Friday, April 28, 2006

Amunisi Untuk Melawan Pemikiran Islam Liberal

Rating:★★★★★
Category:Other
Originaly posted by Akmal


Assalaamu'alaikum wr. wb.

Di bawah ini adalah tulisan-tulisan (dan beberapa berupa rekaman audio atau visual) yang berkisar pada masalah ajaran liberalisme dalam tubuh umat Islam. Artikel-artikel ini bisa dijadikan bahan bagi rekan-rekan semua untuk beradu argumen dengan para pendukung Islam liberal (tentunya dengan cara-cara yang baik). Insya Allah akan selalu di-update. Bagi rekan-rekan yang merasa memiliki artikel di homepage pribadinya yang rasanya bisa bermanfaat untuk menjawab tantangan dari kaum liberalis (sekaligus untuk menyikapi isu-isu yang mereka lemparkan) silakan menginformasikannya langsung kepada saya dengan mengirimkan private message (jangan lewat reply ya, nanti penuh...) lengkap dengan link menuju artikel yang dimaksud, tentu saja.

Akmal

Indra

Mas Jonru

Mbak Ira

Uda Fitr Tanjuang

Situs Syariahonline.com

Daftar Buku

Buku-buku lain yang bermanfaat sebagai referensi untuk mendalami ajaran Islam atau pun yang khusus berbicara seputar masalah liberalisme namun belum pernah diresensi di Multiply juga dapat ditemukan di jurnal ini.

Rekan-rekan juga bisa mendapatkan banyak sekali referensi dari kolom "Catatan Akhir Pekan" yang diasuh oleh Adian Husaini di majalah Hidayatullah. Adian Husaini adalah salah seorang penulis yang sangat produktif dan biasanya mengulas masalah-masalah ghazwul fikri yang berkaitan dengan sekularisme, liberalisme, pluralisme, westernisasi, dan sebagainya.

Kalau ada di antara link-link di atas yang tidak berfungsi atau salah, harap saya diberitahu. Terima kasih atas perhatiannya! :))

Wassalaamu'alaikum wr. wb.


Tuesday, April 25, 2006

Buku : Islam Liberal, Pluralisme Agama & Diabolisme Intelektual

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Adian Husaini, MA
Judul : Islam Liberal, Pluralisme Agama & Diabolisme Intelektual
Pengarang : Adian Husaini, MA
Penerbit : Risalah Gusti, Surabaya
Tahun terbit : Pertama, September 2005.
Tebal :  235 halaman


Keresahan atas gagasan-gagasan Islam liberal telah lama dirasakan banyak pihak. Dalam Muktamar NU di Boyolali, direkomendasikan penolakan paham liberalisme dan ekstrimisme Islam. Di kalangan Muhammadiyah, sikap anti Islam liberal ditunjukkan dengan tidak dipilihnya Abdul Munir Mulkhan dan Amin Abdullah dalam jajaran PP Muhammadiyah, karena keduanya dinilai berpikiran liberal.

Di tahun 2001, sejumlah kalangan memberikan reaksi penolakan atas gagasan "penyegaran pemikiran Islam" yang disuarakan oleh Ulil Abshar Abdalla. Bahkan Ulil sempat difatwa mati oleh sejumlah ulama yang tergabung dalam Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI).

Dan puncak dari penolakan tersebut terjadi saat MUI (majlis Ulama Indonesia) mengadakan Musyawarah Nasional VII di Jakarta, Juli 2005. dalam fatwa yang menyatakan paham sekularisme, liberalisme dan sekularisme Islam sebagai sesat tersebut seakan menjadi gong peperangan terhadap kelompok Islam liberal.

Pertarungan wacana antara Islam liberal dengan penentangnya telah lama berlangsung di negeri ini. Meski demikian patut disayangkan karena sikap-sikap penolakan tersebut selama ini masih terkesan emosional dan apologetik.

Namun akhir-akhir ini pemikiran Islam Indonesia menemukan dinamikanya dengan lahirnya sekelompok intelektual muda yang resah terhadap fenomena liberalisme Islam. Berbeda dengan kelompok serupa yang lain, intelektual muda ini mencoba mengcounter wacana liberalisme Islam sebagai seorang ilmuan dengan sikap ilmiahnya.

Sebagaimana kebanyakan aktivis Islam liberal yang berlatar belakang pendidikan tinggi dan keakraban dengan metodologi kajian agama kontemporer, intelektual tersebut juga berpendidikan tinggi dan akrab dengan teks-teks modern. Kebanyakan mereka menempuh studi MA atau Ph.D di Malaysia. Jika Islam liberal memiliki ikon Ulil Abshar Abdalla, kelompok Malaysia ini menjadikan Adian Husaini sebagai ikonnya.

Buku ini lahir dari ramainya perdebatan seputar fatwa MUI di atas. Penulis yang sedang menulis disertasi di ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization) Malaysia melihat adanya ketidakjujuran yang dilakukan aktivis Islam liberal dalam menanggapi fatwa MUI.

Seperti pendefinisian pluralisme agama yang diberikan oleh Ulil Abshar dan Syafii Anwar sebagai sikap menghargai realitas perbedaan dalam masyarakat (mutual respect). Adian menilai kedua pemikir liberal tersebut mencoba mengelabui masyarakat dengan mengaburkan makna sebenarnya dari pluralisme agama.

Dengan mengutip gagasan pemikir pluralis terkenal, John Hick, tentang tiga sikap beragama, Adian menjelaskan bahwa pluralisme agama sikap menyatakan semua agama sebagai jalan-jalan yang sah dan benar menuju Tuhan. Pluralisme mengajarkan sikap mengakui adanya kebenaran dalam setiap agama. Seorang pemeluk agama tidak berhak mengklaim agamanya sebagai satu-satunya agama yang benar atau yang paling benar.

Sikap ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari sikap inklusivisme agama dan kritik atas sikap eksklusif. Inklusivisme berarti pengakuan adanya kebenaran di agama lain, tetapi tidak sesempurna kebenaran yang dimiliki agama yang dianutnya. Sebaliknya, sikap eksklusif adalah klaim kebenaran mutlak hanya terdapat dalam satu agama, agama lain dianggap sesat dan tidak menyelamatkan.

Atas ketidakjujuran inilah Adian menilai pemikir liberal sebagai intelektual diabolis. Intelektual diabolis dicirikan oleh beberapa hal, pertama, selalu membangkang dan membantah. Meskipun mereka kenal, paham dan mengetahui kebenaran, tetapi intelektual model ini selalu membantah dan mencari argumen untuk menguatkan opininya. Sikap ini disebut al-'inadiyah.

Kedua, intelektual diabolik bersikap sombong (takabbur), yaitu sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Ciri kedua ini ditunjukkan mereka dengan menyatakan orang-orang yang berpegang pada al-Qur'an dan hadis sebagai dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan lain-lain. Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, relativistic dan skeptis justru dianggap sebagai pembaharu, kritis, dan sebagainya.

Ketiga adalah pengaburan dan penyembunyian kebenaran. Cendekiawan diabolis bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi mereka sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Dengan berbagai argumennya, kesalahan dijadikan seolah-olah benar, dan kebenaran dikaburkan sehingga membuat masyarakat menjadi bingung.

Meski nuansa emosional dan apologetik masih tampak di tulisan Adian Husaini ini, tetapi buku ini patut mendapatkan apresiasi bagi pengamat dinamika pemikiran Islam Indonesia kontemporer. Setidaknya buku ini menjadi tanda semakin dewasanya umat Islam dalam menyikapi perbedaan. Sudah sepatutnya setiap perbedaan pemikiran dituangkan dalam karya tulis sehingga masyarakat bisa memberikan penilaian sendiri dan bisa menjadi dokumen yang akan dipelajari di masa mendatang.

Tradisi perdebatan melalui karya tulis sebenarnya memiliki akar yang kuat dalam peradaban Islam. Di masa Islam klasik, perdebatan tentang filsafat parepatetik Islam antara al-Ghazali (bapak ortodoksi Islam) dan Ibnu Rusyd (pemikir rasionalis Islam) melahirkan karya mereka yang cukup monumental; al-Ghazali dengan Tahafut al-Falasifah dan Ibnu Rusyd dengan Tahafut al-Tahafut-nya. Mungkin terlalu berlebihan bila kita menginginkan lahirnya al-Ghazali dan Ibnu Rusyd baru dari perdebatan yang selama ini berlangsung di negeri ini, tetapi setidaknya jalan yang ditempuh Adian Husaini dapat menjadi titik awal ke arah impian itu.

A "must have book" for ammo...

Friday, April 21, 2006

Kuliah umum mengenal Hadits dan Ilmunya

Start:     Apr 29, '06 9:00a
Location:     Jakarta Islamic Center, Tanjung Priok
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


IKUTILAH
Kuliah Umum

Bersama
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat


Tema
MENGENAL HADITS DAN ILMUNYA
Pembahasan buku:
Pengantar Ilmu Mustholahul Hadits
Buah Pena:
Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Waktu dan Tempat
Sabtu, 29 April 2006
Jam 09.00 s/d selesai
JAKARTA ISLAMIC CENTER
Jl. Kramat Jaya, Tanjung Priok- Jakarta


Penyelenggara
Pustaka Darul Qolam
Bekerja sama dengan:
JAKARTA ISLAMIC CENTER

Kontak Person
021-30893090

Sunday, April 16, 2006

Gus Dur kok makin.....

Rating:
Category:Other

Hidayatullah.com-- Situs Jaringan Islam Liberal (JIL) baru-baru ini (10/4) meluncurkan wawancara dengan bekas Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid. Sebagian besar isi wawancara tersebut membahas komentar-komentar Abdurrahman tentang Rancangan Undang-Undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi, yang sedang hangat di tengah masyarakat. Di salah satu komentarnya, Abdurrahman menyebut Al-Qur'anul Kariim sebagai "kitab suci paling porno di dunia". Di bawah ini kutipan langsung dua pertanyaan yang memuat juga komentar tersebut:

"JIL: Gus, ada yang bilang kalau kelompok-kelompok penentang RUU APP ini bukan kelompok Islam, karena katanya kelompok ini memiliki kitab suci yang porno?"

"Sebaliknya menurut saya. Kitab suci yang paling porno di dunia adalah Alqur’an, ha-ha-ha.. (tertawa terkekeh-kekeh)."

"JIL: Maksudnya?"

"Loh, jelas kelihatan sekali. Di Alqur’an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui, ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha…" (azka/cha)