Friday, December 16, 2005

Jangan mundur wahai Al-Qarni !

Rating:★★★★★
Category:Other

eramuslim - Dr. Aidh al-Qarni, mungkin sedikit saja dari kita yang belum pernah mendengar nama ini. Nama Aidh al-Qarni beberapa tahun belakangan, memang nyaris menyedot perhatian banyak kaum Muslimin. Terlebih bagi mereka yang gemar membaca buku-buku Islam yang kini bak jamur di musim hujan.

Karya Aidh al-Qarni yang berjudul "Laa Tahzan" dan diterjemahkan dengan "Dont be Sad" atau "Jangan Bersedih", laris manis bak kacang goreng di pasar pembaca buku Islam Indonesia. Buku tersebut bahkan diterbitkan oleh puluhan penerbit dan umumnya mencapai angka penjualan yang fantastik. Hampir di setiap sampul buku tersebut, tercantum logo "best seller" yang menandakan buku itu memang termasuk golongan buku yang amat disukai pasar.

Berniat Uzlah dari Dunia Dakwah

Tapi, tahukah Anda apa yang kini sedang dialami oleh ulama yang dijuluki ulama semilyar umat itu? Sejumlah informasi di berbagai media, kini tengah mengangkat rencana pengunduran diri Syaikh Aidh al-Qarni dari dunia dakwah. Beberapa waktu lalu, Syaikh al-Qarni bahkan diundang khusus untuk datang ke rumah walikota Riyadh, Salman bin Abdel Aziz. Undangan untuk al-Qarni, menurut Salman, sebenarnya adalah untuk mengklarifikasi informasi tentang pernyataan al-Qarni yang ingin undur diri dari aktifitasnya berceramah.

Soal keinginan itu memang sudah dilansir sejumlah media sebelumnya, antara lain harian Asy-Syarq Ausath, yang memuat rangkaian syair milik Syaikh al-Qarni yang bertajuk "al-Qaraar al-akhiir" atau "keputusan terakhir."

Dalam rangkaian syair itu al-Qarni menyebutkan keputusannya untuk mengisolasi diri dari khalayak dan dakwah. al-Qarni menegaskan dirinya akan lebih banyak berdiam di rumah, mengkaji di perpustakaannya, lantaran tekanan dan respon negatif yang ia terima dari banyak pihak terkait sepak terjang dakwah yang dilakukannya. Anehnya, tekanan yang membebani Syaikh al-Qarni justru datang dari rekanannya sesama juru dakwah di ranah Saudi sendiri. Meski ada pula yang datang dari berbagai arus ideologi lain yang mengkritik dirinya. Namun, tetap saja yang paling membelenggu al-Qarni adalah tudingan dan tekanan yang datang dari teman-temannya itu.

Dalam pertemuan dengan walikota Riyadh itu, Salman bin Abdul Aziz melakukan klarifikasi tentang keputusan Syaikh al-Qarni yang membuatnya terhenyak itu. Salman juga meminta agar keputusan itu ditinjau ulang karena umat Islam sangat menginginkan dan membutuhkan kehadirannya di medan dakwah seperti yang selama ini sudah dilakukan syaikh al-Qarni.

Al-Qarni mengatakan dirinya sangat menghargai kegundahan dan keinginan yang disampaikan Salman, dan berjanji akan berpikir dan meninjau kembali rencananya akibat suasana yang sangat mempengaruhi kejiwaannya. Syaikh al-Qarni berjanji akan menyampaikan keputusannya satu bulan kemudian kepada Walikota Salman.

Qasidah atau syair yang ditulis al-Qarni sepanjang 70 bait itu disebarluaskan secara utuh oleh harian Al-Madinah terbitan Arab Saudi. Isi syair menghebohkan publik Saudi yang segera meminta klarifikasi dan meminta agar Syaikh al-Qarni membatalkan niatnya itu. Sejumlah organisasi dan pribadi mewakili kaum Muslimin di berbagai tempat resah dengan isi syair tersebut dan mengirimkan surat untuk Syaikh al-Qarni.

Koresponden Islamonline menyebutkan, "Sejumlah tokoh muslimat juga berupaya menenangkan Syaikh al-Qarni yang ingin mengundurkan diri dari dakwah. Mereka yang berikirim surat kepada Syaikh mengaku mewakili harapan banyak kaum Muslimat yang meminta agar syaikh al-Qarni membatalkan keinginannya, mengingat banyak sekali nasihat, ceramah dan buku-buku syaikh al-Qarni yang begitu berperan dalam perkembangan pemikiran dan pribadi Muslimat." Situs Islamonline bahkan membuka polling khusus untuk merespon para pengunjung situsnya, terhadap rencana mundurnya Syaikh al-Qarni dari dunia dakwah.

Atas desakan dan permintaan tersebut al-Qarni pun lalu mengatakan ingin berpikir dan menenangkan diri selama satu bulan. Ia tetap mengatakan bahwa dirinya memang cenderung untuk melakukan uzlah dari khalayak karena respon dan tekanan yang kerap ia terima.

Ada apa dengan Syaikh al-Qarni?

Lalu apa sebenarnya yang menjadi inti keresahan al-Qarni hingga tokoh yang banyak membangkitkan motifasi masyarakat luas itu merasa terhimpit dan ingin mengambil langkah yang mungkin justru bertolak belakang dengan seruannya selama ini?

Al Qarni mengatakan, "Aku menerima tuduhan yang banyak sekali. Orang-orang yang mengaku mendalami hadits menuduhku sebagai khawarij. Orang-orang yang berpaham takfir (mengkafirkan) menudingku sebagai ulama penguasa. Sebagian orang yang ada di lapangan politik memandangku sebagai orang yang plin-plan. Bahkan ada pula yang mengatakan diriku oportunis yang hanya mengambil untung dari situasi tertentu. Ada juga yang memfitnah dan mengatakan aku mengganti kulit untuk memperkaya diri...." Inilah yang ternyata yang menjadi inti kegelisahan Syaikh al-Qarni. Tudingan dan tuduhan yang seperti memekakkan telinga dan membebani hatinya.

Rangkaian tuduhan itu makin nyaring di telinga al-Qarni, ketika ia terlibat menjadi salah satu bintang dalam film dokumenter berjudul "Nisaa bila Dzill” yang diproduksi oleh wanita Saudi Haifa Mansur. Hasil film dokumenter itu lalu dipublikasikan pada tanggal 12 Maret 2005 di salah satu gedung konsulat Prancis di Jeddah. Dalam film itu, Syaikh al-Qarni mendapat kritikan keras karena fatwanya yang membolehkan wanita menampakkan wajahnya. al-Qarni bahkan mengomentari bahwa tragedi fatwa itu memang mewakili sebagian dari penderitaan yang ia alami.

Siapa Syaikh al-Qarni?

Masih belum banyak yang tahu detail tentang profil ulama besar Saudi yang namanya mencuat jadi buah bibir masyarakat Saudi dan berbagai belahan dunia Islam itu. Pada bulan Ramadhan lalu, Syaikh al-Qarni tampil di televisi dalam rangkaian ceramah dari buku monumentalnya "Laa Tahzan." Buku yang kini telah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia itu telah terjual lebih dari 120 ribu eksemplar dalam edisi bahasa Arabnya saja. Belum terhitung berapa jumlah buku yang terjual dalam bahasa yang lain.

Syaikh al-Qarni dikenal sebagai tokoh yang disebut orang berani mengeluarkan pendapat, meski itu bisa mengundang kontraversi. Misalnya saja, ia pernah menyatakan bahwa pendapat yang melarang wanita mengemudi mobil itu bukan masalah prinsip dalam agama Islam. Ia mengatakan, "Jika saya diajukan pilihan apakah sebaiknya wanita mengendarai mobil atau ia pergi dengan supir orang asing (bukan mahram) berdua di dalam mobil, pasti saya memilih agar wanita itulah yang sebaiknya mengendarai mobil sendiri."

Menyuarakan Hak Kaum Perempuan

Al-Qarni juga dikenal dengan pendapatnya yang selalu menuntut pemberian hak-hak perempuan secara utuh sesuai syariat Islam, dan diberi kesempatan yang luas untuk terlibat dalam urusan sosial kemasyarakatan. Ia juga yang menyatakan kaum pria penting berdiskusi dengan kaum perempuan dan mendengarkan pendapat mereka, bahkan kaum perempuan dianjurkan memiliki ikatan organisasi khusus perempuan untuk bisa memberi sumbangsih perannya di masyarakat.

Tidak sampai di situ, Syaikh al-Qarni juga menyerukan pembentukan mahkamah yang secara khusus memperhatikan kezaliman atas kaum perempuan. Seperti pengaduan kaum perempuan terhadap kezaliman ayahnya, suaminya atau edurhakaan anak-anaknya.

Syaikh al-Qarni mulai populer sejak pertengahan tahun delapan puluhan melalui sejumlah kaset ceramah yang ia keluarkan. Para jamaah tempatnya menyampaikan ceramah keagamaan selalu penuh dan antusias dengan nasihat-nasihat Syaikh al-Qarni.

Itu sebabnya, berita uzlah yang akan dilakukan Syaikh al-Qarni begitu mengejutkan kaum perempuan Saudi. Karena selama ini, jarang sekali ulama Islam yang berani menyuarakan hak-hak mereka secara vokal, baik dalam aspek keagamaan maupun aspek sosial kemasyarakatan. Dan al-Qarni, mewakili suara mereka di dua aspek tersebut.

Ulama yang Mumpuni di Berbagai Bidang Ilmu Syariah

Syaikh al-Qarni adalah ulama kelahiran Saudi pada tahun 1379 H. Ia menuntut ilmu di madrasah Ibtidaiyah Ali Salman, selanjutnya ia belajar di Ma'had Ilmi sejak bangku mutawassitah (setara SMP), hingga lulus sarjana strata 1 dan Majister di tempat yang sama. Salah satu karya ilmiyahnya adalah "Al-Bid'ah wa atsaruha fi ad-Diraayah wa ar-Riwayah" . Desertasi doktornya berjudul "Al-Mufahhim ala mukhtashar Shahih Muslim".

Kelebihan Syaikh al-Qarni karena dia adalah orang yang mendalami ilmu syariah dan dakwah. Ia juga seorang hafiz al-Qur'an dan mendalami ilmu tafsir seperti Ibnu Katsir, At-Thabari, al-Qurthubi, Zaadu al-Masiir Ibnul Jauzi, al-Kassyaf karya Az-Zamakhsyari, bahkan tafsir Fi Dzilalil Qur'an milik Sayyid Quthb.

Selain mendalami ilmu al-Qur'an, ia juga fokus mendalami ilmu hadits. Dalam catatannya, Syaikh al-Qarni menyelesaikan pembahasan kitab Bulugh al-Maraam sebanyak lebih dari 50 kali. Ia juga mengajarkan pengajian hadits Mukhtashar al-Bukhari, Mukhtashar Muslim, al-Muntakhab, al-Lu'lu wa al-Marjan dan lainnya di berbagai masjid. Ia juga mengajarkan ilmu aqidah, sirah dan fiqih dalam pengajian-pengajiannya di berbagai masjid.

Syaikh al-Qarni terkenal dengan sikapnya yang lembut dan kasih sayang. Ia mengarungi dakwah Islam sepanjang lebih dari 25 tahun dan kini kaset-kaset ceramahnya telah diedarkan lebih dari seribu copy dan diperdengarkan di masjid, yayasan, universitas dan sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia. Sementara kitab-kitab karyanya sudah lebih dari 70 kitab yang juga diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Kini, waktu satu bulan tenggat waktu yang diminta al-Qarni untuk meninjau kembali keputusannya mundur dari dunia dakwah Islam sudah lewat. Tanggal 11 Desember 2005 lalu, ia telah mengirimkan pernyataan khusus kepada Islamonline tentang hasil pemikirannya itu. Apa hasilnya?

Jangan terkejut. Tokoh ulama besar yang cukup langka kepiawaiannya dalam dunia dakwah serta banyak dijadikan idola itu mengatakan, "Hingga kini saya masih belum mengurungkan rencana semula untuk mundur dari dakwah."

Semoga Allah swt memberi kekuatan kepada Sang Da'i Semilyar Umat, Dr. Aidh al-Qarni. Dan semoga, kerisauannya menjadi cermin yang mengingatkan semua pihak terutama umat Islam, untuk lebih berhati-hati menuding dan menuduh sesamanya. (na-str/iol,algrn)

------------------------------------------------------------------------------------------

Balillaahu maulaakum wa huwa khairun naashiriin ! [QS. 3:150]
Fash bir inna wa'dallaahi haqquw wa laa yastakhiffannakal ladziina laa yuuqi-nuun [QS. 30:60]


6 comments:

  1. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada Syaikh Al-Qarni. Amin.
    mungkin ada baiknya Syaikh beristirahat sejenak, sebelum meneruskan perjuangan dakwah.

    ReplyDelete
  2. Smoga Allah SWT melimpahkan kesabaran dan kekuatan berjuang dan berdakwah bagi umat muslim di dunia ini, Allahu Akbar

    ReplyDelete
  3. Kalau jadi mundur, mudah-mudahan spt Imam Al Ghazali yang kemudian menghasilkan karya-karya monumental... Kalau tidak jadi, mudah-mudahan dapat terus berdakwah.
    Ikut mengaminkan doa rekan-rekan yang lain... Amiiinn...

    ReplyDelete
  4. mudah2an gak jadi mundur... saya pribadi kurang suka baca tulisannya, karena gaya tulisannya agak terlalu 'slow' buat saya... tapi itu soal selera... soal prinsip mah saya dukung beliau 1000%!!!!!

    ReplyDelete
  5. Assalamu'alaikum kang Indraaa.........!!!!!!!

    klo menurut saya bukan mundur, tapi mengasingkan diri untuk menimba ilmu, seorang ulama tidak akan pernah mundur dari medan dakwah.

    Btw kan insyaAllah kan rencananya beliau mau ke Indonesia di acara Islamic Book Fair. Doakan saja semoga dia bisa hadir. Iya kan kang Indra...??

    ReplyDelete
  6. huuss....ppsstt ! kan masih rahasia pak ! hihi

    ReplyDelete