Wednesday, February 22, 2006

Gerakan Homoseksual dari IAIN Semarang

Rating:
Category:Other
Written by Adian Husaini M.A
Monday, 13 February 2006
Source : www.insistnet.com



Gerakan Homoseksual dari IAIN Semarang

Saat ini, liberalisasi nilai-nilai dan ajaran Islam di Indonesia benar-benar sudah sampai pada taraf yang sangat ajaib dan menjijikkan. Orang-orang yang bergelut dalam bidang studi Islam tidak segan-segan lagi menghancurkan ajaran agama yang sudah jelas dan qath’iy. Sementara, institusi pendidikan tinggi Islam seperti tidak berdaya, membiarkan semua kemungkaran itu terjadi di lingkungannya. Pekan lalu, saya menerima kiriman buku dari Semarang berjudul Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum Homoseksual, (Semarang:Lembaga Studi Sosial dan Agama/eLSA, 2005). Buku ini adalah kumpulan artikel di Jurnal Justisia Fakultas Syariah IAIN Semarang edisi 25, Th XI, 2004.

Buku ini secara terang-terangan mendukung, dan mengajak masyarakat untuk mengakui dan mendukung legalisisasi perkawinan homoseksual. Bahkan, dalam buku ini ditulis strategi gerakan yang harus dilakukan untuk melegalkan perkawinan homoseksual di Indonesia, yaitu (1) mengorganisir kaum homoseksual untuk bersatu dan berjuang merebut hak-haknya yang telah dirampas oleh negara, (2) memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa apa yang terjadi pada diri kaum homoseksual adalah sesuatu yang normal dan fithrah, sehingga masyarakat tidak mengucilkannya bahkan sebaliknya, masyarakat ikut terlibat mendukung setiap gerakan kaum homoseksual dalam menuntut hak-haknya, (3) melakukan kritik dan reaktualisasi tafsir keagamaan (tafsir kisah Luth dan konsep pernikahan) yang tidak memihak kaum homoseksual, (4) menyuarakan perubahan UU Perkawinan No 1/1974 yang mendefinisikan perkawinan harus antara laki-laki dan wanita.” (hal. 15)

Kita tidak tahu, apakah para penulis yang merupakan mahasiswa-mahasiswa fakultas Syariah IAIN Semarang itu merupakan kaum homo atau tidak. Tetapi, umat Islam tentu saja dibuat terbelalak dan terperangah dengan berbagai tulisan yang ada di buku ini. Betapa tidak, anak-anak ini dengan beraninya melakukan ijtihad dan merumuskan hukum baru dalam Islam, bahwa aktivitas homoseks dan lesbian adalah normal dan halal, sehingga perlu disahkan dalam satu bentuk perkawinan.

Masalah perkawinan memang senantiasa menjadi sasaran liberalisasi agama. Ketika hukum-hukum yang sudah pasti – seperti haramnya muslimah menikah dengan laki-laki non-Muslim – dirombak oleh sejumlah dosen IAIN/UIN, seperti Zainun Kamal dan Musdah Mulia – maka logika yang sama bisa digunakan untuk merombak hukum-hukum lain di bidang perkawinan, dengan alasan perlindungan Hak Asasi Manusia kaum homoseks. Bahkan, mereka berani membuat tafsir baru atas ayat-ayat Al-Quran, dengan membuat tuduhan-tuduhan keji terhadap Nabi Luth.

Seorang penulis dalam buku ini, misalnya, menyatakan, bahwa pengharaman nikah sejenis adalah bentuk kebodohan umat Islam generasi sekarang karena ia hanya memahami doktrin agamanya secara given, taken for granted, tanpa ada pembacaan ulang secara kritis atas doktrin tersebut. Si penulis kemudian mengaku bersikap kritis dan curiga terhadap motif Nabi Luth dalam mengharamkan homoseksual, sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran surat al-A’raf :80-84 dan Hud :77-82). Semua itu, katanya, tidak lepas dari faktor kepentingan Luth itu sendiri, yang gagal menikahkan anaknya dengan dua laki-laki, yang kebetulan homoseks.

Ditulis dalam buku ini sebagai berikut:

‘’Karena keinginan untuk menikahkan putrinya tidak kesampaian, tentu Luth amat kecewa. Luth kemudian menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal. Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tersebut dan berusaha menyadarkan Luth. Tapi, oleh Luth, malah dianggap istri yang melawan suami dan dianggap mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal. Kenapa Luth menilai buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya tahu, al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homo disamping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo.” (hal. 39)

Sejak kecil, anak-anak kita sudah diajarkan untuk menghafal dan memahami rukun iman. Salah satunya, adalah beriman kepada Nabi dan Rasul, termasuk sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh para Nabi. Yaitu, bahwa para Nabi itu merupakan orang yang jujur, amanah, cerdas, dan menyampaikan risalah kenabian. Mereka juga berifat ma’shum, terjaga dari kesalahan. Tetapi, dengan metode pemahaman historis-kritis ala hermeneutika modern, semua itu bisa dibalik. Kisah Nabi Luth, misalnya, dianalisis secara asal-asalan oleh anak IAIN ini. Dan hasilnya, Nabi Luth digambarkan sebagai sosok yang emosional dan tolol.

Dikatakannya dalam buku ini:

“Luth yang mengecam orientasi seksual sesama jenis mengajak orang-orang di kampungnya untuk tidak mencintai sesama jenis. Tetapi ajakan Luth ini tak digubris mereka. Berangkat dari kekecewaan inilah kemudian kisah bencana alam itu direkayasa. Istri Luth, seperti cerita Al-Quran, ikut jadi korban. Dalam Al-Quran maupun Injil, homoseksual dianggap sebagai faktor utama penyebab dihancurkannya kaum Luth, tapi ini perlu dikritisi… saya menilai bencana alam tersebut ya bencana alam biasa sebagaimana gempa yang terjadi di beberapa wilayah sekarang. Namun karena pola pikir masyarakat dulu sangat tradisional dan mistis lantas bencana alam tadi dihubung-hubungkan dengan kaum Luth…. ini tidak rasional dan terkesan mengada-ada. Masa’, hanya faktor ada orang yang homo, kemudian terjadi bencana alam. Sementara kita lihat sekarang, di Belanda dan Belgia misalnya, banyak orang homo nikah formal… tapi kok tidak ada bencana apa-apa.” (hal. 41-42).

Tentu saja, penafsiran anak IAIN ini sangat liar, karena ia tidak menggunakan metodologi tafsir yang benar. Disamping ayat-ayat Al-Quran, seharusnya, dia juga menyimak berbagai hadits Nabi Muhammad saw tentang homoseksual ini. Begitu juga para sahabat dan para ulama Islam terkemuka. Tapi, bisa jadi, si anak ini sudah terlalu kurang ajar dan tidak lagi mempunyai adab dalam mengakui kesalehan dan kecerdasan para Nabi, termasuk para sahabat Nabi. Pada catatan yang lalu, kita sudah memahami, bagaimana mereka mencaci-maki sahabat Nabi seenak perutnya sendiri.

Dengan sedikit bekal ilmu syariah yang dimilikinya, si penulis berani ‘berijtihad’ membuat hukum baru dalam Islam, dengan terang-terangan menghalalkan perkawinan homoseksual. Menurutnya, karena tidak ada larangan perkawinan homoseksual dalam Al-Quran, maka berarti perkawinan itu dibolehkan. Katanya, ia berpedoman pada kaedah fiqhiyyah, “’adamul hukmi huwa al-hukm” (tidak adanya hukum menunjukkan hukum itu sendiri).

Logika anak IAIN ini jelas sangat tidak beralasan dan berantakan. Di dalam Al-Quran juga tidak ada larangan kawin dengan anjing, babi, atau monyet. Dengan logika yang sama, berarti anak-anak Fakultas Syariah IAIN Semarang itu juga dibolehkan menikah dengan anjing, babi, atau monyet. Kita tunggu saja, mungkin sebentar lagi, mereka akan meluncurkan buku “Indahnya Menikah dengan Monyet”. Bukankah monyet juga mempunyai Hak Asasi untuk menikah dengan mahasiswa Syariah IAIN Semarang itu?

Tentang Kisah Luth sendiri, Al-Quran sudah memberikan gambaran jelas bagaimana terkutuknya kaum Nabi Luth yang merupakan pelaku homoseksual ini.

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum kalian. Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwat, bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (QS Al-A’raf:80-84).

Para mufassir Al-Quran selama ratusan tahun tidak ada yang berpendapat seperti anak-anak ‘kemarin sore’ yang berlagak menjadi mujtahid besar di abad ini, meskipun baru mengecap bangku kuliah S-1 di Fakultas Syariah IAIN Semarang itu. Orang yang memahami bahasa Arab pun tidak akan keliru dalam menafsirkan ayat tersebut. Bahwa memang kaum Nabi Luth adalah kaum yang berdosa karena mempraktikkan perilaku homoseksual. Hukuman yang diberikan kepada mereka, pun dijelaskan, sebagai bentuk siksaan Allah, bukan sebagai bencana alam biasa. Tidak ada sama sekali penjelasan bahwa Nabi Luth dendam pada kaumnya karena tidak mau mengawini kedua putrinya. Tafsir homo ala anak IAIN Semarang yang menghina Nabi Luth itu benar-benar sebuah fantasi intelektual untuk memaksakan pehamamannya yang pro-homoseksual.

Dalam Islam maupun Kristen, hingga kini, praktik homoseksual tetap dipandang sebagai tindakan bejat. Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.” (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki). Imam Syafii berpendapat, bahwa pelaku homoseksual harus dirajam (dilempari batu sampai mati) tanpa membedakan apakah pelakunya masih bujangan atau sudah menikah. Dalam Pidatonya pada malam Tahun Baru 2006, Paus Benediktus XVI juga menegaskan kembali tentang terkutuknya perilaku homoseksual.

Gerakan legalisasi homoseksual yang dilakukan para mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Semarang – dan mendapatkan legalisasi dari Institusinya – merupakan fenomena baru dalam gerakan legalisasi homoseksual di Indonesia. Di dunia Islam pun, gerakan semacam ini, belum ditemukan. Hal semacam ini merupakan sesuatu yang “unthought”, yang tidak terpikirkan selama ini; bahwa dari lingkungan Fakultas Syariah Perguruan Tinggi Islam justru muncul gerakan untuk melegalkan satu tindakan bejat yang selama ribuan tahun dikutuk oleh agama.

Tentulah, gerakan homoseksual dari lingkungan kampus Islam, merupakan tindakan kemungkaran yang jauh lebih bahaya dari gerakan legalisasi homoseks yang selama ini sudah gencar dilakukan kaum homoseksual sendiri.

Dalam catatan penutup buku ini dimuat tulisan berjudul “Homoseksualitas dan Pernikahan Gay: Suara dari IAIN”. Penulisnya, mengaku bernama Mumu, mencatat, “Ya, kita tentu menyambut gembira upaya yang dilakukan oleh Fakultas Syariah IAIN Walisongo tersebut.”

Juga dikatakan: “Hanya orang primitif saja yang melihat perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan dalih apapun, untuk melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya menciptakan manusia sudah berhasil bahkan kebablasan.”

Membaca buku ini, kita jadi bertanya-tanya, sudah begitu bobrokkah institusi pendidikan tinggi Islam kita? Sampai-sampai sebuah Fakultas Syariah IAIN menjadi sarang gerakan legalisasi tindakan amoral yang jelas-jelas bejat dan bertentangan dengan ajaran agama? Wallahu a’lam.

44 comments:

  1. Masya Allah ... astaghfirullahal'azhiem ...
    Masih basah diingatan kasus liberal di IAIN Jkt, penghinaan simbol Tuhan di IAIN Bdg,
    lalu skrg di IAIN Smrg.. ?!?!@#^&*(%
    Saya yakin msh bnyk mhs iain yg baik.. tapi kok sampai spt ini kcolongannya ? :(((

    ReplyDelete
  2. Astaghfirullah...!!! Mas Indra, saya belum sanggup nyelesaiin bacanya... Ini lagi menggelegak! Saya nenangin hati dulu...

    ReplyDelete
  3. Silahkan tenangin hati dulu mba :) dan sama kok mba, tadinya saya cukup kaget ketika baca. Tapi makin saya baca pemikiran yang dilontarkan sebagian anak-anak IAIN Semarang itu, malah jadi makin kelihatan konyolnya.

    ReplyDelete
  4. Belum baca semua, tetapi tergelitik disini, memangnya bagian mana haknya yang dirampas itu yeah?!?!

    ReplyDelete
  5. Maaf Mas, bukannya marah sama Mas Indra, tapi sama yang nulis buku itu. Penyebar kemunkaran! Duh, ya Allah, bantulah melawan musuh-musuh Islam ini... Nggak cuma dari luar aja, ternyata musuh-musuh kita bermunculan dari dalam. Which brings a question to mind: IAIN itu didirikan untuk apa sih?! Bukannya untuk mengajarkan Islam yang benar dan pemahaman berikut pengamalannya? Kalau udah nggak sesuai lagi dengan tujuannya, kenapa nggak diluruskan atau dibubarkan sekalian? Siapa nih yang berwenang?

    ReplyDelete
  6. Hm...
    jadi ingat pepatah...
    "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari...."(maaf kalo kurang sopan)

    ReplyDelete
  7. Wah gw tau nih...Pasti Islam Liberal nongol lagi.. jgn2 salah satu anggota IAIN (rektornya atau dosen2nya) itu homo..Mungkin kebanyakan nonton Brokeback Mountain, bunch of fags..Atau d bayar ama America and those homo organizations..

    ReplyDelete
  8. Aduduh neekkkk...asik kali ye...!!! *Jari kelingking sambil melenting...*

    huhuhuhu...
    *kacauuu...kacauuu...kacauuuuu*

    ReplyDelete
  9. inilah gambaran akhir jaman... dari komunitas islam akhirnya yang memunculkan polemik itu sendiri...
    jadi inget plesetan waktu kuliah di institusi ini... IAIN (Ingkar Allah Ingkar Nabi) dan kini plesetan itu terbukti dengan berbagai fenomena yang berasal dari lingkungan itu... halah gw yg lulusan IAIN pun eneg melihat tingkah polah dan cara berfikir mereka... dan hal ini bisa muncul karena disanalah tersedia kebebasan berfikir itu... tengkyu mas indra atas infonya.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, setelah saya mengikuti workshop Pemikiran Islam Kontemporer dengan nara sumber INSISTS, banyak sekali problematika yang dihadapi umat Islam sekarang. Saya juga mendengar itu dari Bpk. Adian Husaini, MA.
    Itu semua tidak lepas dari korban penafsiran Hermeneutika yang diadopsi mentah2 oleh kawan2 kita, sebenarnya penasiran itu adalah untuk bible yang selalu berubah-ubah sehingga membutuhkan penafsiran secara kontekstual. Kontekstual pun tidak ada batasan yang jelas.
    Ini juga karena kiblat belajar Islam bukan kepada orang Islam, tapi Barat yang mengobok-obok dan memutarbalikkan pandangan hidup kita. Wallahu a'lam

    ReplyDelete
  11. salah satu professor saya adalah lulusan dan sekaligus dosen (wallahu'alam, masih atau tidak) di iain jkt..
    menurut beliau (semoga Allah merahmati beliau), pemikiran di iain banyak yg sama sekali sudah tidak syar'i..
    memang benar metode hermeneutika itu diagung-agungkan di sana...
    jadi tidak heran, kalo ada cerita spt ini...

    astaghfirullahaladziim..

    ReplyDelete
  12. iya ya ih aneh aku tuh kok justru dr sana semua keanehan terjadi, apa anak2 yg dipengaruhi oleh orang yg berkepentingan itu krn jiwanya memang msh "bergejolak" ataw gimana yaak huhuhu gemezz seeh .....tp mrk jg bergitu kuat untuk ttp menghancurkan generasi muda kita yak..ayoo kita besatu dan terus menggali ilmu agar kita tidak gampang diterpa "angin".Amin *

    ReplyDelete
  13. Assalamu'alaikum,

    Nauzubillahi minzalik. Saya sungguh tidak sangka bahawa perkara sedemikian boleh datang daripada institusi tinngi pengajian Islam dari sebuah negara yang mempunyai penduduk Islam terramai di dunia.
    Kita sudah hilang panduan daripada kitab suci Al Quran. Apakah yang tercatat dalam Al Quran tidak lagi boleh dipercayai? Kisah Nabi Luth a.s. yang sudah terang dan jelas melihatkan kepada kita betapa jijinya kaum Nabi Luth melakukan perkara luar tabii itu. Kalau pada akhirnya dipersetujui oleh Allah masakan kaum Nabi Luth dihancurkan begitu saja. Sudah tentu apa yang berlaku pada masa itu adalah satu bala yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk memberi pengajaran bahawa sesungguhnya perlakuan yang jijik itu sangat dimurkai oleh Allah s.w.t. Hanya kepada orang yang tidak beriman sahaja yang melihatnya sebagai satu malapetaka alam yang biasa.
    Saya merasakan bahawa ini adalah kerja musuh Islam yang telah berjaya meresapi ke institusi pengajian tinggi Islam di Indonesia dan telah menawarkan harga yang sangat tinngi untuk mempersetujui idea yang sama seperti yang berlaku di Amerika Syarikat (USA) mengenai persatuan Gay yang telah dihalalkan.
    Haiwan ciptaan Allah memang diberi naluri "instinct" untuk tidak melakukan pekerjaan terkutuk itu. Tidak pernah kita melihat haiwan meliwat haiwan.
    The animals know that it is not natural to do such a thing. The animals do not go for SHIT HOLE but rather go the proper enterance when mating. Men who have homosexual act are worst than animals. Such men cannot differentiate between the proper hole and a shit hole. I am sorry for the foul language but just to stress the point that such act is very despicaple in the eyes of Islam and it is a great sin. So when you dispute the Al Quran on this issue, you are telling that Allah has given us the wrong information. Na'uzubillahi minzalik.

    Wassalam.

    ReplyDelete
  14. hanya org2 yang punya dendam yg busuk (dendam terhadap takdir) sedari mudanya yg bisa berkata ''bejat'' seperti itu.... kejiwaannya tipikal !!!

    ReplyDelete
  15. makanya IAIN bubarin aja lah... daripada jadi sarang liberalisme yg nyaman...

    ReplyDelete
  16. hmmmm bukannya apa2 tapi kayaknya yang namanya homoseksual itu udah mulai menjadi kebudayaan tersendiri di indonesia. yah gue pernah baca katanya banyak santri2 di pesantren yang terlibat penyimpangan seperti ini. yah entah bener atau tidak tapi gue rasa semuanya mesti diseldiki dan kalau emang mau diperbaiki yah mesti dari dasarnya dulu.

    ReplyDelete
  17. Nauzubilaminzaliiiik...udha pada gk waras ya org2 ihiks
    Makasih ya mas, saya baru tau nih !

    ReplyDelete
  18. musuh-musuh islam yang paling jahat justru datang dari yang mereka yang menyebut dirinya sebagai muslim. Di sini (UK) media seringkali mengundang mereka sebagai pembicara dalam program debat mewakili komunitas umat islam. Dari cara bicara mereka bahkan dari penampilan mereka (apalagi wanita yg tidak berjilbab) jelas 'TIDAK' mewakili umat islam sama sekali. Hukum islam yg JELAS & KETAT mereka permainkan dengan kata-kata sehingga terdengar longgar. Masyarakat yg menyaksikan jelas akan terkontaminasi informasi yang salah dan merasa apa yang mereka dengar adalah benar dan cenderung menyalahkan mereka yang memperjuangkan yang HAQ.

    ReplyDelete
  19. ada apa dgn IAIN? kok malah tambah byk hal2 yg menjerumuskan, pdhal seharusnya mereka mjd bagian yg memberikan petunjuk ke jalan yg benar...

    ReplyDelete
  20. Saya setuju dengan kawan-kawan semua, bahwa Al-Qur'an dengan jelas menerangkan haramnya homoseksual...
    Cuma yang menjadi keheranan saya, gaya bahasa yang dicetak miring dan dikutip oleh Mas Adian kok informal bangeeeeeeeeeeet??? Masa' pake kata saya, dan ungkapan informal lainnya! Sementara kalau untuk menulis di sebuah jurnal, bahasa Indonesia yang digunakan harus baku, pasif bukan aktif dan tidak menggunakan kata ganti subject pertama. Apalagi in general, IAIN punya standar tersendiri *based on my experience as an ex student there* untuk menerbitkan sebuah jurnal dan memilih karya2 yang dimuat disana. Saya jadi curiga itu jurnal kacangan atau malah jurnal gelap yang mengaku2 ditulis oleh orang2 dalam institusi IAIN tapi sebenarnya dibuat oleh kelompok tertentu dengan tujuan tertentu.
    Kita semua harus kritis.......!!! Baik terhadap isi maupun terhadap kepastian dan kejelasan dari mana berasal sumber tulisan2 itu! ????????????????????????

    ReplyDelete
  21. aduh masak sih belum tau...? sejak belasan tahun terakhir ini IAIN dipenuhi oleh pemikiran2 'filsafat' yang gak jelas juntrungannya, dan akibatnya banyak mahasiswanya yg malah makin jauh aja ama ajaran2 Islam... makanya kasihan juga mereka, niatnya masuk IAIN kan supaya dapat ilmu yg bener, eh ternyata malah dicemari oleh pemikiran2 liberalis...

    makanya... bubarin aja... dosen2 beraliran liberalis usir paksa, lalu ganti dengan Adian Husaini, Daud Rasyid, Nuim Hidayat, Adnin Armas, dsb.... :))

    ReplyDelete
  22. Berarti Beliau ini sudah mengingkari Rukun Imannya Islam yang kedua (Fundamental Articles of Fainth in Islam), yaitu percaya kepada Nabi2. Kembali kita harus menanyakan beliau lagi, apakah beliau itu benar2 muslim dan ketika menjadi muslim, apakah sudah mengakui semua Rukun2 Iman Itu sendiri?!?! atau bagaimana?!?!

    ReplyDelete
  23. (*wondering)
    if they are so much unagreed with Islam, why dont they just leave?

    ReplyDelete
  24. tentu saja karena ada musuh2 Islam yg mau kasi dana besar buat mereka... for more information, contact Jaringan Islam Liberal dan makhluk-makhluk sejenis mereka... ;p

    ReplyDelete
  25. gak bisalah berharap maling utk tidak mencuri, atau preman agar segera bertobat... kitalah yg harus bertindak! susah mengharapkan org2 liberal keluar dgn ikhlas dari IAIN... kitalah yg harus aktif mengenyahkannya!

    setuju........???

    ReplyDelete
  26. Astaghufirullah.........!

    Cah...cah.....! Lha kepiye to iki.........Kok wani-wanine ngomong sing ora karuan ngono.....?!
    Wis kuliahe ning IAIN eeeh...lah da lah....pikirane dadi semrawut koyo ngono ndo...ndo....!
    Sadar...sadar....Moga Cepat SADAR....Moga ora kesusu MODAR !!!

    Astaghufirullah......!

    ReplyDelete
  27. Pernah ada mahasiswa pasca McGill Montreal mengisi pengajian bulanan di toronto. Isi ceramahnya bikin marah semua yang hadir. Masak ada cerita syaitan minta bantuan Siti Hawa untuk menjaga anaknya, Hawa yang trenyuh menerima walaupun Nabi Adam sudah berpesan bahwa syaitan itu musuh sejati. Adam pulang dan marah, lalu membunuh dan 'memakan' anak setan tersebut. Astaghfirullah... Cerita yang 'israiliyat' sekali... Udah begitu, menurutnya the moral of the story adalah, Nabi Adam tidak toleran, dan tidak menenggang perasaan hati istrinya!
    Itu baru satu dari serentetan omongannya yang nyebelin. Dan ketika sesi bertanya, pertanyaan pertama dari kami adalah, darimana sumber semua omongannya? Jawabnya? Kurang lebih begini, "Coba baca 'Telaah Qur'an' karya Doktor Anu (nama barat), atau 'Makna Hadith' oleh Doktor Fulan (juga nama barat)". Lho, kok lebih percaya sama kupasan non-muslim untuk kitab suci dan hadith kita sendiri?
    Mas Indra, sori baru dijawab pertanyaannya sekarang. Saya nggak tau apa program di McGill, tapi ada contoh yang hasilnya kayak begini ini (nggak semuanya ngaco, saya tau beberapa mahasiswa sana yang tetap 'on track').

    ReplyDelete
  28. Iya, tadinay saya mau komentar seperti ini, tapi karena lagi sewot, takut jadi terlalu 'galak'. Itu yang nulis buku, yang bilang homoseksualitas itu fitrah, pingin lebih rendah dari hewan kali yak...?
    Di sini pernah ada juga yang nulis di koran (surat pembaca) seperti ini. Trus ada yang bales (gay kali), menyebutkan contoh-contoh binatang yang menurutnya juga homo, yang saya ingat paus. Ternyata hewan-hewan tsb tidak pernah melakukan hubungan seks jantan dengan jantan, tapi membentuk semacam bortherhood, yang gede ngejagain yang kecil, ngikutin ke mana-mana. Dasar aja para gay itu, cari-cari justifikasi perbuatan bejatnya.

    ReplyDelete
  29. Saya pernah membuat tulisan singkat mba mengenai ini disini. Dalam tulisan saya itu ada link yang menuju ke McGill yang intinya menjelaskan kerjasama antara IAIN dengan McGill University. Silahkan kalau mau di review :)

    ReplyDelete
  30. hermeneutika ini, koq lama2x sama kaya konsep DEVIL LOGIC saya yah ?
    bahwa iblis senang sekali bermain2x dengan logika,
    logika manusia cuma 5cm, logika iblis 100km, Logika Illah kita..INFINITE..

    http://dartz.multiply.com/journal/item/197 satu contoh logika iblis

    http://dartz.multiply.com/journal/item/169 logika iblis

    ReplyDelete
  31. Mas Indra makasih, udah saya baca. Memang semestinya, yang dikirim ke luar (barat) tuh yang akidahnya sudah mantap dulu ya Mas, biar nggak gampang disusupi yang aneh-aneh...

    ReplyDelete
  32. Para mahasiswa IAIN dan juga para dosen sebagian besar berasal dari daerah-daerah yang banyak pondok pesantren yang tergolong pondok pesantren tradisional sekali. Kalau di Jawa Timur para mahasiswa IAIN didominasi dari daerah Tuban, Gresik, Jombang, Pasuruan, Probolinggo, Lamongan, dll. Di daerah itulah kantong-kantong pondok pesantren tradisional menjamur.
    Dan sebagian besar orang tua di daerah tersebut menghendaki anak-anaknya harus kuliah di kampus yang mencirikan islam (IAIN, red). Meskipun nggak tahu dalamnya IAIN.
    Dari keadaan lingkungan pesantren yang jumud kemudian menimba ilmu di kampus, keterkejutan dan kekagetanlah yang terjadi. Mereka mengalami cultural shock. Dimana keadaan lingkungan sebelumnya sangat berbeda dengan keadaan barunya. Dengan bekal ilmu dari kampus mereka, mereka menghakimi keadaan lingkungan mereka yang lama. Bahwa lingkungan mereka, pondok pesantren mereka sangat terbelakang, sangat kurang maju. Sehingga berbagai cara dilakukan untuk mengubah pikiran lingkungannya, dan pikiran-pikiran mereka harus berubah terlebih dahulu. Mereka ingin dianggap intelek, ingin dianggap orang terpelajar yang pintar bersilat lidah, yang pintar berargumen. Sehingga tawaran2 untuk melanjutkan studi keislaman di luar negeri terutama universitas-universitas di AS, mereka sangat antusias. Padahal mereka menimba ilmu di para orientalis yang jelas2 memusuhi islam. Mereka paham islam, tapi tidak untuk berislam tapi untuk menghancurkan islam.

    Itulah, para mahasiswa IAIN seakan ingin berontak dengan keadaan yang jumud, tapi langkah yang ditempuhnya salah. Dan kebanyakan para pemikir islam yang keblinger tersebut asal muasalnya dari nahdliyin, karena merekalah yg memiliki pesantren tradisional meskipun tidak semuanya. Lihatlah, para tokoh JIL, latar belakang mereka sangat kental dengan kehidupan pesantren yang jumud dan ketika melihat dunia, mereka kaget, mereka shock.

    ReplyDelete
  33. Semoga Allah menjauhkan saudara-saudara dan keturunan-keturunan kita daripada menjadi golongan seperti ini...

    ReplyDelete
  34. peringatan pemerintah : menyekolahkan anak ke IAIN dapat mengakibatkan penyakit liberalisme, kekacauan logika, lemah iman, mendekati murtad, kefasikan kronis, keblinger masal, dan kesombongan di hadapan Allah SWT...

    ReplyDelete
  35. o ya, jangan lupa penyakit homoseksual juga... :))

    ReplyDelete
  36. astaghfirullah, na'udzubillah. saya gak bisa komentar apa-apa. Serem banget sih. mereka gak pernah belajar agama apa??? bodoh banget... jadi gemes...

    ReplyDelete
  37. Ada alternatif PT (Perguruan Tinggi) yang bagus buat mempelajari Islam? Melihat banyak IAIN di pulau Jawa keliatannya sudah pada melenceng?

    ReplyDelete
  38. Sedikit rancu juga sih kang, karena faham-faham seperti ini saking samar dan mudah dicerna sehingga menyebarnya pun cepat tanpa pandang institusi, jadi sedikit susah PT yang bagus. Yang pasti IAIN memang sudah banyak berubah ketika era pak Harun Nasution yang baru pulang dari McGill University Kanada, lalu menjabat sebagai rektor IAIN sekitar tahun 70an....

    ReplyDelete
  39. Subhanallah...
    mudah2an saja ini hanya wacana iseng, one of rebellion form atas kondisi bangsa sekarang ini atapun krn heroikisme para tennagers. Bukan sebuah pemikiran yg harus di syiarkan dan di implementasikan. Naudzubillah Mindalik

    ReplyDelete
  40. wacana iseng kok ya sampai dibukukan...ck...ck...wacana iseng yang niat abis.

    ReplyDelete