Thursday, February 9, 2006

Serangan pemikiran dalam Pendidikan Islam



Assalamu'alaikum,


Serangan pemikiran atau al ghazwu'l-fikri dapat disebut sebagai sebuah istilah kontemporer yang banyak dipopulerkan di kalangan umat Islam. Sebagai serangan yang bukan berbentuk fisik, dia mempunyai karakteristik yang dekat dengan brain washing atau dengan istilah lain thought control, ideological reform. Setiap ideologi atau ajaran mengklaim mempunyai otoritas kebenaran dan berusaha meyakinkan pihak luar dengan berbagai cara. Penerimaan "kebenaran" pada pemikiran seseorang memerlukan pembersihan terhadap kepercayaan lama orang tersebut tentang makna kebenaran.

Serangan pemikiran ini apabila kita lihat dari susunan katanya sudah jelas bahwa yang dimaksud dengan serangan itu bukanlah secara fisik seperti menggunakan senjata atau apapun yang berhubungan dengan kontak fisik secara langsung yang mengandung unsur kekerasan, tapi lebih merupakan serangan yang sepintas tidak terlihat dari segi fisik tetapi mampu menembus akal dimana akal seseoranglah yang menentukan gerak tubuh dan perilaku seseorang tersebut.

Sebagai perang urat saraf, ia mempunyai strategi dan sasaran serta penghalalan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Misalnya, seorang musuh disulap sedemikian rupa sehingga ia menganggap lawan sebagai kawan atau juga sebaliknya, atau sekurang-kurangnya ia idak memihak kepada salah satu dari dua pihak yang sedang berkonfrontasi. Serangan pemikiran atau brain washing ini biasanya sangat efektif pada saat keadaan tidak normal atau tidak berimbang. Singkatnya serangan pemikiran ini akan mudah melancarkan serangannya di lingkungan atau individu-individu yang belum mempunyai kepribadian yang tangguh dan ilmu yang cukup.

Penggunaan istilah ghazwu'l-fikri dikalangan umat Islam, berarti maksud sebenarnya adalah ghazwu'l-fikri al Islami atau serangan yang ditujukan kepada pemikiran Islam oleh lawan pemikiran itu sendiri. Serangan ini biasanya dipahami berasal dari dunia Barat secara umum yang mempunyai hubungan atau kepentingan di dunia Islam. Dalam hal ini Barat berada dalam posisi kuat karena dominasinya dalam segala bidang dan dunia Islam berada dalam posisi lemah karena pengaruh dominasi asing tersebut.

Apabila kita cermati, serangan pemikiran terhadap umat Islam di Indonesia sangat-sangat terasa pengaruhnya dari serangan pemikiran tersebut. Dulu tidak ada kyai yang mendukung goyang erotis dan sekarang ada. Dulu tidak ada cendekiawan muslim yang menghalalkan nikah beda agama dan sekarang ada. Dan yang terpenting, di zaman sekarang sudah ada seorang profesor atau doktor yang bisa dengan mudahnya mengatakan bahwa al Qur'an yang sekarang telah mengalami distorsi dibanding ketika zaman al Qur'an pertama kali turun, oleh karena itu al Qur'an perlu dirombak dan dibuat edisi kritisnya. Itulah sekilas efek dari serangan pemikiran yang tanpa kita sadari telah masuk ke sendi-sendi umat Islam bahkan sampai ke level intelektual.

Didalam tataran intelektual, sebenarnya gejala serangan pemikiran terhadap Islam ini dapat menjadi studi banding atau rival, sehingga dari berbagai perbandingan yang dilakukan diharapkan dapat menemukan suatu metodologi baru dalam memahami Islam dan menerapkannya nilai-nilainya di masyarakat. Tapi alih-alih untuk mempelajari Islam dari Barat dan menemukan kelemahan Barat dalam kajian Islam, seorang cendekiawan pun bisa terperosok.

Prof. Dr. Harun Nasution yang sempat menjabat rektor IAIN Syarif Hidayatullah (1973-1984), berangkat ke Montreal, Kanada dan menuntut ilmu di McGill University yang saat itu dan sampai sekarang mempunyai program yang dinamakan The McGill - IAIN Relationship. Dan struktur organisasi nya pun diisi oleh beberapa tokoh pendidikan dari IAIN seperti Azyumardi Azra dari UIN Jakarta , Amin Abdullah dari IAIN Yogyakarta. Buku yang mungkin menarik untuk dibaca berkenaan dengan dampak dari program kerjasama antara IAIN dan McGill University adalah buku yang berjudul, "The Modernization of Islam in Indonesia, An Impact Study on the Cooperation between the IAIN and McGill University"

Setelah menuntut ilmu disana, beliau pulang dengan membawa segudang pemikiran baru dan mengeluarkan buku berjudul "Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya", yang ketika itu menuai banyak kritik yang cukup tajam dari kalangan cendekiawan muslim lainnya karena buku itu penuh dengan pemikiran Barat terhadap Islam yang mempunyai banyak kelemahan dan dapat membuka pintu ke arah sekularisme, plurarisme dan liberalisme, dimana faham-faham tersebut telah difatwakan haram oleh MUI pada tanggal 29 Juli 2005. Salah satu tokoh yang gigih mengkritik isi buku tersebut adalah Prof. HM Rasjidi yang ternyata adalah satu almamater dengan Prof. Dr. Harun Nasution dan sama-sama pernah menuntut ilmu dari McGill University. Hanya yang menjadikannya beda adalah, Prof. HM Rasjidi seakan menggunakan kaidah, know your enemy so you know how to defeat them, sebaliknya dengan Prof. Dr. Harun Nasution yang justru seakan berkompromi dengan mereka.

Di dalam lingkungan pendidikan yang kelihatannya Islami pun belum tentu seratus persen terbebas dari serangan pemikiran ini. Serangan pemikiran bekerja dengan cara yang lihai, terselubung dan mematikan (swift, silent & deadly). Penanaman ideologi yang menyimpang sekarang sangat mudah dilakukan bahkan di belakang titel profesor dan doktor. Maka tidak heran ketika seorang profesor dan cendekiawan muslim saat ini bisa meneriakan slogan say no to syariat Islam.

Tentunya tidak semua orang bisa mendeteksi gejala serangan pemikiran ini. Oleh karena itu penanaman ilmu tentang Islam di usia sedini mungkin sangatlah diperlukan dan juga materi pembelajarannya tidak hanya berhenti misalkan hanya sampai tahap al Qur'an itu wahyu Allah dan Hadits adalah sunnah Rasulullah oleh karena itu wajib diimani, tapi juga mengerti mengapa al Qur'an dan al Hadits bisa tetap asli dan layak untuk diimani sehingga hal-hal yang menyangkut kedua dasar aqidah Islam yang sudah pasti tersebut tidak perlu lagi diutak-atik dengan alasan modernisasi Islam.

Belajar Islam kepada orang Barat yang belum muslim, walaupun hanya untuk belajar metodologi, juga akan menyangkut aqidah keagamaan, khususnya bila metodologi yang dimaksudkan adalah metodologi pengamalan ajaran Islam. Islam sebagai pandangan hidup muslim adalah risalah (pesan yang disampaikan) dan juga thariqah (metode) tentang bagaimana menerapkan pesan-pesan tersebut dalam kehidupan nyata. Thariqah tersebut banyak terdapat dalam sirah Rasulullah saw berupa langkah-langkah yang beliau lakukan selama hidup dalam menerapkan ajaran Islam.

Bila memang dibutuhkan, maka sebenarnya belajar Islam ke Barat hanya dapat dibenarkan sebagai studi perbandingan dan pelengkap untuk memperluas wawasan. Hanya saja Allah telah memperingatkan kita di dalam surat Al Hujuraat ayat 6,

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Didalam kitab Muzil Al-Ilbas, para ulama mendefinisikan orang yang termasuk golongan fasiq adalah seseorang yang mengakui hal-hal semacam shalat, zakat, puasa dan lain-lain sebagai ketentuan yang Allah tentukan kepada umat Islam, hanya saja dia tidak melakukan semua itu maka dia termasuk golongan yang fasiq. Tetapi apabila dia tidak mengakui semuanya termasuk hukum Allah, maka dia termasuk golongan yang kafir.

Apabila Allah saja sudah memerintahkan kita untuk memeriksa lebih teliti dan hati-hati terhadap berita yang dibawa golongan yang fasiq, tentunya kita diharuskan lebih extra teliti lagi didalam mengambil berita atau ilmu dari golongan yang tidak mengakui Allah Subhana Wata'ala sebagai Tuhan mereka dan Muhammad sebagai nabinya agar tidak terjadi musibah seperti digambarkan Allah dalam surat al Hujuraat tadi.


Wassalamu'alaikum

Tulisan ini juga dimuat di hidayatullah.com









35 comments:

  1. Akidah...
    hal pertama yang mungkin harus kita benahi..
    jika akidah kita kuat..insya Allah badai perang pemikiran yang sedang melanda umat Islam dapat diredakan...

    ReplyDelete
  2. sekuat manapun akidah jika masih ada insan yang penuh dengan kebencian dan koleksi dosa, perang pemikiran tetap akan melanda. mungkin lebih hebat dari sebelumnya...

    ReplyDelete
  3. Akidah yang termaktub dalam dua kalimat syahadat...
    membawa konsekuensi akan keyakinan umat kepada kemurnian dan kesucian Islam...
    sedangkan pemikiran2 pluralis, sekularis, dll berusaha untuk "menodai" kemurnian dan kesucian ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW...
    So.. apakah tega..seseorang mengotori kesucian dan kemurnian keyakinannya...
    kecuali orang itu adalah orang fasik...orang2 munafik...Astaghfirullah...
    maaf jika ada kata2 yang kurang berkenan..

    ReplyDelete
  4. Ya.. Allah dan Rasul Nya telah memberi khabar kepada kita dalam Qs.2:120, dan juga sebuah hadits muttafaqun alaih, dimana ummat beliau shalallahu'alaihi wasallam, banyak yang mengikuti millah (pola pikir, gaya hidup, tata cara beragama, Agama) yahudi dan nashrani, bahkan sampai masuk lubang biawakpun ada yang mengikutinya.

    namun sayang peringatan ini cuma dianggap sebuah text yang usang. Na'udzubillah.

    ReplyDelete
  5. setuju mas indra. Tapi saya senang dengan aksi berantas media porno di kios2 majalah, semoga ini langkah awal yang bai. tapi saya harap sih UU pronografi ini berlaku juga bagi mereka yang hobi pake baju sexy di tempat umum, ada razianya gitu....

    ReplyDelete
  6. Aqidah....Dalam pencapaian aqidah yang lurus tentu memerlukan proses dan metodologi pembelajaran yang tepat, karena aqidah tidak mungkin tumbuh sendiri tanpa proses dan metode. Saya kira metodologi atau cara pembelajaran inilah yang harus ditambahkan untuk semakin memantapkan aqidah. Karena sebisa mungkin kita hindari atau meminimalisir dogma atau taklid dalam beragama.

    Misalnya, ketika orang lain mengatakan bahwa hukum untuk suatu hal adalah A, maka kita katakan A juga tanpa melihat proses atau jalan bagaimana seseorang itu bisa mencapai kesimpulan A. Menurut saya hal seperti ini yang sangat rentan untuk diotak-atik aqidah kita.

    Misalnya lagi, ketika kecil kita diajarkan membaca al Qur'an dan diberi tahu kalau hal itu berpahala dan bisa membawa kita ke surga dsb. Tapi kadang para orangtua lupa mengenalkan apa yang membuat al Qur'an begitu istimewa dan layak dianggap sebagai Kitab Suci, misalnya al Qur'an terjamin keasliannya sejak 1400an tahun yang lalu dan apa yang membuat para ulama terdahulu yakin bahwa keaslian itu terjaga atau semacamnya yang bersifat ilmiah dan bisa dibuktikan.

    Akhirnya sekarang bisa kita lihat beberapa orang yang sudah menyandang gelar dosen atau profesor sekalipun bisa dengan mudah mengatakan bahwa al Qur'an tidak lengkap, perlu diubah, hadits adalah bikinan para ulama terdahulu dan sebagainya yang telah jelas bahwa hal tersebut bisa mengguncang aqidah seseorang yang memang belum cukup ilmunya mengenai al Qur'an dan hadits.

    Jadi menurut saya, yang perlu untuk dibenahi adalah metodologi atau cara kita mengambil ilmu dalam Islam dan tentunya dibarengi dengan aqidah yang baik. Ini tugas para orangtua yang sedang dan akan mendidik anak-anaknya secara Islami. Mudah-mudahan dengan begitu, di masa mendatang tidak ada akan lagi orang-orang yang berusaha merusak aqidah anak cucu kita. Aamiin

    ReplyDelete
  7. Sependapat bhawa aqidah merupakan pondasi utama bagi keimanan seseorang. Dan dalam Islam kita juga diajarkan untuk bekerjasama saling memperkokoh keimanan kita. Aqidah tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga negara dan masyarakat di lingkungannya, yaitu dg adanya amar ma'ruf nahi munkar. Tapi jaman sekarang kalo kita mengingatkan orang lain justru dianggap 'suka ikut campur urusan orang' dsb, padahal itu kan kewajiban kita...

    ReplyDelete
  8. Setuju Mas, jangan jadi ikut keblinger...

    ReplyDelete
  9. pendidikan Islam yg mana nih? dulu guru SD saya bilang ISLAM itu singkatan dari Isya, Subuh, Lohor, Ashar, Maghrib... saya protes, saya bilang yg bener Zhuhur, bukan Lohor... lagipula shalat lima waktu itu cuma satu dari lima rukun Islam... langsung deh saya dapet nilai 6 di rapor....

    yg macem gini termasuk pendidikan Islam gak? :))

    ReplyDelete
  10. Semakin hari semakin kita dijejali dengan hal-hal yang menjauhkan dari aqidah, mahabbah kepada Allah semakin menipis, banyak hal-hal yang disajikan di media cetak atau elektronik membuat gamang dan akhirnya apa yang terjadi diterima sebagai ajaran/ilmu yang benar.

    Contohnya, semakin banyak remaja muslim berpakaian tidak sesuai syariah, menikah muslim dengan non muslim, hidup bersama tanpa menikah, anak-anak tidak santun kepada orang yang lebih tua, orang tidak peduli dengan sekelilingnya/individualistis, dan mengeluarkan pernyataan, kenapa sih orang ribut, ini khan urusan gue sama Tuhan, mereka tidak menyadari bahwa mereka hidup bersosialisasi/bermasyarakat ada aturan/etika bermasyarakat, perilaku buruk menjadi contoh sehingga banyak orang yang mengikuti jalan kehancuran, karena tidak berpegang kepada tali Allah.

    Dan salah satu penyebabnya hilangnya pendidikan budi pekerti/akhlak di sekolah bahkan pintu pendidikan di rumahpun, budi pekerti tidak diajarkan.

    Menurut saya, kalau kita mengajarkan budi pekerti, maka akan berdampak sikap seseorang peduli, santun, yang mana mereka menebarkan Kasih Sayang (Asmaa'ul Husna), dan berbuntut kepada aqidah, mereka yang memahami budi pekerti/akhlak maka akan mahabbah kepada Allah.

    Menjadi keprihatinan bersama, pintu gerbang pendidikan adalah di rumah, banyak orang tua kurang berinteraksi dengan Al Qur'an, sehingga anak-anakpun menjadi pembangkang, membantah orang tua, egois.

    Padahal semua masalah, ada jalan keluarnya, dan semua ada di Al Qur'an.

    Sebagai contoh, ketika anak-anak menanyakan mengapa wanita harus berbusana sesuai syariah (QS 24 ayat 31), lalu dijelaskan nilai positif dan negatif, ternyata tidak ada nilai negatif.
    Ketika anak-anak tertimpa mushibah, saya jelaskan QS 42 ayat 30 dan saya jelaskan bahwa Allah tidak pernah zhalim (QS 8 ayat 51; 9 ayat 70; 10 ayat 44), mereka mengerti dan Insya Allah selalu berhati-hati. Namun apapun yang terjadi kepada diri kita, ambil hikmahnya karena itu merupakan ujian dari Allah (QS 2 ayat 155).

    Insya Allah dengan berinteraksi dengan Al Qur'an, dapat menimbulkan kecintaan kita kepada Allah dan memelihara aqidah, karena hanya Laa illaha illa Allah. Semua kembali kepada Allah, karena Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya (QS 2 ayat 216).

    Dan tentunya ditambah hadits-hadits yang mendukung, seperti al insaanu mahallul khatai wan nisyani, manusia itu tempat salah dan lupa, tapi manusia harus tetap berusaha untuk pandai dan berhati-hati, mencari cara agar tidak suka lupa, Allah menyenangi hamba yang selalu berusaha berbuat kebaikan, termasuk menambah ilmu.

    Mudah-mudahan sharing saya bermanfaat,

    ReplyDelete
  11. Tentu bermanfaat dong tante Dani, makasih ya tante :)

    ReplyDelete
  12. Mas-mas dan Mbak-mbak.. ane ikut nimbrung ya.. tapi maaf kalo ada salah.
    Sejak MUI mengeluarkan fatwa haram untuk sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Muncul dan terciptalah masy. yg pluralisme phobia. Sungguh ironis memang, padahal kita hidup dlm alam multikulture, dan pastinya pandangan hidup pun akan berbeda. Entahlah ke-aroganan sang mayoritas atau dalih defensif(mengetatkan ikan pinggang, pegangan sebelum jatuh dll) sehingga muncul lah hal2 seperti "kamu harus nurut sama saya", "Islam itu suci dan saklek" sehingga ketika kita menawarkan tafsir yg lebih kontekstual ketimbang tekstual.. buru2 kita dituduh kafir.. buru2 kita dituding misionaris berkedok Islam dll, "Syndrom Super Phobia" Ketakutan yg membabi-buta akan westren dan non muslim.. penuh curiga dgn hal2 yg berbau westren dan non muslim.. lucunya sebuah masjid menolak sumbangan dari gereja krn menurut mereka "haram".. padahal masjid dan umat Islam di Amerika tdk pernah protes jika Bill Gates memberikan sebagian uangnya, "Asyik curiga, Lupa bekerja" Umat Islam asyik curiga dan mendebatkan tentang kemajuan2 yg telah dicapai oleh pihak barat tanpa mau mempelajarinya.. sibuk bersuudzon.., "saleh ritual 100% saleh sosial 0%" sholat lima waktu tapi kelakuan kotor(departemen agama korupsi?), mengaji tiap malam tapi tdk mau mentaati lalu-lintas sepanjang jalan kalimalang, sering ikut pengajian..giliran ada orang tabrakan cuman say: innalillahi! padahal hidup harus vertical+horizontal.
    Entahlah ane juga bingung, kalo menurut tentang ane pemikiran2 baru itu, ambil yang baik2nya aja dan buang yg busuk2nya.. anggap saja itu effect dari iklim demokrasi bangsa Indonesia.
    Mudah2an Umat Islam senantiasa sukses dan dlm lindunganNya.AMIN

    ReplyDelete
  13. Mas/Mbak sebelumnya maaf juga kalo ada salah. Tapi sejauh yang saya tahu, kata "isme" itu berarti suatu faham. Masyarakat Indonesia ini memang plural, artinya terdiri dari berbagai macam suku,agama,adat dsb. Maka ketika digunakan kata pluralisme, maka yang ada penyamaan rataan semua faham. Tidak ada benar, tidak ada yang salah alias bingung. Inilah yang difatwakan haram oleh MUI karena mendangkalkan aqidah.

    Maka yang tepat dan diwajibkan oleh Islam adalah Pluralitas, yang kurang lebih artinya saling menghargai pendapat dan keyakinan yang lain tanpa harus latah mengikuti keyakinan yang bertolak belakang dengan keyakinannya semula.

    ReplyDelete
  14. Lho ? bagaimana dengan kita sendiri ? sudahkah kita mempelajari kegemilangan peradaban Islam di masa lampau lalu mempelajari apa yang membuatnya sukses di masa lalu dan apa yang membuatnya merosot di masa kini ?. Kalau memang muslim, kenapa kita malah silau dengan Barat ?

    Dan juga kenapa harus berapriori setiap ada sesuatu yang datang dari Barat. Silahkan saja ambil yang bermanfaat dari Barat semacam teknologinya, sciencenya dan lain sebagainya. Tapi untuk apa kita mengambil tafsiran baru dalam soal keagamaan, khususnya Islam, dari tempat yang memang bukan merupakan tempat lahirnya Islam ?

    ReplyDelete
  15. Lho, semua contoh yang anda sebutkan itu kan masalah sejumlah orang atau individu yang belum tentu semua umat Islam, apakah karena masalah individu ini harus dirubah penafsiran tentang agamanya secara keseluruhan ? yang harus dirubah ya ahklak si individu tersebut dong. Masa gara-gara sejumlah orang, yang kena kite semua bang...gimane ente...

    ReplyDelete
  16. betul... inilah salah satu upaya utk membuang yg busuk2nya... :))

    ReplyDelete
  17. Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. (sumber: wkipedia)

    Pluralisme adalah salah satu ciri khas masyarakat modern dan salah satu bentuk supremasi dlm negara demokrasi. Dan jelas sejak NKRI berdiri kita telah sepakat negara ini menganut pluralisme sbg salah satu paham dlm kehidupannya bernegara.

    Saudaranya Pluralisme adalah asimilasi. percampuran banyak adat dan ajaran menjadi sebuah new culture atau sebuah pemahaman baru. Lalu bukankan Indonesia ada krn adanya pluralisme dan kemudian proses asimilasi? Betawi lahir krn proses bercampurnya budaya Cina+Melayu+Timur Tengah. Bukankah dulu (sebelum kite lahir) Islam juga sudah berasimilasi dgn budaya hindu dan budha?ditambah dari Persia dan China?contoh: Bedug di masjid2.

    Kalo MUI mengeluarkan fatwa pluralisme haram, yg dimaksudkan pluralisme disini adalah "menganggap semua agama yg berbeda adalah sama". Kenapa MUI tdk langsung mengeluarkan fatwa haram halnya "menganggap semua agama yg berbeda adl sama"?
    Disinilah kadang2 masy. Indonesia lemah, terhadap hal2 kecil yg sebenarnya penting, masalah pen-definisian, seperti RUU APP yg membingungkan, bukan?

    ReplyDelete
  18. Sebelumnya saya mengucapkan salut pada Bang Indra, lama saya berbincang dgn orang2 baru kali ini ane dapet orang yg punya pemikiran "look at the history", tdk mau diperbudak oleh future, tapi ingin membuat future dgn history. there is no future without history. Great Bang.

    Mohon maaf sebelumnya krn saya bukan ahli masalah tafsir alquran, jadi kalo ada yg salah harap dimaafkan, tdk bermaksud menuai amarah apalagi ini masalah yg sensitif.

    Overall ane setuju dgn Bang Indra, knapa kita harus apriori toh we are human being.
    Tapi bukankah sikap penolakan terhadap tafsir Al-quran yg dilakukan oleh individu barat ataupun orang yg baru pulang belajar dari barat adalah bisa dikategorikan appriori?even orang tsb sudah melanglang buana belajar Islam toh masih ada "suudzon" mereka adl misionaris berkedok Islam. Padahal yg diperlukan bukan sikap appriori ataupun syndrom phobia tapi crosscheck.

    Maaf ya.. ane tdk tahu mengenai tafsir. Tapi bukankah open-mind better than closed-mind? Open-mind lebih bijak ketimbang mengganggap we are superior tapi tdk mau mempelajari pengetahuan untuk kebutuhan globalisasi dan rahmatan lil alamain?
    Uni Soviet adl buktinya, mereka terlalu sombong, menolak open-mind, menganggap prinsip dan paham Uni Soviet yg paling hebat, finally.. mereka hancur dan kin lebih open-mind.
    China dulu tdk jauh beda dgn Soviet tapi setelah mereka "open-mind" mereka menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
    Meaning, alangkah bijaknya jika kita bersikap open-mind(bukan permisif!) dlm menghadapi era globalisasi ini, dgn sedikit-demi-sedikit berevolusi dari tafsir teks orientasi ke arah tafsir kontekts orientasi.

    Sekali lagi maaf ya kalo ane salah, ane bukan ahli dlm tafsir.
    Cuman satu yg tdk akan terlupakan, waktu ane tanya sama Ibu ane tentang dalil yg memperbolehkan kita men-jamak dan meng-qoshor sholat setelah menempuh perjalanan 85km dgn maksud agar ane bisa menjamak sholat dan meng-qoshornya, Ibu ane menjawab itu kan dulu jaman Nabi, belum ada kendaraan masih pake onta, jalannya belum sperti sekarang. Masak km gak malu sama Nabi?
    Juga ketika, dlm sebuah artikel yg ditulis Bung Karno bahwa kena air liur anjing tdk perlu di basuh air 7 kali dgn berbagi macam caranya seperti yg tertulis dlm hadist, cukup dgn air dan sabun saja, krn dulu jaman Nabi belum ada sabun kalo sekarangkan udah ada.

    ReplyDelete
  19. saya rasa mencurigai orang2 yg belajar Islam ke negara2 Barat bukan apriori, tapi memang ada alasan yg cukup bagus... alasannya adalah karena para pengajarnya sendiri justru banyak yg bukan Muslim... lagipula saya rasa bukan apriori namanya kalau kita menyajikan begitu banyak fakta tentang kesalahan-kesalahan yg sudah mereka buat... saya rasa itu bukan apriori, melainkan pembuktian... dan sudah banyak pembuktiannya, kalau memang Anda belum melihat pembuktian-pembuktian itu ya silakan baca berbagai artikel yg sudah saya dan mas Indra kumpulkan selama ini.... kalau menolak utk membaca, nah itu baru apriori namanya... kenyataannya selama ini justru merekalah yg menolak membaca tulisan-tulisan kami, bukan sebaliknya...

    masalah jamak dan qashar memang tdk perlu diperdebatkan... toh hukumnya tdk wajib... kalau jarak 85 km bisa ditempuh dgn cepat ya tdk perlu menjamak toh? kalau mau menjamak pun tdk bisa disebut dosa...

    kemudian fatwa Bung Karno itu sangat tidak teliti sebenarnya... apakah membasuh 7 kali itu bisa digantikan dgn sabun? apakah Bung Karno sudah memperbandingkan secara ilmiah antara sabun dan 7 kali pembasuhan itu (salah satunya dgn tanah)? kalau memang sudah ada penelitiannya, maka sebaiknya disampaikan... tapi krn sampai sekarang belum ada argumen ilmiah, maka utk amannya saya harus memilih 'cara lama' yg sudah diajarkan oleh Rasulullah saw....

    ReplyDelete
  20. A priori [ey prIoree] berarti menyimpulkan tanpa berdasarkan fakta. Menurut saya, sudah terlalu banyak bukti/fakta yang menunjukkan penafsiran dengan metode hermeneutika alih-alih membawa kejelasan terhadap Al-Quran, malah menjurus ke arah bahkan sudah mengandung penyimpangan-penyimpangan. Memahami Al-Quran tidak lagi dengan semangat mendekatkan diri kepada Allah dan RasulNya, tetapi semata-mata agar lebih sesuai dengan 'budaya' Barat. Kalau sudah begitu, jalan satu-satunya adalah menolak. Open minded is one thing, being carried away is another thing. We like the first, but God forbid we should yield to the second.

    ReplyDelete
  21. Islam memang agama yang sempurna kan? Mengikuti dengan sepenuhnya tentunya harus kita lakukan. Saklek? Nggak juga sih, seperti masalah menjamak shalat yang Anda kemukakan, ada berbagai pendapat, dan masing-masingnya bisa saja sahih (berlandaskan dalil yang jelas). Tapi saya pribadi lebih mending dianggap saklek daripada jadi mengikuti yang salah...

    ReplyDelete
  22. Setuju Mas Indra, pluralitas YES, pluralisme NO!

    ReplyDelete
  23. Mas... membetulkan yang salah, mestinya dengan kebenaran kan Mas? Hal-hal di atas sebenarnya sudah jelas larangannya di dalam Qur'an dan hadits. Kenapa mesti mencari-cari penafsiran baru yang belum tentu sesuai dengan kedua landasan yang saya sebut untuk mengatasi masalah-masalah itu? Jangan sampai kita melakukan kesalahan lagi demi menutup kesalahan yang sudah ada...

    ReplyDelete
  24. Maaf ni Mas2/Mbak2 ane tdk bermaksud menuai pertentangan, ane cuma berharap ini bisa jd ajang diskusi yg bisa memperbanyak ilmu kita dan menjadikan kita semakin bijak.Amin

    Kalo boleh saya minta lebih banyak contoh yg konkrit bang Akmal.
    Saya takut apa yg disebut "fakta" adl sebuah asumsi yg ditarik secara buru2, tanpa mau melihat konteks sosial yg terjadi, memukul rata semua masalah dan yg lebih menakutkan asumsi itu ditarik krn adanya unsur etnosentris.

    Dan kalaupun ada beberapa fakta yg terjadi di lapangan, sungguh tdk adil kalo kita dgn cepat meng-general-kan semuanya. Menganggap semua pemikiran2 dari orang2 barat ataupun yg baru belajar dari barat adalah salah.

    ReplyDelete
  25. Islam itu agama universal, kapanpun, dimanapun akan suitable dgn perkembangan jaman. Tapi persolannya bagaimana kita menafsirkan Islam itu sendiri? Apakah kita saklek-tektual apa kita kontekstual. Krn jaman Nabi dan Jaman sekarang tentulah berbeda, dari segi tatanan sosial, informasi, teknologi dll. Memahami Al-quran dgn semangat mendekatkan diri pada Allah dan RasulNya sangat penting. sungguh amat penting, ane setuju. Tapi juga harus balance dgn semangat kita sebagai mahluk sosial (yg selalu dinamis). Artinya pencapaian itu tdk menyimpang dari ajaran Islam tapi juga bermanfaat bagi umat manusia. win-win solution. Bukan malah membebani umatnya untuk maju.

    Maaf ni ya.. ane mau ngasih contoh, tapi ane mohon maaf kalo ane salah, mohon minta dibetulkan krn ini hanya berdasarkan pemahaman ane saja.
    Riba disebutkan dlm surat al-baqarah: 278-279, adalah haram. Demikian juga dlm hadist yg diriwayatkan oleh Hakim. Kalo kita memahaminya secara tekstual tentu kita akan pukul rata bahwa apapun yg dinamakan riba adalah haram. Namun alangkah bijaknya kalau kita melihat konteks sosialnya, jaman dan peradaban yg tengah terjadi, melihat permasalahan secara 3 dimensi. Menurut pemahaman ane. Riba haram ketika ada orang yg miskin, tdk mampu, sedang mengalami kesusahan, anaknya butuh uang untuk berobat lalu meminjam uang kita, dan kita membebankan bunga padanya. Namun bagaimana kalau yg pinjem konglomerat, guna usaha, wajar donk kalau Bank membebankan bunga, dgn alasan: 1. bunga tersebut digunakan biaya operasional Bank dan gaji karyawan. 2. Bunga itu diharapkan menjadi motivasi bagi pengusaha untuk sungguh2 dlm berusaha agar tdk terlilit bunga Bank.

    Riba haram ketika ada orang yg menyandarkan hidup dgn bunga. Nabung di Bank ataupun buka deposito dgn maksud mendapatkan Bunga yg akan dijadikan tumpuan hidup. Krn yg seperti itu mematikan semangat, kreatifitas dan pastinya tdk produktif. Lalu bagaimana dgn ane yg menabung di Bank, selagi ane tdk me-masrahkan hidup ini dgn bunga, its fine bukan?

    ReplyDelete
  26. silakan Anda buka homepage saya dan buka salah satu favorite journal yg judulnya "Amunisi Untuk Melawan Islam Liberal"... memang judulnya agak2 sangar, tapi insya Allah sangat ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan...

    justru saya ingin bilang bahwa org2 Liberal selalu memanipulasi asumsi2 dan menyebutnya sbg fakta... yg saya sebutkan sebelumnya adalah fakta, yaitu bahwa Islamic Studies di negara2 Barat justru diajar oleh org2 Non-Muslim... saya tdk bilang semua org Barat berengsek atau semacamnya kan? saya cuma bilang bahwa belajar Islam dari Non-Muslim adalah tdk masuk akal....

    sebenarnya Andalah yg terlalu banyak berasumsi... saya rasa saya tdk pernah memusuhi org2 Barat, krn ada juga yg berpikir cukup logis, misalnya Noam Chomsky... selain itu, orang AS atau Eropa kan banyak jg yg Muslim, masak sih saya musuhi? itu adalah asumsi ANDA pribadi dan sama sekali bukan fakta, dan rasanya saya tdk pernah mengatakan demikian...

    ReplyDelete
  27. Semangat yg seperti itulah, sesungguhnya yg mematikan Islam, membuat Islam sermakin jauh dgn golden-moment. Kenapa Dubai lebih maju ketimbang negara2 Arab lainnya krn mereka mempunyai semngat open-mind. Uni-Emirates Arab salah satu maskapai dari Dubai, menjadi maskapi penerbangan no.2 setelah SQ, itu jadi bukti betapa cara berpikir sebuah masy. akan mempengaruhi kemajuan masy. tsb. Padahal Dubai dgn Arab Saudi sama2 penduduk Islam tapi Dubai lebih maju. Kita tdk hanya mencari selamat akhirat tapi juga selamat dunia.

    Sebelum Adam Smith menulis Wealth of Nations dan Karl Marx menulis DasCapital, pemikir Islam telah menulis MUQQADIMAH (ane lupa siapa namanya) yg dijadikan basic-thinking oleh dua theorist tsb.
    Ibnu Sina adalah orang perftama yg mengetahui panjang usus manusia, dgn membelah perut mayat. Semuanya adalah gambaran bahwa betapa open-mind nya peradaban waktu itu sehingga mereka bisa berpikir maju.

    ReplyDelete
  28. Santai Bang Alkmal.. santai, sabar Bang. collinng down dulu sambil dengerin lagunya Bang Opick.

    ReplyDelete
  29. Piringanhitam say
    " Namun bagaimana kalau yg pinjem konglomerat, guna usaha, wajar donk kalau Bank membebankan bunga, dgn alasan: 1. bunga tersebut digunakan biaya operasional Bank dan gaji karyawan. 2. Bunga itu diharapkan menjadi motivasi bagi pengusaha untuk sungguh2 dlm berusaha agar tdk terlilit bunga Bank.

    Riba haram ketika ada orang yg menyandarkan hidup dgn bunga. Nabung di Bank ataupun buka deposito dgn maksud mendapatkan Bunga yg akan dijadikan tumpuan hidup. Krn yg seperti itu mematikan semangat, kreatifitas dan pastinya tdk produktif. Lalu bagaimana dgn ane yg menabung di Bank, selagi ane tdk me-masrahkan hidup ini dgn bunga, its fine bukan?"

    Bang ngeliatnya jangan dari sudut mikro dong. Liat akibat makro dari riba.

    Karena bank memberikan bunga untuk setiap simpanan uang, banyak orang yang seharusnya berusaha tak dapat modal.

    Kalau mau lihat pengaruh bunga bank terhadap bisnis, liat aja apa yang terjadi setiap the fed menaikkan atau menurunkan sukubunganya.

    Sori neh kalo ane salah dalam melakukan analisis makronya. Maklum ane mah kagak jago tafsir ekonomi.

    ReplyDelete
  30. Ini sih saya setuju. Tapi iya kalau win-win, kalau nggak? Makanya dilihatnya kan, apakah menyimpang? Kalau nggak, saya yakin insyaAllah akan bermanfaat buat umat. Tapi kalau menyimpang, apa bener tuh bisa bermanfaat?
    Mengenai riba, wah, saya bukan ahlinya, nggak berani komen soal ini...

    ReplyDelete
  31. Maaf Mas, saya mau nanya dulu. Tadi kan Mas bilang, "Tidak menyimpang tapi bermanfaat buat umat". Tapi pernyataan ini kok menyiratkan, kita boleh mengikuti yang menyimpang/salah? Bagaimana ini?

    ReplyDelete
  32. Sek... sek, coba dirunut dulu... Adakah yang menyatakan, bahwa negara-negara Arab (Saudi dll), adalah yang paling benar penerapan Islamnya? Saya pribadi tidak berpendapat begitu. Bahkan menurut saya, negara-negara Arab tsb, khususnya Saudi, banyak menjalankan penyimpangan. Ttg Dubai, saya memang belum tau banyak.
    Mengenai 'golden moment', apakah maksudnya masa kesultanan Turki, yang kerajaannya sangat makmur, rajanya hidup dalam kemewahan, itukah? Padahal kalau dilihat dari sejarah, banyak sekali penyimpangannya dari ajaran Islam, dan IMHO, justru itulah yang menyebabkan kejatuhannya, jatuh terpuruk hingga ke bawaaahh sekali. Jadi apa yang diinginkan? Kemegahan di dunia, atau kemakmuran umat yang dilandasi iman yang kuat?

    ReplyDelete
  33. yg gue takutin, jurnal ini juga bisa dipersepsikan sebagai brain washer.. insya Allah nggak.. Amiin.

    ReplyDelete