Monday, September 19, 2005

Mengapa Kita Menolak Syiah

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Sabili

Mengapa Kita Menolak Syiah
Sabili,Telaah Utama edisi 05thXIII05

Syiah mencaci para sahabat Rasul karena dianggap menyerobot hak Ali. Padahal mencintai sahabat bagian dari keimanan. Syiah juga menghalalkan nikah mut’ah. Karena itukah, Syiah ditolak?

Rabu, 31 Agustus 2005 di Club Rasuna, Kuningan, Jakarta Selatan. Sebuah acara berlangsung dengan pengawalan ketat para pemuda ‘Ahlul Bait’. Beberapa panitia terlihat di beberapa sudut dan pintu-pintu masuk tempat acara diselenggarakan.

Mereka terus memantau dengan ketat dan awas. Bahkan saat SABILI baru tiba di lobi gedung, panitia langsung menghampiri dengan menanyakan identitas dan kartu undangan. Penjagaan di pintu masuk lebih ketat lagi dengan menggunakan metal detektor dan memeriksa seluruh barang bawaan pengunjung. Beberapa orang nampak berkerumun di depan karena tidak diizinkan masuk.

Acara dimulai dengan sambutan panitia yang menceritakan ihwal acara dialog tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an dan seremoni ala Syiah. Setelah membaca al-Qur’an, peserta ramai-ramai membaca “shalawat” Allahumma shalli ala Muhammad wa Ali (keluarga Ali), selama beberapa kali.

Siang itu, di Club Rasuna memang sedang digelar Dialog Sunni-Syiah mengambil tema “Mengapa Harus Sunni dan Syiah”. Sebagai pembicara adalah Ustadz Nabhan Husein, “mewakili” kaum Sunni dan Jalaluddin Rahmat, dari kelompok Syiah.

Tentang alasan pengambilan tema tersebut, ketua panitia dialog sekaligus Ketua Oase (LSM Syiah, red) Emilia Renita AZ yang biasa dipanggil Nike, menyatakan, agar masing-masing pihak, Sunni dan Syiah, bisa menyampaikan argumentasinya berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah.

Terselenggaranya dialog Sunni-Syiah ini terkait tantangan Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Fauzan Al Anshari pada sebuah diskusi Kamisan Radio 68 H bertajuk “Menyikapi Perbedaan pasca-Fatwa MUI” di Hotel Mandarin, 4 Agustus lalu.

Fauzan menyatakan bahwa dalam Islam sudah jelas, ketika ada perbedaan pendapat diselesaikan dengan dialog. Jika buntu, maka dengan mubahalah, yakni bersumpah atas nama Allah, nanti yang salah akan disambar geledek. “Saya tantang Ahmadiyah untuk mubahalah kalau perlu datangkan imam dari London, begitu juga dengan Syiah,” kata Fauzan, saat itu. Tantangan Fauzan tersebut, spontan saja ditanggapi seorang wanita pengikut paham Syiah. “Baik, kita siap, nanti kita sampaikan ke Pak Jalaluddin Rahmat,” ujarnya, saat itu. (Baca: Cerita di Balik Dialog).

Selain soal imamah, nikah mut’ah juga bagian yang diistimewakan kaum Syiah. Mereka menganggap, nikah mut’ah adalah halal dan tidak menyalahi ajaran Islam yang dibawa Rasulullah. Karena itu, pengikut Syiah meyakini, nikah mut’ah bagian dari ibadah mereka kepada Allah, sekaligus merupakan identitas diri golongan Syiah Imamiyah.

Menurut kepercayaan Syiah, anak yang dilahirkan dari pernikahan mut’ah lebih utama daripada anak yang dilahirkan dari pernikahan biasa. Dalam bukunya Man laa Yahdhuruhul Faqih, Al-Qummy, salah seorang ulama Syiah menyebutkan, ”Sesungguhnya Allah mengharamkan atas orang-orang Syiah minuman yang memabukkan, kemudian menggantikannya dengan mut’ah.” Benarkah Ahlul Bait (12 imam) sebagai pewaris risalah kenabian pasca-meninggalnya Rasulullah? Sejumlah ulama Islam menolak anggapan tersebut. “Rasulullah saw tidak pernah menunjuk seorang pun sebagai penggantinya,” kata pengamat Syiah Fauzi Said Toha.

Kepemimpinan (imamah) di mata Fauzi adalah soal akidah, bukan soal perbedaan pendapat. Oleh karena itu, ia menganggap, imamiyah adalah persoalan prinsip. “Islam tidak pernah mengajarkan kepada nabi untuk menyerahkan estafet kenabian kepada Ali dan keturunannya,” tegasnya, prihatin dengan maraknya berbagai produk media, baik televisi dan cetak yang berbau-bau ajaran Syiah.

Abdullah bin Said Aljunaid dalam bukunya yang berjudul “Perbandingan antara Sunnah dan Syiah” menyebutkan, kepercayaan adanya nash al-Qur’an yang menashkan kewajiban imamah pada Ali dan anak cucunya, berbenturan dengan berbagai ketentuan yang sudah menjadi prinsip Islam.

Pertama, urusan di antara kaum Muslimin diselesaikan dengan musyawarah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat asy-Syuura ayat 38, “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.” Abdullah menilai, imamiyah termasuk urusan interen umat Islam, yang mana, baik al-Qur’an maupun Sunnah nabi, tidak menunjuk seorang khalifah menggantikan Rasulullah.

Kedua, dalam perjalanannya, telah diakui banyak pihak bahwa Ali bin Abi Thalib membai’at para khalifah. Bai’at Ali kepada para sahabat itu menunjukkan bahwa Ali mengakui keabsahan Abu Bakar, Umar dan Utsman sebagai khalifah. Dengan bai’at tersebut, maka gugurlah pandangan kaum Syiah yang menolak kekhalifahan para sahabat.

Dalam al-Qur’an dan hadits nabi, Islam melarang kaum Muslimin mencaci-maki dan mengutuk para sahabat. Firman Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 117 tegas menyebutkan: “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat nabi, orang muhajirin dan orang-orang Anshar.” Bahkan dalam berbagai haditsnya Rasulullah mengecam orang yang mencaci-maki para sahabat dan menyebutnya sebagai perbuatan tercela. Sebuah hadits muttafaq alaihi menyebutkan, “Janganlah kalian mencaci-maki para sahabatku.”

Bagaimana dengan nikah mut’ah? Al-Qur’an dan Hadits secara tegas melarang umat Islam melakukan nikah mut’ah. Pada awalnya, Islam membolehkan mut’ah untuk sementara, kemudian hukumnya di-mansukhkan (dihapuskan) hingga hari kiamat. Pelarangan nikah mut’ah persis seperti pelarangan khamr yang awalnya dibolehkan, kemudian turun ayat al-Qur’an yang melarangnya.

Al-Qur’an Surat al-Mukminun ayat 5-7 menyebutkan, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali kepada istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barangsiapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”

Kemudian Rasulullah saw juga mengharamkan nikah mut’ah. Beliau bersabda,” Sesungguhnya Allah mengharamkan nikah mut’ah hingga hari kiamat (HR Ibnu Majah). Dan Umar bin Khaththab pun mengharamkannya dalam sebuah pidatonya di atas mimbar, sementara parasahab yang lain mendengarkan dan tak ada yang menolak (Kitab Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq, II/35.36)

Karena itu, umumnya, kalangan yang menolak Syiah berpendapat, bahwa membiarkan paham Syiah berkembang, sama saja dengan bunuh diri, sebab ajaran Syiah (Imamiyah) tak sedikit yang menyalahi Islam. Mereka umumnya mengajak umat Islam agar menghindar dari jaring-jaring mereka. Caranya, kaum Muslimin wajib berpegang pada ajaran Islam yang shahih, yang bersandar pada Qur’an dan Sunnah, supaya selamat dunia akhirat. Untuk itulah, antara lain, Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) menerbitkan hasil seminar tentang Syiah (1997) yang berjudul “Mengapa Kita Menolak Syiah”.

Jika Syiah ditolak, lantas bagaimana dengan dialog, debat atau apalah namanya, antara Sunni dan Syi’i? Mungkin bisa Anda ikuti, tapi jangan terlalu masuk pikiran, apalagi sampai ke hati. Kalau Anda merasa percuma, misalnya merasa buang-buang waktu—karena dinilai tak tak ada titik temu—yah sudah, lupakan saja!


Rivai Hutapea
Laporan: Fadli Rahman, Artawijaya, Afriadi.

41 comments:

  1. Ada buku bagus, tentang ini yaitu Mengapa saya keluar dari syi'ah yang sedang saya cari juga tapi belum ketemu..he.he.he. (kalo ga salah penerbitnya pustaka al kautsar deh..)
    buku ini ditulis oleh Al 'alamah Sayid husain Al Musawi yang telah keluar dari syiah, beliau ini adalah Mujtahid besar syiah dulunya, yang disematkan oleh ulama besar syiah Ayatullah sayid muhammad hussain ali kasyif al ghita. dan ada lagi sebelumnya ulama dan tokoh besar syiah yang keluar dari syi'ah adalah Ayatullah Al uzhma abu fadhl al Burqui yang nasabnya sampai kepada Ahlul bait.

    silahkan buku ini dicari dan dibeli sebagai tambahan informasi yang mungkin bermanfaat....

    ReplyDelete
  2. hmmmm... cari di ramadhan fair aja, kali-kali ketemu...

    ReplyDelete
  3. Wah..jujur aja ni mas Indra..aku kok krg banyak referensi ya ttg syiah..makasih sudah berbagi...! Jujur juga lho, aku banyak belajar di rumah mas Indra ini ;)

    ReplyDelete
  4. Wa'alaykumussalaam,
    Hatur nuhunnn... Kang... atas pemberitaannya. Boleh saya posting di milis kelompok ngaji kami di sini nggak?
    Jazakallahu khair katsiira...

    ReplyDelete
  5. Bisa baca lebih panjang disini. Kalau berminat untuk lebih menelusuri sejarahnya lebih dalam dan detail bisa dibaca di kitab Al-Bidayah wan Nihayah. Mudah-mudahan bermanfaat :)

    ReplyDelete
  6. Silahkan mba kalau memang bermanfaat. Jazakillah khair

    ReplyDelete
  7. makasih mas Indra..bermanfaat sekali, aku kn tau skrg lbh byk apa itu syiah..

    ReplyDelete
  8. saya punya bukunya mas..bagus sekali isinya..

    ReplyDelete
  9. Terimakasih atas informasinya, sehingga kita tahu mana yang harus ditinggalkan.

    ReplyDelete
  10. jazakallah, infonya, tetapi tahukah antum ibadahnya org2 syiah: mereka yg taat sholatnya 51rkt/hari (terdiri 17rkt wajib dan 34 rkt rawatibnya) q.lailnya 11rkt (10rkt dg 2 salaman + 1rkt witir) dimana 2 rkt pertama setelah al Fatehah membaca al ikhlas 60x/rktnya, sedang 8 rkt berikutnya stlh al Fatehah membaca al Ikhlas 30x/rkt,witirnya 1 rkt, stlh al fatehah membaca al ikhlas 3x, al Falaq 1x, an nas 1x. Qiyam bln ramadhan terdiri dr, dlm 1 bln tsb amalan umum 1000 rkt( tgl 1-20, 20rkt/mlm+ 21-30, 30rkt/mlm, mlm lailatul qadr tgl 19-21-23, 100rkt/mlmnya shg ttl 1000rkt), amalan khusus +/- 252 rkt dan amalan harian 330rkt, syukronlillah,la haula wala quwata ila billah, kenapa antum tak mencari kebenaran itu dg melaksanakan petunjuk ALLAH SWT, al baqarah 45-46, dan mohonlah hidayah as shafaat 99 "Dan Ibrahim berkata: sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhan ku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku". setelah zakat kami juga menyerahkan 20% hasil bersih yg diperoleh selama 1 thn bagi agama srh al anfal 41 ( bagi ALLAH SWT, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim,org miskin, ibn sabil). ya akhi....jangan su udhzon thd org2 syiah, dg mengikuti kabar fitnah, " Duhai yg ingin menanduk gunung, kasihanilah, bukan gunung itu tetapi kepalamu wassalamW.W , Mohammad Abu dzar

    ReplyDelete
  11. Setau saya ukuran diterima atau tidaknya suatu ibadah itu bukan banyak atau ngga nya, tapi sesuaikah ibadah itu dengan yang dicontohkan Rasulullah ?...sholat 100 rakaat ? membaca al ikhlas 60x setiap rakaatnya ? sejauh pengetahuan saya Nabi sendiri pun tidak melakukan itu ya akhi...Mohon dikoreksi apabila saya salah, tapi bukankah Allah telah berfirman,

    لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

    “Sungguh pada diri Rasulullah ada contoh yang baik bagi kalian”. (QS. Al-Ahzab: 21) (QS Al Ahzab 21)

    Dan bukankah Nabi juga pernah bersabda,

    مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِناَ هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

    “Barangsiapa yang mengadakan suatu perkara (baru) dalam urusan (agama) kami ini yang bukan termasuk darinya,maka perkara itu tertolak”. [HR.Al-Bukhary dalam Ash-Shahih (2697)]

    Jadi untuk apa menambah-nambah yang sudah lengkap dan disyariatkan ?....



    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, apa yg akhi sampaikan benar adanya,dlm madzhab Ahlul Bait definisi bid'ah jelas, Segala sesuatu yang tidak berdasarkan kitabuLLAH dan sunah Rasul saaw adalah tertolak.
    " Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu' " (QS Al Baqarah 45). Menurut riwayat melalui jalur sahabat kurang jelas mengenai shalat 100rkt tsb, tetapi ummul mukminin Aisyah pernah meriwayatkan bahwa beliau Rasulullah saaw, seringkali shalat hingga kaki Beliau saaw bengkak. Sedang dalam saluran Ahlul Bait memang ada, begitulah qiyam bulan Ramadhan dan q.lail hariannya. Dlm hal ini ana tdk memposisikan sbg pembela madzhab syiah (krn tdk punya kapasitas) tetapi sbg pencari kebenaran, dan ana mengikuti ibadah yg terbaik dari saluran syiah, sufi maupun sunni, jika ada keraguan dlm hal ini, seringkali ana terus mojok iktikaf di masjid, bukankah sudah jelas akhi, ketika kita dipanggil "marilah shalat" disunahkan menjawab tiada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah swt, dan Dia Yang Maha Pemurah menyambutnya dengan " Bermohonlah kepadaKu, niscaya Ku perkenankan permohonanmu" dan Nabi saaw mengajari kita " ya ALLAH tolonglah aku agar senantiasa dapat berdzikir kepadaMu, bersyukur kepadaMu serta menyempurnakan ibadahku kepadaMu. Semoga ALLAH swt merakhmati anda, diriwayatkan bahwa membaca surah tauhid (al Ikhlas) 3x dg ikhlas pahalanya setara dg menghatamkan Al Qur'an, bagaimana dg membaca total 363x dlm q.lail, diriwayatkan melalui imam Ali as bahwa 1 hurufnya mendapatkan 100 hasanah.semoga ALLAH swt menjadikan kita kaum mukmin/nah yg nasibnya paling baik disisiNya, paling dekat kedudukannya denganNya, paling istimewa tempatnya di dekatNya, Allahumma maa binaa min ni'matin fa minka laa ilaaha illaa anta, astagfiruka wa atubu ilayk(a). syukronlillah. Maaf akhi lengkap menurut siapa krn setahu ana ada 3 kelompok besar yang menyampaikan ajaran Rasulullah saaw, yaitu kelompok sunni, sufi dan syiah, masing2 mengklaim sebagai yg terbaik dan paling benar, mari dg shalat kita mohon petunjuk ALLAH swt, yang mana yang terbaik diantara ke 3nya " Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam . QS Al Alaq 4, wallahualam, afwan.

    ReplyDelete
  13. salam, mohon maaf akhi, ana tdk mengatakan bahwa mereka shalatnya diterima, tetapi menyampaikan shalat yang mereka kerjakan sesuai riwayat yg mereka terima dr saluran ahlul bait, soal diterima atau tidak itu ALLAH swt yg tahu, diterima dan dikerjakan ana kira tdk sama. kemudian setelah salam mereka berdoa : ilaahi, hadzihi shalaati shallaytuha, laa li haajatin minka ilayha, walaa raghbatin minka fiha, illa ta'dhiman wa tha'atan wa ijabatan laka ilaa maa amartanii bih(i), ilaahii, inkaana fiiha khalalun aw naqshun min ruku'iha aw sujudiha fala tuakhidzni wa tafadhdhal 'alayya bil qabuli wal-ghufran(i). ya Ilahi inilah shalatku yg aku lakukan bukan karena Engkau memerlukannya dan bukan pula karena keinginanMu.Tetapi hanya pengagungan, ketaatan dan kepatuhan atas apa2 yg engkau perintahkan kepadaku, Ya ilaahi, jika didalam shalatku ada cacat atau kekurangan dlm rukuk dan sujudnya, maka janganlah Engkau timpakan siksa atasku, Aku bermohon agar Engkau berkenan menerima shalatku dan mengampuni kesalahanku.
    Mereka jg berdoa, Allahumma maa binaa min ni'matin fa minka laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilayk(a), ya Allah nikmat apa saja yang ada pd kami, semua itu dariMu, tiada Tuhan selain Engkau aku mohon ampunan dari_Mu serta bertaubat kepada_Mu. demikian akhi, afwan

    ReplyDelete
  14. Mengapa Kita Memilih Syi’ah
    (Tanggapan untuk majalah SABILI no 5 th XIII, 22 SEPTEMBER 2005)
    Oleh: Emilia Renita Az (Nike)*
    Berkenaan dengan pemberitaan tentang kami di majalah SABILI no 5 th XIII, 22 SEPTEMBER 2005, tulisan ini TIDAK BERMAKSUD UNTUK MENANGGAPI berita tentang organisasi kami. Berita-berita tersebut sudah penuh dengan berbagai distorsi karena kepentingan tertentu. Menanggapi berita itu dengan menyampaikan versi kami TIDAK AKAN mendatangkan maslahat kecuali menjadi tontonan publik tentang permusuhan di antara kaum muslimin. Selain itu OASE tidak bisa mewakili kaum SYIAH di manapun, sebagaimana MAJELIS MUJAHIDDIN INDONESIA tidak bisa mewakili kaum SUNNI umumnya.
    Perkenankanlah kami menanggapi hanya berita tentang ajaran Syiah saja. Setelah membaca laporan Sabili tentang Syiah, kami terkejut karena ternyata Syiah seperti yang diceritakan Sabili sangat berbeda dengan Syiah yang kami YAKINI. Jadi, ada dua macam Syiah: Syiah ala Sabili yang lebih banyak didasarkan pada imajinasi; dan Syiah yang kami yakini yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Agar SABILI terlepas dari tuntutan “kebohongan publik”, dan masyarakat tidak terjebak dalam provokasi yang menyesatkan, di bawah ini kami bandingkan pokok-pokok pikiran dari keduanya.

    1. Pembacaan shalawat

    Syiah ala Sabili bershalawat:“Allahumma shalli alla Muhammad wa aali (keluarga Ali). “
    (Hal 17- Kol 1).

    Menurut Syiah yang kami yakini, kata Ali dalam salawat itu tidak menunjuk kepada Ali atau keluarga Ali. Semua yang mengerti bahasa Arab akan segera tahu bahwa aali (dengan alif, artinya keluarga) bukanlah ‘Ali (dengan ‘ain, yang merujuk pada Ali bin Abi Thallib). Kami selalu menambahkan shalawat kepada Nabi dengan shalawat kepada keluarganya.

    Dalam Hadis:

    - Al Bukhari meriwayatkannya dalam Shahih-nya juz 3 dan Muslim dalam Shahih-nya juz1. Allamah al Qanduzi dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal 227 menukil dari al Bukhari, Ibn Hajar dalam al Shawa’iq al –Muhriqah pada bab 11, pasal pertama ayat kedua. Mereka semua meriwayatkannya dari Ka’ab bin ‘Ajarah: Ketika ayat ini turun (QS 33:56) , kami bertanya kepada nabi SAW,”wahai Rasulullah kami tahu bagaimana mengucapkan salam kepadamu. Tetapi bagaimana kamu mengucapkan salawat kepadamu? Beliau menjawab,”Ucapkanlah, Allahumma Shalli ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammad (Ya Allah limpahkan salawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad)

    - Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat yang buntung” Para sahabat bertanya, “Bagaimana shalawat yang buntung itu?”Beliau menjawab, “Engkau mengucapkan Allahumma shalli ‘ala Muhammad (Ya Allah limpahkan shalawat kepada Muhammad)lalu kalian diam. Melainkan ucapkanlah, Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad,Ya Allah limpahkan salawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad [Ibn Hajar meriwayatkan hadis ini dalam al-Shawa’iqal-Muhriqah hal 87]


    2. Mengenai Ahlul bait

    Syi’ah ala Sabili meyakini Ahlulbait tidak berdasarkan Nash
    “ Sejumlah ulama Islam menolak anggapan bahwa Ahlulbait (12 Imam) sebagai pewaris risalah kenabian pasca meninggalnya Rasulullah…….(hal 19, kol 2)

    Syiah yang kami yakini, mengikuti Ahlulbait karena perintah Allah dan RasulNya

    Dalam Al Qur’an:
    * Surat al Ahzab: 33 “……Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, ahlul bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya”
    * Surat Asy Syuura: 23 “Katakanlah aku tidak meminta kepada kalian sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kecintaan kepada Al-Qurba (keluarga Nabi saw)”

    Kami mengikuti Al-Quran karena ia terjaga dari segala kesalahan, dan kami mengikuti Ahlul Bayt karena terpelihara dari segala dosa seperti terkandung dalam makna ayat di atas.

    • Asbab al-Nuzul Al-Ahzab 33: Banyak mufasir yang menukilkan hadis bahwa ayat ini turun berkenaan dengan lima orang yang disebut Ahlul Bayt. Salah satu di antaranya adalah hadis b

    ReplyDelete
  15. Seorang kenalan saya di sini (orang Iran, Syiah) menyatakan keheranannya bahwa adzan di tempat lain tidak ada pernyataan mengakui Ali sebagai Imam. Ia menerangkan, syahadat yang mereka lakukan, selalu disertai dengan pernyataan tersebut (mengakui Ali sebagai Imam). Saya lupa persisnya, pokoknya Setelah "Asyhadu alla ilaa ha ilallah, wa asyhadu anna Muhammad-arrasulullah", ada tambahan "wa asyhadu anna Ali..." Dan keterangan ini dikonfirmasi oleh teman-teman saya lainnya yang Syiah.

    Jadi pernyataan Sabili mengenai ini bukan imajinasi. Saya mendengarnya langsung.

    ReplyDelete
  16. Saya konfirmasi lagi dari sumbernya :

    http://www.al-shia.com/html/id/ahkam/adzan.htm


    Adzan أَللهُ أَكْبَرُ (Allōhu akbar) 4 kali أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أللهُ (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللهِ (Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ (Hayya ‘alal falāh) 2 kali حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ (Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali أَللهُ أَكْبَرُ (Allōhu akbar) 2 kali لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (Lā ilāha illallōh) 2 kali Iqamah أَللهُ أَكْبَرُ (Allōhu akbar) 2 kali أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أللهُ (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali

    ReplyDelete
  17. Salam, kalimat lengkapnya adalah wa asyhadu anna alliyyan waliyullah, kalimat tersebut bukan bagian dari adzan - dan muazzin harus meniatkannya sebagai bukan bagian dari adzan, penjelasannya sbb:setelah syahidnya imam Ali as, ketika muawiyah bin abi sofyan menjadi khalifah, ia memerintahkan para imam mesjid dalam khotbah jum'atnya melakukan kutukan thd imam Ali as, maka orang-orang syiah berdiri tegak mengingatkan kaum Muslimin agar jangan melakukan hal itu dengan memasukkan kalimat tsb dlm adzan mereka. selain itu setelah haya alal falah, berikutnya hayya alal khayril amal (mari beramal yang terbaik) tetapi menurut riwayat kalimat ini dihilangkan oleh khalifah ke 2, Umar b Khotob dan ia memasukkan kalimat - as shalatu khayrum minan nauum. Sedang pambacaan shalawat itu seperti penjelasan ibu Nike diatas memang tidak merujuk kepada keluarga imam Ali as. Mohon ditanyakan lagi ke teman yg syiah tsb, Jadi orang syiah itsna asyariah itu, adalah mereka yg bersaksi bahwa Tuhannya ALLAH SWT, Muhammad saaw sbg rasul-Nya dan selanjutnya mengikuti para imam penerus Nabi saaw dari keluarga Nabi saaw, yang 1 imam Ali as, imam Hasan as, imam Husain as dan 9 imam berikutnya dari keturunan imam Husain as. Jika ada perbedaan mengapa kita tidak mengikuti petunjuk Al Qur’an, Asy Syuura 10 : Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada ALLAH, (yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah ALLAH Tuhanku, kepada-Nyalah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali.
    Yang saya herankan kita setiap hari mengaku menghadap ALLAH swt (dlm doa iftitah antum menyatakan inni wajjahtu wajjhiya lilladzi fathoros samawati wal ardh) dan bersaksi bahwa ALLAH swt adalah Maha Pemberi Petunjuk, kenapa tidak memohon petunjukNya mohon pertolongan Nya_ siapakah imam kaum muslimin setelah syahidnya Rasullullah saaw, imam Ali as, imam Hasan as, imam Husain as ataukah khalifah Abubakar, Umar dan Ustman. Ash Shaaffaat 99. Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
    Al Baqarah 186: Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadaKu tentang Aku, maka(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Al Baqarah 45 : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu'. Al Baqarah 46: (yaitu) orang orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. Semoga ALLAH swt merakhmati antum, salam,

    ReplyDelete
  18. Nikah Mut'ah Dengan Dalil Surat An-Nissa:24
    http://syariahonline.com/new_index.php/id/5/cn/9809 Pertanyaan: Assalamualaikum, Pak ustadz mohon maap apa bila pertanyaan saya mengulang seputar masalah nikah mut'ah. Teman saya ada yang berniat untuk nikah mut'ah. Dia menjadikan surat An-Nisa:24 sebagai senjatanya untuk berpegang teguh bahwa nikah mut'ah itu halal walau telah ada hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut'ah setelah sebelumnya dihalalkan. Menurutnya seseuatu yang qath'i(Al-Quran) tidak mungkin bisa terganti dengan yang dzani(hadits). Mohon pak ustadz bisa memberikan pencerahan kepada saya. Waalaikumsalam. Hamba Allah Jawaban: Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
    Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba�d.

    Masalah Pemahaman Ilmu Hadits

    Kalau ada yang mengatakan bahwa Al-Quran Al-Kariem adalah qath`i dan hadits shahih itu zhanni, berarti pemahamannya terhadap ulumul hadits masih perlu dibenahi. Sebab meski terdapat hadits yang palsu, mungkar, maudhu` atau dhaif, kita tidak bisa mengeneralisir bahwa semua hadits nabawi itu zhanni.

    Ada sekian banyak hadits yang shahih yang bila kita tolak keberadaannya atau hukumnya, maka kia termasuk mengingkari kenabian Muhammad SAW. Sebab pada hakikatnya, hadits nabawi adalah wahyu dari Allah SWT juga. Sehingga mengingkari kebenaran sebuah hadits sama saja mengingkari wahyu Allah SWT.

    Dan meninggalkan suatu hadits shahih lalu hanya mengambil ayat Al-Quran Al-Kariem saja dengan alasan seperti itu adalah bentuk ketidak-pahaman terhadap syariat Islam. Sebab pada hakikatnya, baik Al-Quran Al-Kariem maupun sunnah itu tidak mungkin bertentangan. Kalau pun secara sepintas kita menduga demikian, maka sebenarnya ada demikian banyak metode untuk bisa mensinkronkan kedua sumber asasi ajaran Islam.

    Dan hadits yang mengharamkan nikah mut`ah itu adalah termasuk hadits shahih yang keshahihannya sudah diterima secara luas di dunia Islam. Sebab diriwayatkan oleh dua tokoh besar ilmu hadits, Bukhari dan Muslim.

    Dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW telah mengharamkan menikah mut�ah dengan wanita pada perang Khaibar dan makan himar ahliyah. (HR. Bukhari dan Muslim). Nikah Mut`ah Diman

    ReplyDelete
  19. Ensiklopedi Sunnah-Syiah (Studi Perbandingan & Tafsir) karya Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus. Saya mempunyai buku ini terbitan pustaka Al Kautsar. Mohon referensinya lebih jelas karena dalam halaman 419-434 saya tidak menemukan pembahasan ttg Mut'ah...

    ReplyDelete
  20. salam, pa Indra bisa hubungi ibu Nike, email nike_az@jalal-center.com, gimana pa Indra, bln ramadhan th ini saya temani iktikaf di istiqlal 1 bln penuh mohon hidayah ALLAH SWT, kalau amalan yg ada pada sunni lebih baik dari yg ada di syiah, saya ikut mengerjakan amalan tsb, tetapi jika yg ada di syiah lebih baik, "tidak ada paksaan dalam agama".....saya usahakan cuti awal agustus, saat ini saya sedang crossing pacific ocean

    ReplyDelete
  21. Assalamu'alaikum akhi abudzar, dalam menilai suatu manhaj/madzab itu benar atau salah saya tidak mengukurnya melalui banyaknya ibadah. Karena kalau hanya menilai dari itu niscaya para sufi yang zuhud pun lebih banyak ibadah atau amalannya (zikir 1000x atau 5000x dsb) dan saya akui saya masih kalah jauh dgn itu.

    Saya lebih condong mengukur dgn amalan yang baik. Definisi "baik" disini mungkin berbeda dgn akh abudzar. Bagi saya ibadah yang baik adalah hanya yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam konteks ibadah mahdah spt sholat, puasa dll....untuk urusan muamalah silahkan-silahkan saja diluar dari apa yang dicontohkan Nabi kita selama masih di jalur syariat....Silahkan anda buka-buka buku rujukan syiah dan bandingkan dengan kitab-kitab sunni, insya Allah anda akan melihat perbedaannya yang sangat fundamental.

    Mohon maaf kalau saya belum bisa ikut i'tikaf sebulan penuh di istiqlal, bukan apa-apa saat ini saya sedang menunggu kelahiran anak pertama saya sehingga kemungkinan bulan puasa nanti istri saya akan kerepotan kalau harus menunggu anak kami sendirian....

    ReplyDelete
  22. Bukan itu, maksudnya....adalah kita mengambil manakah yang terbaik dari ibadahnya sufi, sunni, syiah.....dan kita mengamalkan yg terbaik diantaranya....tak soal itu sufi, syiah, sunni....kita ini pembeli aja....penjualnya...mereka itu para syaikh...mursid....dan ayatullah...kita berbaik sangka saja bahwa mereka semuanya benar...menurut yg mereka terima dari Rasullullah saaw, dan finalnya adalah hidayah Allah swt....apakah kita lebih sesuai beribadah menurut cara suni, sufi, syiah...
    Menurut penilaian saya ke 3 nya benar, hanya levelnya saja yg berbeda, mungkin bisa dimisalkan muslim, mukmin, aulia...atau yah...islam sd, smp, sma...he 3x. Mungkin karena latar belakang beragama kita berbeda....masa kecil saya tumbuh dalam asuhan budha hinayana dan roman katolik, dilanjutkan dilingkungan protestan dan kejawen, terus islam wahabi...bingung/mungkin 1/2 kafir....usia 27th taubat nashuha karena menyadari bahwa Dia telah memberikan yang terbaik kepadaku selama ini tetapi tidak saya sadari, kemudian saya mengajukan permohonan "berilah aku kemampuan untuk beribadah kepadaMU"...lantas menjadi muslim....keluyuran dari masjid ke masjid sampai kemudian dari 40 tarekat yg muktabar...saya mendapatkan hidayah untuk nyantri di syadziliyah...bukan karena tarekat yg lain salah/tidak baik..tapi inilah petunjuk yang saya peroleh.......10th saya di maqam ini, saya menyadari dlm fiqh mengikuti madzhab imam syafii tetapi dalam tasawuf ternyata bermuara kepada Ahlul Bait Nabi saaw, mas indra boleh check ...seluruh garis kerohanian para sufi...aulia akan berakhir pd imam Ali as kemudian ke Rasulullah saaw....ketika saya mengetahui madzhab ja'fari, dan membandingkan ibadah mahdah yg ada pada mereka...dan memohon hidayah, manakah yg seharusnya saya ikuti, saya kemudian terbenam disini. Saran saya, hayati benar kalimat jawaban antum ketika di seru " marilah sahat dst...."
    Semoga Allah swt memberi antum putra.putri yang saleh/salihah....saya disini sedang belajar memahami al isra 66-67-68-69, salam, crossing pacific ocean

    ReplyDelete
  23. Sebentar, saya kok bingung dengan kronologisnya. Ketika Umar bin Khatab ra menjadi khalifah, apakah Muawiyah sudah menjadi gubernur, dan sudah ada 'orang-orang Syiah'?

    ReplyDelete
  24. Teman-teman saya itu semua Syiah Itsna Asyariah (yang artinya dua belas itu kan?). Salah satunya adalah menantu dari Murthada Mutahhari alm, tokoh pendidikan dan agama terkenal di Iran.

    Mengenai klaim kalimat Ali sebagai wali 'sebenarnya' bukan bagian dari azan (tidak boeh diniatkan begitu), kenapa jemaah Syiah-nya sendiri tidak mengetahui hal itu yah? Dan kenapa di seluruh pelosok negeri hal itu dilakukan? Ini menyebabkan orang-orang di luar Syiah mengira begitulah yang sebenarnya, kan?

    ReplyDelete
  25. Salam bu, kronologisnya...khalifah Umar dulu, yang memodifikasi adzan itu....dg menghilangkan kalimat " haya aalal khoiril amal " dan menambahkan "salat itu lebih baik dari pada tidur....." kemudian ketika muawiyah menjadi khalifah orang orang syiah memasukkan kalimat Ali waliyullah tsb..coba ibu check ke maraji tentang kebenarannya....afwan, syukron

    ReplyDelete
  26. Salam, mas Indra....memang betul definisi amalan yang baik itu yg mengikuti Rasulullah saaw, kalau yg wajibnya ke 3 nya(sunni, sufi, syiah) sama shalat nya 17 rakaat/hari, dlm sunah tdp perbedaan...sunah ini juga sangat pentingkan....? hadist qudsi..."hamba Ku senantiasa mendekatkan diri kepada_Ku dengan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya.....dst sampai akhir hadist....Jadi agama ini harus dikerjakan sesuai dengan yang DIPERINTAHKAN dan dengan yang DIPERBOLEHKAN", kalau ada yg melakukan shalat subuh 4 rkt jelas tertolak, dan kalau shalat sajadahnya dibeli dari uang yg tidak halal, shalatnya juga tertolak....gitukan.......oh ya betulkah wudhu yg kita kerjakan ini sama dengan yg dikerjakan Rasulullah saaw dulu....mohon dicheck ya mas Indra.....? Al Qur'an dan sunah....afwan, syukron

    ReplyDelete
  27. syiah sesat
    majlis fatwa malaysia sudah menyesatkan syiah
    dan megharamkan penyebarannya.

    ReplyDelete
  28. Dimana-mana negara yang kepemimpinannya tidak mengikuti Rasulullah saaw, malahan mengangkat dirinya menjadi RAJA yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saaw dalam kepemimpinan (mereka raja2 itu menjadi penjarah kekayaan umat ) dan ulamanya membebek dan,mendapat gaji-makan dari pemerintah akan menyesatkan syiah karena.....MEREKA KETAKUTAN JIKA RAKYATNYA mengikuti petunjuk Al Qur'an sebagaimana disampaikan oleh para ulama Syiah. Al Hadid 25 Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul rasul Kami dengan membawa bukti bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (akal) supaya manusia dapat melaksanakan Keadilan...Al A'raaf 181 Dan diantara orang orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. An Nisa 135 Wahai orang-arang yang beriman jadilah kamu orang yang benar benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.
    Seharusnya ulama spt itu sadar dan segera mengambil alih pemerintahan, mencopot raja raja lalim/presiden lalim penjarah kekayaan kaum muslimin dan menegakkan Keadilan sebagaimana perintah ALLAH SWT, fatwa itu dikeluarkan bukan oleh ulama pewaris Nabi saaw, tetapi oleh ulama bid'ah.....ulama yang tidak mengikuti Nabi saaw dalam menegakkan keadilan dalam masyarakat, ulama yang selama hidupnya mendapatkan gaji dari kerajaan, ulama yang membiarkan umat tertindas, ulama yang membiarkan muslimah muslimah kita kelaparan sehingga mencari makan dengan di zinai oleh orang orang musyrik, kafir, munafiq, ulama yang tidak melindungi muslimah muslimah kita sehingga terpaksa mencari makan dengan mempertontonkan aurat, sekali lagi mereka bukanlah ulama pewaris Nabi saaw.
    Fatwa tersebut menyesatkan dan mengelabui umat demi sesuap nasi dari penguasa.....Na'udzubillah min dzalik

    ReplyDelete
  29. salam.
    hahaha,.,.,.,
    teruslah berdiskusi sampai datangnya sang "munji",.,.,
    saya melihat kelucuan di sini.,.,.,.
    kita sesama muslim tidak bisa akur dan terus melakukan pengkritikan terhadap mahzab2 dalam islam.
    sedang kita selalu baik dengan orang lain agama.
    dengan orang beda agama saja kita bisa akur, kenapa dengan se-agama kita tidak bisa akur?

    ReplyDelete
  30. Ironis banget ya...,jaman gini masih aja terhegomoni siasat Amerika/Zionisme memecah umat islam pakai isu perbedaan madzhab, apa kata dunia..., basi n kuno mas..., keyakinan itu prifasi masing-masing, gak ada yang bisa memaksa "faman sya'a fal yu'min faman sya'a falyakfur", "La ikroha fiddin",dan "Lasta alaihim bi musaithir",Sunnah- Syiah adalah fenomenal, yang penting syi'ah-sunnah bisa eksis berbuat apa untuk islam dan ummatnya, melecehkan apa mengharumkannya, ini tolak ukur mas.., siapapun yang maju dikancah percaturan dunia dan tampil kreatif, produktif, efektif, efisien dan koprehensif menjadi icon islam dihadapkan musuhnya (Barat/As/Zionisme) yang bisa menandingi saint dan teknologinya, ekonomi dan politiknya, yang ini baru oke..., Islam harus dipandang dari neomenanya (hakikatnya) bukan dari fenomenanya, Sunnah-Syiah, yang mana sih jadi icon kebenaran sejati..., kalau kontraproduktif dan....ya bukan islam, gimana..?

    ReplyDelete
  31. Salam dan salawat buat mu Ya Rasullullah beserta Ahlulbaitmu yang suci.

    Salawat

    Allahhumma Shalli Ala Muhammad Wa Ali Muhammad

    ReplyDelete
  32. Syiah Rafidhah: Kelompok yang Parsial dalam Memahami Aqidah


    Definisi :

    Syi’ah sebenarnya berarti pendukung, penolong, teman dekat (QS 37/83 dan 28/18), kata ini lalu digunakan oleh orang rawafidh (kelompok yang menolak kepemimpinan Abubakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma) sebagai nama kelompok mereka.

    Dalil-dalil Sunnah dan Sejarah tentang Syiah :

    1. Bahwa setelah perang Shiffin, Ibnu Abbas ra berdialog dengan Muawiyyah ra dan ditanya oleh Muawiyyah ra : “Dari Syi’ah mana anda? Dari Syi’ah Utsman atau dari Syi’ah Ali?” Jawab Ibnu Abbas ra : “Saya dari Syi’ah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam.” (HR Abu Nu’aim dalam al-Hilyah)

    2. Sa’id bin Hatim ra bertanya tentang witirnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam pada Ibnu Abbas ra, maka jawab Ibnu Abbas ra : “Maukah Anda aku kabarkan orang yang paling tahu tentang witirnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam?” Kujawab : “Ya.” Maka kata Ibnu Abbas ra : “Tanya pada A’isyah!” Lalu aku minta tolong tanyakan melalui Hukaim bin ‘Aflah ra sebab aku pada waktu itu termasuk syi’ah Ali ra.

    3. Pada abad ke-2 dan ke-3 hijrah, istilah Syi’ah juga digunakan. Dalam tarikh, khalifah Ibnu Khayyan saat mengomentari keruntuhan khalifah sebelumnya mengatakan : “Inilah akibat Syi’ahnya Marwan bin Muhammad.

    Parsialnya Manhaj Syiah :

    Ø Yaitu dalam syu’ur (emosi), karena mereka selalu berusaha mengangkat emosi ummat melalui perantaraan ahlu bait Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam. Tapi cinta mereka parsial, karena ahlu bait mereka batasi hanya pada Ali ra dan keluarganya, sementara A’isyah ra mereka caci-maki.

    Ø Makna ahlu bait dalam al-Qur’an : Suami dan istri (QS 11/73), ibu dan bapak (QS 28/12), isteri-isteri (QS 33/33).

    Ø Kelompok syi’ah mengartikan bahwa QS 33/33 itu yang dimaksud Ali ra saja, karena menggunakan dhamir ‘alaikum. Hal ini dijawab bahwa kum juga mencakup lelaki dan wanita sebagaimana dalam lafadz salam (assalamu ‘alaikum), apalagi awal ayat bicara tentang istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam.

    Parsial dalam Mencintai Ahlul Bayt:

    1. Terhadap paman-paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam: Mereka habis-habisan menyatakan Abu Thalib itu muslim dengan menolak hadits-hadits yang shahih, tapi menolak Abbas ra, bahkan menyatakan bahwa Abbas itu tidak ada dan hanya rekayasa sejarah orang-orang Abbasiyyah. Kenapa? Sebab dalam fiqh (termasuk fiqh syi’ah) anak paman terhalang oleh paman dalam hak waris.

    2. Terhadap para isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam: Istri nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam mereka bagi dalam 2 kubu (padahal kenyataannya tidak demikian), yaitu kubu A’isyah, Hafshah, dll (yang menolak Ali ra) dengan kubu Ummu Salamah (pendukung Ali ra). Pokoknya semua hal agama diterima dan ditolak bukan berdasarkan dalil yang shahih melainkan berdasar perasaan mereka pada Ali ra. Kisah perang Jamal secara panjang lebar disebutkan dalam Sirah Ibnu Hisyam dan Thabaqat Ibnu Ishaq.

    3. Terhadap anak-anak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam: Mereka memuji-muji Fathimah ra saja, tetapi pada putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam yang lain, Ruqayyah ra dan Ummu Kultsum ra, dianggap bukan putri Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam, hanya karena mereka dinikahkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam dengan Utsman ra, sementara mereka membenci Utsman ra.

    4. Terhadap para menantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam: Mereka mencintai Ali ra, tapi membenci Utsman ra (padahal Utsman ra termasuk 10 orang sahabat yang dijamin masuk syurga). Begitu bencinya mereka pada Utsman ra, sehingga istri Utsman ra (Ruqayyah ra dan Ummu Kultsum ra) dianggap mereka bukan anak Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam.

    5. Terhadap para cucu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi was Sallam: Yang dianggap cucu Nabi Shallallahu ‘Alaihi was Sallam oleh mereka hanyalah Hasan ra dan Husain ra, sedangkan Ummu Kultsum ra, putri Ali ra yang dinikahkan dengan Umar ra dianggap jin perempuan (padahal Imam Jalaluddin as Suyuthi dalam tarikhnya meriwayatkan kisah keutamaan Ummu Kultsum dengan suaminya, dalam hadits yang panjang). Demikian pula

    ReplyDelete
  33. Imam Ali as, "Seseorang cenderung memusuhi yang tidak diketahuinya."

    ReplyDelete
  34. Buku fitnahan hasil olahan pembenci syi'ah dibaca. Tentu penuh kebohongan.

    ReplyDelete
  35. Jika ingin tahu lebih banyak tentang anti syi'ah http://www.hakekat.com jika ingin tahu yang membuktikan kebohongan hakekat.com baca http://satriasyiah.wordpress.com

    ReplyDelete
  36. mengapa kita adu argumentasi dengan modal ilmu hanya setetes dari lautan ? mari kita belajar bersama-sama dengan membuka hati dan pikiran..dan terangkan hati dan pikiran dengan perbanyak amal dan ibadah..semoga kita mendapat ridho Allah.. ridho Allah juga akan membuat kita saling menghargai..bukan hanya sesama muslim..tapi juga sesama manusia, sesama mahluk Allah lainnya..tumbuhan, hewan, dll. semoga Allah melahirkan kita semua di masa 1400an tahun yang lalu.

    ReplyDelete
  37. Setuju sekali, menurut saya Islam yg paling benar itu adalah yang mampu meng amalkan sebagai pemberi rahmad kepada seluruh alam. Sekarang ini tidak satupun negara yg mayoritas penduduk Islam yang mampu melindungi dirinya dari serangan barat. Kenapa karena senjata yang mereka miliki juga di beli dari barat. Karena Islam sibuk perang mulut masalah tehnis tapi melupakan prinsip (hakekat) untuk apa kita memeluk agama Islam. Terus terang saya sangat salut kepada Negara Iran walaupun 32 tahun di embargo, di kucilkan oleh barat bahkan termasuk sebagian negara yg mayoritas Islam tetap tegar bahkan makin perkasa. Iran mampu memberikan bantuan langsung terhadap Palestina, dengan menggaji beberapa departemen pemerintahan palestina, dan menyantuni tiap bulan kaum fakir Palestina. Terus bagaimana Negara Arab kaya raya yg mayoritas sunni, mereka bermesraan dengan Amerika. Saya sebagai kaum sunni juga merasa malu kenapa kita ini cuma bisa mencaci dan memaki atau melakulan kekarasan.

    ReplyDelete
  38. ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD .

    ReplyDelete
  39. ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD .

    ReplyDelete