Tuesday, July 5, 2005

Meniti Kehidupan





Sejenak ku terhenti,


Termenung di sini,


Sebuah laluan yang digelar kehidupan,


Yang penuh dengan dugaan kepada setiap insan...




Sepanjang aku berjalan,
di titian kehidupan,

Aku tersandung, tersungkur, terjatuh,


Namun aku bangkit semula,

dan perjalananan kuteruskan...




Meneruskan kehidupan,


Aku terus berjalan, setapak demi setapak,


Menahan gejolak dihati,

Kadang menangis sendiri....



Kesedihan, Kepahitan, Kemanisan, Kepayahan,


Segalanya ku telan, menjadikan suatu azimat,


Masa lalu ku simpan di dalam sebuah peti di qalbu,


Dan ku jadikan mutiara yang kunamakan pengalaman...




Hanya kepadaNya aku luapkan perasaan,


Hanya padaNya tempat aku mengadu nasib,


Aku hanya seorang musafir,


Yang menumpang di muka bumi ini...




Senantiasa aku berdoa,


Janganlah aku hanyut,


Digelombang arus,

zaman yang penuh dengan kemungkaran...



Di mana saja ku lihat,


Anak muda semakin khayal,


Khayal dengan hembusan taufan,


Taufan berasaskan Kebaratan...



Kan kuteruskan hidupku ini

Perjuangan kan kuhadapi,


Untuk menegakkan yang Haq,

menguatkan Iman,

meruntuhkan yang bathil...




Aku seorang musafir,

yang tak berteman,

Tiada berharta, tiada perhiasan,


Yang ada hanya setitik nyawa,

pinjaman dari Tuhan...





[Jakarta, 20 November 2004]












19 comments:

  1. mungkin kalau bertemu sesama 'musafir' yang lain bisa dijadikan teman perjalanan, bahu membahu dalam perjalanan menujuNya...?

    ReplyDelete
  2. maknanya dalam bgt
    kayanya bermanfaat bgt buat anak jaman sekarang nih....

    ReplyDelete
  3. akhir2 ini memang sering ketemu kok, but sometimes they just come and go like the wind....kok kata-katanya jadi kaya film gone with wind ya? hehe

    ReplyDelete
  4. heheh tapi maaf bukan bermaksud menggurui, hanya sedikit berbagi

    ReplyDelete
  5. sometimes you must open up your hand to catch the wind...

    ReplyDelete
  6. Yap, always doing it i hope, thank you :)

    ReplyDelete
  7. duh musafir nan baik hati
    di sana tlah menanti sang pujaan hati
    tempat bercanda dan berbagi
    membahu mengabdi pada Rabbul Izzati

    ReplyDelete
  8. Terciptalah Abdi
    seorang teman pencerah hati
    Tapi apalah hidup ini
    tanpa iman pada Al Muhyi*



    *Al Muhyi (99 Nama Allah) : Yang Maha Kuasa Menghidupkan segala sesuatu yang sudah mati. Ia memberi hayat kepada segala Makhluk hidup

    Nuhun kang puisi balesan na, meni pas pisan hehe

    ReplyDelete
  9. Meniti kehidupan seperti sebuah jaring laba2, indah dirajut, tapi mudah hancur, jaringnya bisa melindungi tapi juga bisa menjadi menjerat sendiri....

    subhanallah bagus, semoga doa dalam puisi ini dikabulkan...amiin

    ReplyDelete
  10. Kang :)
    getar puisimu sampai disini.....
    Smoga kita semua tetap istiqomah dalam kerendahan hati.....

    *Smoga perjalanan ke Tanah Suci berkah untuk semua*

    -dari sahabatmu yg angin2an-

    ReplyDelete
  11. Everyone need A shoulder to cry on

    InsyaAllah dia akan kau temukan dalam kesendirianmu di perjalanan hidup..amiiin

    ReplyDelete
  12. Kalau menumpang hanya singgah sebentar, sementara
    setelah itu kembali ke asal..ke kampung akhirat ya abadi..semoga kita bawa 'bekal' untuk tempat yang abadi

    ReplyDelete
  13. Btw, musafir jg perlu seorg teman pak indra, walo teman itu datang dan pergi..itulah resiko hidup,
    Akan ada bnyk pelajaran yg bs diambil dr pertemanan dgn manusia, dgn lingkungan sekitar, dgn alam, bahkan berteman dengan jalanan, sebuah sekolah kehidupan yang didalamnya tdk selalu manis, bahkan banyak tangis tapi justru kepahitan yg membuat kita jd tegar jika dilandasi iman, Insya Allah…
    *Ya Rabb, jangan cabut nikmat iman ini setelah Kau beri petunjuk…,amin*

    ReplyDelete
  14. eh....aku temanmu lo....don't worry....hihihihi...

    ReplyDelete
  15. Amin, mudah-mudahan kita semua bisa punya bekal yang cukup untuk disana

    ReplyDelete
  16. cocok, been there done that hehe

    ReplyDelete
  17. Wah thank you lho jeng ! heheh

    ReplyDelete