Wednesday, March 22, 2006

Buku : Dialog dengan aktifis JIL

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Adnin Armas M.A
Judul : Pengaruh Kristen-Orientalis terhadap Islam Liberal
Penulis : Adnin Armas, M.A (*
Penerbit : Gema Insani Press
Resentor : Sufandi Maruih


JIL
alias Jaringan Islam Liberal merupakan kelompok atau komunitas intelektual Islam yang dalam beberapa hal memiliki pemikiran yang liberal dan sekuler atau biasa juga disebut berbeda. Terutama menyangkut pemikiran ke Islaman yang oleh kalangan Islam tradisional atau juga modern diyakini merupakan sesuatu yang sudah baku. Misalnya soal sekularisasi, otentisitas Al Our;an ada tidaknya syariat Islam, termasuk juga soal teologi atau keTuhanan, JIL membongkar keyakinan yang telah diyakini selama ini oleh kaum Muslim pada umumnya dengan pemikiran pemikiran yang liberal.

Dalam bagian lain, JIL terlalu lepas kendali. Ia telah terpengaruh oleh pemikiran kaum Kristen dan orang orientalis yang memang telah lama mendorong sekularisasi. Dan sekularisasi merupakan gagasan yang sentral bagi kelompok Islam Liberal yang dikomandoi oleh Ulil Abshor Abdalla ini. Pemikiran yang dikembangkan kelompok JIL ini memang telah lama dikembangkan oleh orang orientalis Barat dan misionaris Kristen yang kemudian kini dilakukan dalam proses sekularisasi dan liberalisasi Islam. Pembongkaran akar-akar ajaran Islam seperti dokonstruksi Al Qur’an dan tafsirnya merupakan pemikiran yang telah memasuki wilayah sensitive dalam keyakinan Islam. Dan JIL melakukan hal itu.

Demikian antara lain apa yang terungkap dalam buku berjudul Pengaruh Kristen Orientalis terhadap Islam Liberal yang ditulis oleh Adnin Armasm,MA ini. Buku ini menampilkan hasil dialog yang dilakukan oleh penulisnya, Adnin Armas, terhadap para aktivis JIL seperti Hamid Basyaib, Taufiq Adnan Amal dan juga Lutfi As Syaukanie, termasuk Ulil Abshor Abdalla dalam sebuah mailing list.

Selain memuat dialog hal-hal yang sensitive masalah Islam, buku ini juga menampilkan makalah dan wawancara mengenai pemikiran yang pernah dimuat dalam situs kelompok JIL. Agenda masa depan Islam Liberal JIL, teologi untuk negara modern, Islam dan keharusan sekularisasi serta pemahaman Islam kaffah, diungkap tuntas dalam buku panas ini.

Penulisnya sengaja menampilkan semuanya, sehingga pembaca diharapkan dapat memperoleh pelbagai pandangan dan argumentasi yang jelas. Apalagi setelah terbitnya buku wajah Liberal Islam di Indonesia oleh kajian Utan Kayu (2002)

Tidak ada Syariat Islam ?

Seperti diungkapkan dalam buku ini, menyangkut dialogi yang dilakukan penulis dan Luthfi As Syaukanie, bahwa menurut Luthfi tak ada syariat Islam. Saya pribadi ‘ kata Luthfi, menganggap bahwa konsep Syariat Islam tidak ada. Itu adalah karangan orang-orang yang datang belakangan yang memiliki idealisasi yang berlebihan terhadap Islam (sama seperti negara Islam, ekonomi Islam, Bank Islam , dan lain-lain)

Semua hukum yang diterapkan dalam masyarakat pada dasarnya adalah hukum positif. Termasuk hukum yang dibelakukan oleh Nabi. Kalaupun sumber konstitusinya berasal dari Al Qur’an, tambah luthfi, hal ini karena Muhammad adalah seorang Rasul. Dan beliau tidak memiliki konstitusi yang lebih baik yang available pada saat itu selain Al Qur’an..

Pada banyak kasus, delik-delik perundangan yang diterapkan Muhammad dan kawan kawannya malah mengambil semangat hukum adat (urf), termasuk dalam kasus rajam, potong anggota badan secara silang, pembakaran manusia (dalam kasus sodomi) dan denda (diyat, yang diambil dari kondifikasi Romawi dan Nabatean). Hanya sedikit yang beliau ambil dari Al Qur’an.

Mengapa ? karena Muhammad sedang berinteraksi dengan manusia, dengan orang Yahudi dan orang-orang tribal Madinah. Selama hukum merupakan refleksi dari dinamika sebuah masyarakat, maka apa yang dipraktekkan oleh Nabi (yang Anda sebut sunnah fi’liyyah) adalah keputusan manusiawi belaka. Tidak ada sesuatu yang istimewa yang harus dianggap sebagai sesuatu yang ‘unik’ Islami.

Apanya yang unik ? Ibadah haji saja, sebut Luthfi, warisan jahiliyyah, zakat warisan Romawi yang direvisi, sholat warisan Daud yang dimodifikasi, dan dalam sistem ekonomi Rasulullah menyetujui semua praktek ekonomi orang-orang Romawi yang saat itu mendominasi hampir semua urusan administrasi dan tata negara, kecuali riba. (orang orang Romawi atau siapa pun sesungguhnya akan berkeberatan jika riba yang dimaksud adalah transaksi merugikan orang lain).

Penulis buku ini adnin Armas  sangat sepakat dengan pendapat Luthfi assyaukanie diatas, Saudara Luthfi, kata Adnin dalam buku ini. Anda terlalu berani untuk menyimpulkan bahwa tidak ada Syariat Islam. Saya masih belum melihat kukuhnya argumentasi Anda. Tolong disebutkan referensi yang menyatakan syariat itu tidak ada agar kita dapat mendiskusikan referensi itu secara mendalam. Saya melihat Rasulullah SAW bukan hanya manusia biasa seperti kita. Saya juga berpendapat bahwa haji tidak dapat dikatakan warisan jahiliyyah, zakat warisan Romawi yang direvisi, sholat warisan Daud yang dimodifikasi, dan sistem ekonomi Rasulullah SAW menyetujui semua sistem ekonomi Romawi, kecuali Riba.

Saya melihat kata Adnin dalam menanggapi pendapat Luthfi, kalaupun ada sedikit persamaan, hal itu tidak berarti tidak adanya nilai fundamental dan nilai yang mendasar. Memang Rasulullah SAW juga membawa risalah yang pernah disampaikan nabi nabi sebelumnya. Sehingga disini muncul kemiripan. Tetapi tidak sama sekali menafikkan perbedaan yang sangat mendasar. Oleh karena itu, Islam (konsep syahadah dan syariatnya) adalah agama yang baru sama sekali. Bukan tiruan yang diubah sesuaikan. Disini saya ingat usaha orientalis yang ingin mensosialisasikan ide seperti pengaruh Yahudi dan Kristen sedemikian besar sehingga Islam tidak bisa dianggap superioritas dari agama lain.

Kendati mendapat serangan dan kontraversial, kelompok JIL nampak pede sekali. Bahkan dalam bagian akhir buku ini koordinasi JIL, Ulil Abshor, Abdalla optimis bahwa Islam yang diusungnyalah yang akan berkibar di masa depan. Saya semakin optimis, kata Ulil, bahwa Islam liberal ini akan menjadi maazhab ke depan yang segera akan menggantikan madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, Ja’fary dan yang lain.

Adnin menanggapi pendapat Ulil itu dengan mengatakan masa depan Islam hanya pada Islam Liberal. Pernyataan ini terlalu berani. Bagaimana Anda yakin mengatakan hanya kepada sesuatu yang belum terjadi?  Yang jelas dalam buku ini memberikan kejelasan bagi pembaca mengenai pemikiran yang dilomtarkan kelompok JIL dan pada batas mana mereka telah melewati wilayah sensitif syariat Islam. Oleh penulis buku ini, semua itu dibedah dan dikorek dengan tajam melalui dialog interaktif dengan aktifis JIL.


(* Adnin Armas, M.A, menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo tahun 1992 dan melanjutkan ke Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), dalam bidang Filsafat. Memperoleh Sarjana dari International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) bidang Pemikiran Islam (Islamic Thought) dengan tesis berjudul Fakhruddin arRazi on Time pada tahun 2003.

Saat ini beliau adalah kandidat doktor di ISTAC UIAM aktif sebagai peneliti INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Karya beliau antara lain adalah: Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an; Pengaruh Orientalis terhadap Islam Liberal. Di samping itu beliau sangat aktif menulis artikel-artikel ilmiah di beberapa majalah dan surat kabar di Indonesia.



7 comments:

  1. Hmm. rasanya saya pernah hadir waktu Pak Adnin ini berkunjung ke Pondok Gede...

    ReplyDelete
  2. hehe akhirnya diresensi juga... :p

    ReplyDelete
  3. weleh..weleh..weleh..Emangnya Ulil siapa? mau menjadikan JIL sebagai Madzhab??
    Kalau Mandra bilang," nyebut..ulil....'Astaghfirullah' nyebut ulil 'Astaghfirullah' buruan tobat sono sebelum terlambat"
    Tambahan akh: naudzubilah minjaliq, jangan sampai terjadi akh.

    ReplyDelete
  4. Yes..untunglah Mas Indra membahasnya.
    Tx, sangat informatif..membuka wawasan saya lagi.
    anw, saya senang sekali ada orang yg dapat memberi masukan positif thd apa2 yg saya tampilkan di MP saya.
    trims :))

    ReplyDelete
  5. Madzhab JIL itu lahir krn ketidakmampuan para ulama kita mengupdate pengetahuannya dan menjwb pertanyaan2 mrk... Itulah yg memundurkan umat Islam lalu munculah JIL ini dr org2 muda...Sbnrnya kalo para ulama kita mengupdate trs pengetahuannya, Insyaallah JIL ini akan rontok sendiri...Tidak akan ada peminatnya

    ReplyDelete
  6. bleh tnya..... g5mn dpt buku tntg hal ni??

    ReplyDelete