Frequency response (headphones) : 14-20000 Hz
Sound pressure level (SPL) : 112 dB(SPL)
THD, total harmonic distortion : < 0,5 %

Review lebih lengkap bisa dibaca di :

http://hsgautama.multiply.com/journal/item/326

"Sennheiser HD 205 lansiran Sennheiser, salah satu pemain terkuat didunia ini untuk urusan audio, adalah headphones spesifik yg ditujukan untuk kalangan pro yakni DJ dan profesi audio engineer yg terkait didalamnya. Ini bukan headphones buat “sekedar dengar suara ”, HD 205 memang untuk kebutuhan monitoring audio yg akan memberikan output presisi. Jadi speksnya memang termasuk istimewa dan memberikan kemewahan mendengarkan audio yg sangat baik."
_____________________________

http://www.chip.co.id/sound-and-audio/sennheiser-hd205-didesain-untuk-dj.html

"Secara fungsi dan kualitas, HD205 tampaknya memang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan para DJ. Ia cenderung mudah di-drive oleh kebanyakan perangkat dan cukup balance di SPL tinggi. Desain rotatable-nya juga cukup menarik."




Thursday, May 28, 2009

Propaganda Anti "Islam Garis Keras" (Kritik untuk Buku "Ilusi Negara Islam")

Rating:★★★★★
Category:Other
Oleh : Sapto Waluyo
(Direktur Eksekutif Center for Indonesian Reform)

Seorang tokoh kharismatik dari pelosok desa Buduran, Bangkalan, Madura, K.H. Amjad al-Munawwir, berkunjung ke rumah dinas Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW), suatu malam.

Tidak tanggung-tangung, pimpinan pesantren Al-Muhajirin itu membawa serta isteri, anak dan keluarga besarnya yang tinggal di Jakarta. Mereka mengendarai tiga mobil berisi penuh penumpang dari kawasan Tanjung Priok menuju kompleks Widya Chandra hanya dengan satu tujuan untuk menanyakan langsung: Apa benar mantan Presiden PKS itu menganut paham Wahabiyah?

Hidayat menjawab dengan tenang seperti pertanyaan serupa yang diterimanya lewat SMS, email atau posting Facebook, bahwa kaum Wahabi mengharamkan partai politik. Sedangkan, ia pernah menjadi pendiri dan ketua partai. Jadi, “nggak nyambung lah yaw “, kata anak muda zaman sekarang.

Kiai Amjad yang menjadi tempat bertanya Abdurrahman Wahid di masa sulit itu terpesona mendengar penjelasan Hidayat soal peringatan Maulid Nabi Saw di kantor DPP PKS (11/3/2009).

Pada acara tersebut turut hadir K.H. Zainuddin MZ dan Habib Mundzir al-Musawwa. Bahkan, saat terkena musibah meninggalnya isteri tercinta, Hidayat mendapat kunjungan dari berbagai tokoh ormas, termasuk dari Nahdlatul Ulama (KH Nur Iskandar SQ), untuk membacakan doa dan tahlil dalam rangka takziyah.

”Pak Hidayat, saya percaya semua yang dikatakan itu benar. Tidak seperti isu yang beredar selama ini. Karena itu, saya dukung 100 persen apabila pak Hidayat nanti menjadi pemimpin di Indonesia,” ujar Kiai Amjad spontan. Sebagai penguat dukungannya, kiai nyentrik asal Madura itu membacakan doa yang diamini belasan tamu.

Kehadiran kiai kampung yang amat berpengaruh itu seakan mewakili ratusan kiai dan tokoh Madura dan Jawa Timur yang beraspirasi sama. Sebelumnya, pada akhir masa kampanye pemilu (5/4/2009), Hidayat diundang khusus silaturrahim akbar di Ponpes Al-Muhajirin, Bangkalan yang diikuti 2000 santri dan warga setempat.

Tidak tanggung-tanggung, lima orang kiai dari Bangkalan, Sampang dan Pamekasan membacakan doa secara berturut-turut untuk keselamatan umat, kemajuan bangsa dan hadirnya kepemimpinan nasional baru yang berintegritas. Banyak saksi mata di daerah lain dengan beragam latar-belakang membuktikan akseptabilitas yang tinggi dari tokoh partai yang lahir di era reformasi (PKS).

Tak aneh, bila berbagai lembaga survei (LP3ES, Puskaptis UI, dan LRI) menampilkan peluang calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan semakin besar bila berpasangan dengan Hidayat, jauh meninggalkan posisi cawapres lain. Jika SBY akhirnya lebih memilih Boediono sebagai pendampingnya, maka itu benar-benar kalkulasi politis, bukan berdasarkan aspirasi rakyat yang tercermin dalam survei atau sikap spontanitas semisal Kiai Amjad.

Delusi Kaum Moderat

Karena itu, sungguh mengejutkan simpulan riset yang baru-baru ini dipublikasikan dalam buku “Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia” (2009). Secara ringkas, buku itu berkesimpulan PKS adalah salah satu “kaki tangan gerakan Islam transnasional” yang menjadi ancaman bagi kelestarian Dasar Negara Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan RI.

Buku ini penting karena merupakan hasil riset selama dua tahun di 24 kota di Indonesia. Editornya adalah KH Abdurrahman Wahid (mantan Presiden RI dan Ketua Umum PBNU), dengan prolog Prof. A. Syafii Ma’arif (mantan Ketua PP Muhammadiyah) dan epilog KH Mustofa Bisri (pimpinan ponpes Raudlatut Thalibin, Rembang). Penerbitnya, kolaborasi The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika dan Maarif Institute yang disponsori LibforAll Foundation (organisasi nirlaba bentukan warga Amerika Serikat, C. Holland Taylor).

Sayang sekali, sebuah riset serius yang tentu berbiaya mahal ternyata tak bisa menangkap fenomena sosial kontemporer secara jernih. Hasilnya, semacam propaganda untuk memvonis kelompok masyarakat yang berbeda pandangan. Simpulan dan rekomendasi buku ini tampaknya ikut mewarnai tarik-menarik kekuatan selama kampanye pemilu, bahkan turut mempengaruhi mulus-tidaknya nominasi kandidat capres/cawapres.

Seperti diketahui, nama HNW sempat menguat sebagai pendamping SBY. Namun, Tim sembilan dari Partai Demokrat ragu karena banyaknya masukan negatif soal HNW dan PKS yang diisukan Wahabi. Bahkan, organisasi Ittihadul Muballighin terang-terangan menolak cawapres dari kalangan Wahabi, walau tidak menyebut nama secara terbuka.

Apakah SBY benar mengadopsi rekomendasi buku ini, tatkala menentukan cawapresnya?

Harap dicatat, substansi buku ini sebenarnya telah dilansir dalam jumpa pers di awal April 2009, sebelum hari pemilu. Bab pengantar, prolog dan epilognya telah beredar luas dalam edisi bahasa Inggris di media internet. Kalangan masyarakat terdidik dan pemilih yang kritis (critical mass) telah mengkonsumsinya jauh sebelum hari pencontrengan.

Usai pemilu, buku ini diluncurkan resmi dan disebarkan ke empat Negara (Arab Saudi, Turki, Inggris dan Amerika Serikat). Sebuah target propaganda yang benar-benar ambisius.

Kelemahan mendasar dari buku ini, gagal mendefinisikan “Gerakan Islam Transnasional” dan mengapa sejumlah organisasi yang berbeda social origin-nya bisa dikategorikan “kaki tangan”-nya di Indonesia. Dengan semangat gebyah-uyah, penulis dan periset buku menyamakan kategori sosial: paham keagamaan (Wahabisme), gerakan pembaharuan (Ikhwanul Muslimin), organisasi massa (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia/HTI) dan partai politik (PKS dan PBB).

Lebih dahsyat lagi semua gejala sosial itu disatukotakkan dengan gerakan bawah tanah hasil rekayasa intelijen, Jemaah Islamiyah (JI). Mereka semua dijadikan satu kategori “Islam garis keras” (hardliners), yang menganut absolutisme pemahaman agama dan membenarkan penggunaan cara kekerasan terhadap kelompok yang berbeda keyakinan.

Definisi operasional dan metodologi yang kabur itu menunjukkan bahwa penulis/periset tidak bisa membedakan (different), sebagai misal perbandingan: sapi dengan kerbau, meski masih satu keluarga (mamalia) dalam dunia fauna. Apalagi memisahkan (disparate) sapi dengan ular atau buaya yang berbeda famili (reptilia buas). Tiap kelompok sosial (komunitas relijius, organisasi sosial, asosiasi profesi, atau partai politik) memiliki karakter masing-masing, tak bisa disamakan begitu saja, kecuali dapat dibuktikan memiliki ikatan ideologis dan struktural-organisasional.

Siapa yang bisa membuktikan bahwa gerakan Ikhwan memiliki cabang di Indonesia? Mungkin Imam Besar Ikhwanul Muslimin Indonesia, Habib Husein al-Habsyi yang bisa menjawabnya. Yang sudah pasti, DDII, FPI, dan MMI tidak menjadi onderbouw organisasi manapun. Mungkin hanya HTI yang secara terang menyebut afiliasi dengan organisasi sejenis di tingkat dunia. Sudah pasti pula, semua organisasi yang disebut tadi sama sekali tak ada kaitannya dengan JI yang dikategorikan organisasi teroris lintas Negara.

Simpulan sembrono itu ternyata berasal dari pernyataan mantan wartawan Far Eastern Economic Review yang mengaku-aku sebagai pengamat gerakan Islam, Sadanand Dhume.

"Hanya ada pemikiran kecil yang membedakan PKS dengan JI. Seperti JI, manifesto pendirian PKS adalah untuk memperjuangkan Khilafah Islamiyah. Seperti JI, PKS menyimpan rahasia sebagai prinsip pengorganisasiannya, yang dilaksanakan dengan sistem sel yang keduanya dipinjam dari Ikhwanul Muslimin. Bedanya, JI bersifat revolusioner, sementara PKS bersifat evolusioner. Dengan bom-bom bunuh dirinya, JI menempatkan diri melawan pemerintah, tapi JI tidak mungkin menang.

Sebaliknya, PKS menggunakan posisinya di parlemen dan jaringan kadernya yang terus menjalar untuk memperjuangkan tujuan yang sama selangkah demi selangkah, dan suara demi suara. Akhirnya, bangsa Indonesia sendiri yang akan memutuskan masa depannya akan sama dengan Negara-negara Asia Tenggara lainnya, atau ikut gerakan yang berorientasi ke masa lalu dengan jubah fundamentalisme keagamaan. PKS terus berjalan. Seberapa jauh ia berhasil akan mempengaruhi masa depan Indonesia". (2009: 27, sebagaimana dikutip dari FEER, Mei 2007).

Ini sebuah tuduhan serius, dan bisa berefek pembubaran organisasi, apabila pendapat Dhume dibuktikan benar. Jika asal bicara, maka Dhume perlu diperiksa, karena sering bolak-balik berkunjung ke Indonesia. Apakah penulis/periset buku memiliki pandangan yang sama dengan Dhume?

Sungguh menyedihkan, sebuah partai peserta pemilu (PKS) yang menempati ranking keempat dalam percaturan politik nasional 2009 dan memiliki 8,2 juta pengikut masih disalahpahami sebagai metamorfosis organisasi teroris. Apa yang salah dengan interaksi sosial di antara komponen bangsa ini, sehingga organisasi keagamaan yang sudah lama eksis (NU dan Muhammadiyah) merasa terancam dengan kehadiran entitas politik baru (PKS)?

Dalam buku itu tertangkap nuansa delusi (khayalan tentang kebanggaan yang terancam), seperti pengaruh organisasi sebesar NU yang mulai tergeser oleh pendatang baru. Publik melihat posisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam pemilu 2009 merosot ke peringkat ketujuh dengan raihan suara 5.146.122 pemilih (4,94 persen).

PKB selama ini dipercaya sebagai salah satu representasi politik warga NU, sementara partai lainnya tidak lolos parliamentary threshold. “Pergeseran” politis itu akhirnya dipersepsikan sebagai ancaman terhadap eksistensi organisasi atau bangsa, seperti tersurat, “Meski ancaman garis keras itu semula tertuju kepada paham dan eksistensi NU, namun NU menganggap itu merupakan ancaman terhadap bangsa dan Negara.

Sebab tradisi keberagamaan NU merupakan amal keagamaan yang dipraktikkan oleh mayoritas umat Islam Indonesia, sehingga secara ringkas bisa dikatakan bahwa warga NU dan bangsa Indonesia merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.” (2009: 197).

Padahal, jika kita perhatikan dengan lebih teliti Keputusan Majelis Bahtsul Masa’il NU tentang khilafah dan formalisasi syariah (November 2007), maka dinyatakan “tidak ada dalil nash” untuk keharusan pembakuan khilafah dalam system ketatanegaraan Islam, “karena keberadaan sistem khilafah adalah bentuk ijtihadiyah”. Jelas sekali, NU tidak menafikan atau mengharamkan sistem khilafah, tetapi memandangnya sebagai domain akal manusia (ijtihad), bukan doktrin teologis.

Dalam majelis yang sama diputuskan, bahwa hukum mengubah bentuk Negara Indonesia dengan bentuk yang lain, maka “hukumnya tidak boleh selama menimbulkan mafsadah (kerusakan) yang lebih besar”. Sedangkan mengubah dasar hukum Negara juga “tidak diperbolehkan jika menggunakan cara yang inkonstitusional, dan diperbolehkan jika menggunakan cara yang konstitusional”.

Sekali lagi jelas, NU tidak mengharamkan perubahan/amandemen UUD, asal demi kemaslahatan dan ditempuh prosedur konstitusional. Termasuk dalam soal penerapan syariah Islam di Indonesia, NU menyetujui strategi tadrij (gradual) dan metoda substantif. Dalam konteks ini penulis/periset mengabaikan suatu hal fundamental, PKS tidak pernah menyebut sistem khilafah dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga atau Falsafah Dasar/Platform Kebijakannya sebagaimana dituduhkan Sadanand Dhume.

Yang dicitakan PKS adalah “Terwujudnya masyarakat madani yang adil dan sejahtera yang diridhai Allah Swt dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia” (AD PKS, Pasal 5 ayat 2).

Soal penerapan syariah Islam di Indonesia diterangkan PKS dalam platform kebijakan bidang hukum dan HAM, karena ada tuntutan publik untuk melakukan revisi KUHP warisan kolonial Belanda yang telah ketinggalan zaman. Menurut Azyumardi Azra, PKS telah melakukan inisiatif penting dengan obyektifikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan Indonesia modern dan merumuskan cita-citanya sebagai “religious-based civil society”.

Tak ada radikalisasi atau hipokrisi (hidden agenda) dalam hal itu, karena semua partai yang berbasiskan nilai agama atau sekulerisme harus berhadapan dengan realitas sosialnya masing-masing. Dengan segala fakta itu. Apakah tepat menyebut PKS sebagai ancaman nasional? Tim periset harus berhati-hati, apalagi jika merasa mewakili pandangan resmi organisasi NU, karena dapat mengecilkan posisi NU sendiri yang terkesan tidak bisa menerima dinamika politik nasional.

Demikian pula simpulan tentang pengaruh PKS terhadap warga Muhammdiyah bisa menyebabkan “bangsa Indonesia tidak hanya kehilangan salah satu aset kultural ormas moderatnya dan mungkin Muhammadiyah akan menjadi salah satu bungker baru gerakan garis keras di Indonesia, bangsa Indonesia juga akan kehilangan salah satu soko guru Pancasila, UUD 1945, dan NKRI,” (2009: 189), sangat mengada-ada.

Dalam tubuh Muhammadiyah, kita tahu ada partai lain yang lebih berpengaruh yaitu Partai Amanat Nasional yang didirikan Amien Rais (mantan Ketua PP Muhammadiyah). Tapi, sayang PAN dinilai tak mengakomodasi aspirasi politik warga Muhammadiyah, sehingga muncul partai baru, Partai Matahari Bangsa (PMB) yang mengajukan Din Syamsuddin (Ketua PP Muhammadiyah saat ini) sebagai calon presiden. Dalam hal ini, pengaruh PKS tidak lebih besar dibanding PAN dan PMB yang bersaing untuk memperebutkan suara warga Muhammadiyah. Hasil survei LSI pasca pemilu 2009 juga membuktikan gejala itu.

Dalam Surat Keputusan PP Muhammadiyah tertanggal 1 Desember 2006 dinyatakan, “Segenap anggota Muhammadiyah perlu menyadari, memahami, dan bersikap kritis bahwa SELURUH partai politik di negeri ini, termasuk partai politik yang mengklaim atau mengembangkan sayap/kegiatan dakwah seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah benar-benar partai politik. Setiap partai politik berorientasi meraih kekuasaan politik. Karena itu, dalam menghadapi partai politik manapun kita harus tetap berpijak pada Khittah Muhammadiyah” (2009: 241).

Jadi, yang harus dikritisi warga Muhammadiyah adalah seluruh partai dan PKS hanya salah satu contohnya. Mengapa PAN tidak disebut dalam SK itu, dan juga PMB yang baru lahir pada 8 Januari 2006? Di sini ada masalah kalkulasi politik untuk mendiskreditkan pihak tertentu saja.

Perlu Dialog Nasional

Inilah pelajaran berharga bagi elite PKS yang selama ini suntuk dengan politik praktis dan ternyata belum berhasil membangun basis sosial yang kokoh. Setelah tiga kali berpartisipasi dalam pemilu, kemudian menerbitkan dokumen resmi Falsafah Dasar Perjuangan (2007) dan Platform Kebijakan Pembangunan (2008), ternyata bukan simpati yang berhasil dipanen, tapi antipati sebagian kalangan. Dengan sikap dan perilaku elite PKS yang tak terkontrol mungkin kesalahpahaman akan bertambah luas, bahkan tidak mustahil berkembang jadi fobia. Kita perlu mencegah hal ini agar kancah politik nasional tidak mengalami “setback” ke masa pertikaian ideologis.

Dengan segala kelemahan fatalnya, buku itu tak perlu diberangus. Biarlah masyarakat yang akan menilainya. Sebuah forum terbuka (Dialog Nasional) perlu digelar untuk menghadirkan semua pihak yang disebut penulis sebagai kelompok garis keras dan moderat.

Salah satu topik yang perlu dikaji: apakah Islam itu “agama lokal” dan karenanya hanya “gerakan Islam lokal” yang berhak hidup di Indonesia. Apakah “Gerakan Islam Transnasional” itu benar-benar ancaman bagi eksistensi bangsa Indonesia. Apakah aqidah “Ahlus Sunnah wal Jamaah” itu produk asli Indonesia atau ditransmisi dari wilayah atau sejarah lain?

Pertanyaan serumit itu tak diambil pusing Kiai Amjad yang polos. Suatu hari salah seorang muridnya bercerita tentang Syeikh Ahmad Khatib (1803-1872), seorang ulama asal daerah Sambas, dari Kalimantan Barat, yang menjadi Imam di Masjidil Haram Mekah dan memimpin Perkumpulan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah di Indonesia. Ahmad Khatib adalah guru dari KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asyari (pendiri NU).

Saat itu, semangat mencari ilmu telah mempersatukan para perintis dakwah. Khatib sendiri berguru kepada Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani (asal Thailand selatan), Syeikh Abdus Shomad al-Palimbani (asli Palembang) dan Syeikh Abdul Hafidz al-Ajami serta Ahmad al-Marzuqi al-Makki al-Maliki dari Timur Tengah. Seorang guru yang berwatak transnasional. Hal itu tampak pula pada sosok kiai kampung seperti Kiai Amjad, yang terbukti tak alergi dengan perbedaan pandangan. Ia bisa bersahabat dengan siapa saja yang memiliki tujuan sama untuk menyejahterakan umat dan bangsa.

Source : http://irfansb.blogdetik.com/2009/05/28/kritik-untuk-buku-ilusi-negara-islam/


Related topic :

Dicatut, Dosen UIN Yogyakarta Gugat "Ilusi Negara Islam"

Diteror, Toko Buku Tak Mau Jual Buku "Ilusi Negara Islam"

Toko Buku Bantah Terima Teror



Wednesday, April 8, 2009

Website Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

http://www.ustadzabdulhakim.co.cc
Alhamdulillah di dalam website ini banyak berserakan ilmu dan hikmah plus video nasihat juga. Insya Allah akan bermanfaat

Sunday, March 22, 2009

Umur itu bertambah, atau berkurang ?

Assalamu'alaikum


Hari ini 28 tahun yang lalu kata ibu, saya dilahirkan ke dunia. Itu kata ibu saya lho ya karena saya juga ngga mungkin menyaksikan kelahiran saya sendiri. Jadi sudah selama ini ya saya hidup di dunia ? Waktu benar-benar terasa cepat ya, rasanya baru kemarin saya berumur 17 tahun hehe...

Satu hal yang sering saya perhatikan di tahun-tahun belakangan ini adalah tentang moment  pertambahan umur. Secara rumus matematika dasar, perubahan angka dari 27 ke 28 tentu saja adalah sebuah penambahan 27 ditambah dengan angka 1, maka jadilah 28. Tapi sekarang kok saya melihatnya terbalik ya ?.

Begini, kita semua tentu mahfum bahwa Allah telah menentukan umur kita semenjak kita dilahirkan. Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan). Takdir ini mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan. Hal ini didasarkan sabda Rasulullah saw. berikut ini.

“…Kemudian Allah mengutus malaikat yang diperintahkan untuk meniupkan ruhnya dan mencatat empat perkara: rizki, ajal, sengsara, atau bahagia….” [HR. Bukhari]

Nah seandainya Allah sudah mentakdirkan bahwa umur kita misalnya sampai 50 tahun saja, maka sebenarnya umur kita yang secara matematika bertambah itu malah jadi berkurang menurut hitungan Allah. Seandainya umur kita sekarang 25 tahun maka sisa hidup kita tinggal 25 tahun lagi. Begitu juga ketika kita berumur 26 tahun, maka sisa hidup kita tinggal 24 tahun lag dan akan begitu terus selamanya. Bertambah atau berkurangkah umur kita ? Nah lho....

Tapi Allah Maha Adil, rahasia umur seseorang hanyalah Allah saja yang punya sehingga kita ngga dibuat panik setiap kali berulang tahun, moment yang justru seringkali identik dengan perayaan. Tapi kadang dengan itu pulalah kita juga berpikir, "Hey i'm still young enough so why bother about end of life ?". Padahal bukankah akhir ajal kita bisa hadir kapan saja tanpa memandang umur dan kondisi fisik kita ?

Saya justru "nyaman" dengan perasaan ini, perasaan yang seringkali datang setiap saya berulang tahun. Yaitu perasaan semakin berkurangnya umur ini yang pada akhirnya mau tidak mau akan berimplikasi kepada cara pandang kita terhadap kehidupan yang fana ini. Apakah ini sebuah cara pandang pesimistis ? Jelas tidak karena bagi saya justru cara pandang seperti ini akan lebih memotivasi seseorang untuk berbuat lebih baik kepada Tuhannya dari berbagai sisi kehidupan.

Itu sebabnya kalau ngga memberatkan, di setiap hari lahir saya, saya selalu minta didoakan agar sisa umur yang saya jalani ini bisa berkualitas, bermanfaat bagi orang banyak dan tentunya bernilai ibadah dihadapan Allah Rabbul 'Izzati.

Terima kasih juga buat semua yang telah mendoakan saya dengan doa-doa yang baik, insya Allah doanya orang yang sholeh dan sholeha akan lebih mudah dikabulkan :). Semoga kita semua diberikan umur yang berkualitas dan punya nilai ibadah di hadapan-Nya. Amin Ya Rabbal 'Alamin.


Wassalamu'alaikum

Wednesday, March 18, 2009

Kuliah Dhuha RISMATA bersama Ust. DR. Daud Rasyid, MA

Start:     Mar 22, '09
Location:     Masjid At Taqwa, Kemanggisan Jak-Bar
Assalamu'alaikum,Insya Allah hari Minggu, 22 Maret Masjid At Taqwa bareng RISMATA akan mengadakan kuliah dhuha bareng Ust. Daud Rasyid, MA.Kuliah dhuha ini bakal ngebahas ttg Hadits Arba'in nya Imam Nawawi.



Click picture for larger file

Masjid At Taqwa Kemanggisan di Jl. Sakti IV No. 8 Komplek Pajak, Kemanggisan Jakarta Barat. Call 021- 535 69 66 for more info.

Wassalamu'alaikum

Monday, February 9, 2009

Iklan Bahaya Rokok & Surat Yasin....




Hehehe idenya kreatif....

Tapi kayanya perlu dipertanyakan lagi kenapa Surat Yasin selalu identik dengan kematian atau sebaliknya ?...

Hhmmm...

Monday, February 2, 2009

Lembaga Sensor Film : Film ''Perempuan Berkalung Sorban'' Dibahas Dua Kali

Rating:
Category:Movies
Genre: Comedy
JAKARTA— Film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) terus menuai protes dan kritik. Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Titie Said, mengatakan, film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu sempat dua kali dibahas di meja LSF.

Biasanya, kata dia, pembahasan sensor film cukup sekali. Pembahasan dilakukan hingga dua kali karena pertemuan pertama tak dihadiri perwakilan ahli agama.

Pada tahap pertama, imbuhnya, film itu sudah mengantongi izin lulus dewasa dengan potongan. Titie mengatakan, film itu sempat terkena gunting sensor LSF.

Titie juga mengaku saat ini pihaknya masih terus mencermati perkembangan yang ada di masyarakat.

‘’(Hal semacam ini) kan sudah banyak contohnya, seperti film Buruan Cium Gue!. Tetapi, semua itu ada di tangan menteri, kita hanya menjalankannya,’’ kata Titie menjawab kemungkinan film ini dihentikan dari peredaran.

Sedangkan pada pembahasan kedua di tingkat pelaksana harian, film ini mendapat potongan gunting sensor untuk adegan ranjang. ‘’Pada diskusi pelaksana harian ini, perwakilan agama yang datang ada dua.

Satu dari kiai dan satu lagi ahli agama.’’ Ahli agama yang dimaksud Titie adalah sarjana lulusan IAIN, tetapi tidak menyandang status kiai.

Film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu dinilai sejumlah kalangan telah menyudutkan umat Islam. Film itu telah menggambarkan Islam sebagai agama tak sempurna dan mendiskreditkan pesantren.

Sineas senior di Tanah Air, Deddy Mizwar, menilai, cerita yang disajikan dalam film itu sangat menyudutkan Islam. Deddy menyebutkan, fikih-fikih Islam yang dihadirkan dalam Perempuan Berkalung Sorban cenderung tak jelas serta memiliki penafsiran sepihak saja.

‘’Sehingga, bisa menyudutkan pihak lain, terutama dari kalangan Islam Salafiah. Seharusnya dalam mengkritisi Islam dengan kearifan sehingga tidak menimbulkan mudharat,’’ kata pemeran Nagabonar ini saat berbincang kepada Republika melalui saluran telepon di Jakarta, Senin (2/2) siang.

Deddy melontarkan kritik keras itu setelah menyaksikan film yang dibintangi Revalina S Temat itu. Aktor gaek yang juga menjabat ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) itu menegaskan, secara umum film itu sangat menyakitkannya.

Ia menyesalkan film itu bisa lolos sensor dari Lembaga Sensor Film (LSF). ‘’Barangkali perwakilan MUI-nya tidak datang,’’ sesal Deddy. MUI sendiri merupakan salah satu lembaga yang duduk di LSF.

‘’Film ini sangat menyakitkan hati umat Islam,’’ ungkap Ahmad Maulana, seorang advokat. Ia menilai, film itu mengambarkan Islam sangat tak seimbang. ‘’Islam digambarkan sebagai agama yang tak sempurna. Ini sungguh sangat melecehkan,’’ katanya tegas. Ia mendesak agar pembuat film itu meminta maaf kepada umat Islam.

Protes yang sama juga dilontarkan Indra Jaya. Dalam suratnya kepada Republika, Indra menilai film itu sangat menyesatkan. ‘’Film ini telah membuat kalimat Allah atau hadis hanya untuk diperolok-olok dan menjadi pembenar perilaku yang buruk,’’ ujarnya. Film itu dinilainya telah membuat pandangan orang terhadap Islam menjadi jelek.

Wartawan Republika yang dua kali menonton film itu dan mendapatkan sejumlah kejanggalan di dalamnya. Dalam film itu digambarkan seorang kiai menyatakan bahwa dalam Islam perempuan dilarang keluar rumah.

Sutradara Hanung Bramantyo saat peluncuran perdana menyatakan telah siap 100 persen untuk menghadapi kritik dan protes terhadap film Perempuan Berkalung Sorban.   akb/hri

Kejanggalan yang Menyulut Kontroversi
* Seolah-olah Islam mengharamkan perempuan keluar rumah, baik untuk bekerja maupun belajar. Padahal, Islam tak melarang perempuan untuk keluar rumah. (Menit ke-16 dan 20).
* Orang tua Annisa yang seorang kiai melarang keras Annisa menunggang kuda dengan alasan perempuan tidak pantas menunggang kuda dan hanya laki-laki yang boleh.
* Perempuan tidak boleh menjadi pemimpin, terlihat jelas dalam adegan pemilihan ketua kelas di sekolah Annisa saat duduk di sekolah dasar. Meski dia menang, lalu dianulir. Hal itu dibenarkan kiai.
* Kiai sebagai pemimpin pesantren digambarkan materialistis.
* Seolah-olah Islam membenarkan tindakan kekerasan terhadap istri dengan mendasarkan pada kitab-kitab kuning.
* Ayat-ayat Alquran ditampilkan sebagai pembenaran atas perilaku salah.

Republika, 3 Februari 2009

* Catatan dari saya : Sedih melihat bahwa Islam dalam film hanya menjadi simbol yang digambarkan dengan pemakaian jilbab dimana dan kalimat2 "Islami" yang bertaburan tapi tidak selaras dengan proses pembuatannya yang terjadi ihktilat dimana-mana bahkan bersentuhan dengan yang bukan mahromnya. Mudah-mudahan sineas lain bisa belajar dari pengalaman ini sebelum berniat membuat film Islami.


Film "Perempuan Berkalung Sorban" Dianggap Menyesatkan

Rating:
Category:Movies
Genre: Comedy
JAKARTA -- Film ''Perempuan Berkalung Sorban'' besutan Sutradara Hanung Bramantyo yang sedang diputar di bioskop dinilai banyak mengandung muatan agama yang menyesatkan. Film yang diadopsi dari novel karya Abidah Al Khalieqy itu juga dianggap telah melecehkan Alquran dan Hadits, serta telah menjelek-jelekan pesantren.

Salah satu pesan yang dianggap menyesatkan dalam film itu adalah dialog antara Kiai Hanan, ayah Anissa (Joshua Pandelaky) dengan Annisa (Revalina S Temat). Dalam dialog itu, Kiai Hanan berkata, "Jelas Alquran dan Hadits mengharamkan perempuan keluar rumah sendiri tanpa muhrim, meski untuk belajar."

''Yang membuat saya kaget, dialog itu dihadirkan secara berulang dengan adegan yang berbeda,'' cetus staf pengajar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fitriyani Aminudin kepada Republika, Ahad (1/2). Padahal, kata Fitriyani, tak ada satupun ayat dalam Alquran dan Hadits yang melarang perempuan untuk keluar rumah.

Ia menegaskan, penggunaan kata ''berdasarkan Alquran dan Hadits'' dalam film itu sebagai bentuk pelecehan kitab suci yang amat menyakitkan. Reaksi keras terhadap Film ''Perempuan Berkalung Sorban'' juga dilontarkan Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Yakub. Pakar ilmu Hadits itu menyatakan, tak ada satu pun ayat dalam Alquran dan Hadits yang mengharamkan perempuan untuk keluar rumah.

"Yang ada justru hadits yang sebaliknya,'' tegas Kiai Ali Mustafa. ''Janganlah kamu melarang perempuan-perempuanmu untuk ke masjid (menimba ilmu),'' ucapnya mengutip sebuah hadits. Anggota Komisi Fatwa MUI itu menilai, Film ''Perempuan Berkalung Surban'' telah menyesatkan. "Mereka menggambarkan persepsi yang salah, padahal keadaan yang sebenarnya tidak seperti itu. Itu sangat tidak benar. Menurut saya film itu menyesatkan."

Kiai Ali juga menyoroti adegan Anissa menunggang kuda. ''Dalam film itu digambarkan bahwa perempuan dilarang menunggang kuda. Padahal pada zaman Nabi banyak perempuan yang sudah menunggang kuda,'' tuturnya. Menurut dia, film tersebut telah menyampaikan ajaran agama yang salah. ''Sebaiknya tidak usah ditonton."

Selain itu, Fitriyani juga memaparkan banyaknya adegan yang ganjil dalam film itu. Ia mengkritisi sejumlah dialog dan gambar yang mencoba membandingkan Alquran serta Hadits dengan buku Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Tur. "Siapapun yang menontonnya, dalam film ini terdapat kesan kuat yang menggambarkan kebodohan kaum santri mengharamkan buku-buku Komunis,'' cetus Fitriyani.

Fitriyani menilai film itu mengedepankan pesan utama kebebasan yang mencoba membandingkannya dengan pesantren. "Ada sebuah kesalahan fatal, karena mereka (pembuat film) tak mendalami lebih dahulu karakter dan tradisi pendidikan pesantren,'' tegasnya. Ia menilai mereka yang terlibat dalam film itu sangat terlihat sekali ketidakpahaman mereka terhadap sejarah, tradisi, karakteristik dan jiwa pesantren.

''Ini merupakan pelecehan dan penghinaan terhadap pesantren," kata wanita yang juga pernah mondok di salah satu pesantren Jawa Timur itu. Menanggapi reaksi keras dari kalangan umat Islam itu, Sutradara Film ''Perempuan Berkalung Sorban'', Hanung Bramantyo membantah adanya dialog haramnya perempuan keluar rumah yang didasarkan pada Alquran dan Hadits. "Tak ada dialog seperti itu, itu hanya pendapat sang Kiai yang notabene pemilik pesantren bukan berdasarkan Alquran dan Hadits,'' kilahnya.

Hanung menambahkan, ia mengadopsi keadaan pesantren dan kegiatannya dari novel karya Abidah Al Khalieqy yang merupakan hasil pengamatan Abidah. c63 (-)

Republika, 2 Februari 2009

Wednesday, January 14, 2009

Michael Heart - We Will Not Go Down (Tribute to Gaza)




This is a song of hope for the Palestinians in Gaza, composed and performed by Michael Heart Copyright 2009. http://www.michaelheart.com/

The song MP3 is available for download at:

http://michaelheart.com/Song_for_Gaza.html


A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die

We will not go down
In the night, without a fight

We will not go down
In Gaza tonight


Wednesday, January 7, 2009

Galang dana untuk Palestine bersama ibu-ibu Majelis Taklim At-Taqwa

Assalamu'alaikum,

Alhamdulillah, tadi pagi acara galang dana untuk Palestine dengan ibu-ibu Majelis Taklim At-Taqwa berlangsung dengan lancar. Walaupun di awal-awal ada kejadian yang kurang mengenakan yaitu ketika salah seorang ibu pengurus mengatakan dengan nada cukup tinggi bahwa beliau kasihan kepada jama'ah yang sering dibebani biaya ini itu termasuk nanti yang iuran taklimnya akan naik, begitu juga dengan harga bulletinnya akan naik juga.

Saya hanya mengelus dada karena tugas saya disana hanyalah menyampaikan kabar tentang saudara-saudara mereka di Palestine. Masalah mereka mau menyumbang atau ngga itu urusan mereka. Kita tidak berhak untuk memaksa. Dalam hati saya bilang, "Ibu ini ngga sebanding amat ya ngebandingin beban orang-orang di Palestina sama beban biaya bulletin dan iuran Majelis Taklim yang isinya notabene adalah orang-orang berada....".

Karena ibu saya salah satu pengurus disana, maka ibu saya pun menanyakan ke beberapa jama'ah yang lain apakah mereka merasa terbebani dengan adanya penggalangan dana ini. Ternyata tidak ada satupun dari mereka yang merasa keberatan bahkan mereka mendukung dengan adanya acara ini. "Biarin aja bu,ibu anu emang suka paling rese". Kalimat itulah yang malah keluar dari mereka ketika ibu saya cerita bahwa ibu saya di komplain oleh ibu anu tadi.

Walaupun awalnya cukup bikin sesak dada tapi hasil penggalangan dana itu cukup fantastis yaitu sekitar 8 juta lebih. Alhamdulillah, semoga ini bisa cukup membantu saudara-saudara kita di Palestina.

Saya mengucapkan banyak terima kasih ke mbak Inci dan Ust. Syamsudin Arif yang sudah membantu saya menerjemahkan doa yang dilantunkan oleh Rasyid Al-Fasy yang saya posting disini.

Tanpa bantuan mbak Inci dan Ust. Syamsudin Arif mungkin ibu-ibu itu tidak mengerti apa yang dilihat. Karena sebelum acara penggalangan dana itu memang sengaja saya putar dulu video tentang Palestina yang cukup membuat mata saya banjir ketika proses editingnya semalam. Kalau ada yang mau liat videonya insya Allah nanti saya posting disini.

Syukron wa jazakumullah khairan jaza'

Wassalamu'alaikum