Friday, June 17, 2005

Kisah si Aceh dan si Medan



Dan duduklah Aceh lalu bersandar di dinding yang dingin menusuk
tulang.Matanya sembab dan basah oleh airmata. Wajahnya sayu dan sendu,
jelas sekali terlihat luka yang sangat mendalam di jiwanya.



"Sudahlah,Ceh.Jangan
menangis lagi, kita pasrahkan saja semuanya,"
dengan lembut Medan
menyentuh lengan Aceh dan mencoba menghiburnya.Aceh diam, tak menjawab.Pandangannya kosong menatap jauh kesana.



"Aku mengerti perasaanmu, kita semua tau penderitaanmu. Sabarlah, Ceh.kita semua siap membantumu."



"Aku hanya menyesalkan satu hal." Akhirnya Aceh mau bersuara, walau sangat pelan dan nyaris tak terdengar.



"Sudahlah Ceh, jangan menyesalkan apa
yang sudah ditakdirkan untuk terjadi, kita semua pasti membantumu
sebisa kita. Kamu lihat kan, teman-teman
yang lain juga sudah datang. Kita semua peduli sama kamu, sayang sama
kamu."




"Bukan itu, Dan. Bukan itu," suaranya serak menahan tangis



"Lalu kenapa?" tanya Medan dengan penasaran.



"Kenapa
hanya sebegitu saja gelombang dan badai yang datang. Aku ingin badai
lebih kuat, agar bersatu saja aku dengan samudera, hingga tidak ada
lagi aku."




"Jangan berkata begitu. Kita semua sama-sama menderita, tapi kita harus tetap sabar.Kamu pasti pernah baca surat dari Dia kan di surat ketiga halaman 146.Dia suka dengan orang-orang yang sabar Ceh" Mata Medan pun mulai berkaca-kaca.



"Aku
sudah capek. Penderitaan ini datang bertubi-tubi, tidak pernah sedetik
pun aku merasa bahagia. Aku udah capek, aku udah capek, Dan.!"
tangis
Aceh pun pecah di pelukan Medan.



"Sabar,Ceh.Sabar. Kita semua sayang sama kamu, kita pasti selalu membantu sebisa kita."

"Aku ingin seperti kalian semua. Aku tidak kuat lagi seperti ini terus."



Hening sejenak, hanya desau angin yang terdengar.



"O iya,
bagaimana dengan adikmu Nias? Apakah dia baik-baik saja? Aku juga
kasihan padanya. Dia kan anak yang baik, dia tidak pernah macem-macem,
pendiam dan jarang sekali terdengar namanya. Tapi kenapa dia juga harus
menjadi korban? aku ingin mengunjungi dia lain kali dengan ncing Jaka"




Tiba-tiba Aceh teringat pada Nias yang senasib
dengannya dan berkata, "Dia masih tidak mau bicara....."










6 comments:

  1. bukan main. biasanya, kalo ada cerita soal aceh dan medan, pasti isinya saling ejek :P

    ReplyDelete
  2. hehe insya Allah untuk hal seperti ini ngga ada yang melakukan itu

    ReplyDelete
  3. anak2nya ncing jaka mah udah mau maen2 kesana.. jenguk2.. tapi ncing jakanya belom kasih exit permit..

    ReplyDelete
  4. assalamualaikum wr. wb.

    Bagus cerpennya mas Indra...ada muatan pencerahan yang sangat halus dan mengena...semoga bisa menghaluskan budi pekerti bangsa

    wassalamualaikum wr. wb.

    oh iya kelupaan ,makasih taarufnya ke MP saya....:D

    ReplyDelete
  5. ACEH dalam bentuk 'lain'
    I do like it
    salut:-)!!
    BTW...assalamu alaikum!

    ReplyDelete
  6. ..ide ceritanya bagus..., ngena bgt..

    ReplyDelete