Wednesday, September 14, 2005

Formalitas Fun Without Drugs

Rating:★★★★
Category:Other

Berada di dalam diskotek yang hingar-bingar tanpa pengaruh alkohol dan narkoba, apalagi ditambah perut keroncongan, yang didapat adalah mual dan kepala seperti diserang penyakit migran. Bau khamar bercampur pekatnya asap rokok, ditambah dentaman house music--yang memekakkan telinga, menggenjot adrenalin, dan memacu detak jantung--sudah cukup membuat ''orang waras'' berpikir untuk segera cabut.

Cara untuk bisa terpaku adalah seperti yang dilakukan Putri. Remaja Cililitan, Jakarta, yang mengaku sering pesta dugem alias dunia gemerlap di diskotek Ibukota, terus-terang merasa kagak ada nikmatnya tanpa nge-drugs. "Susah dugem tanpa alkohol atau narkoba."

Mawar, diva Akademi Fantasi Indosiar (AFI) 1, juga berpendapat, bisa saja ke diskotek tanpa narkoba. "Tapi toh di sini disediakan semua jenis alkohol, yang bisa dibeli siapa pun yang butuh," ujarnya.

Dengan begitu, ya teler juga. Tapi, bukan dengan serbuk heroin atau pil ekstasi yang tidak ada tempat untuk melegalkan perederannya jika dikonsumsi buat godek (triping). Mawar sendiri mengaku pernah ditawari narkoba ketika berada di diskotek.

Maka, memutus rantai narkoba bisa jadi salah satunya dengan menutup semua tempat hiburan malam, terutama diskotek. Ini bukan pendapat asal. Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Carlo Brix Tewu, mengatakan ada riset yang menyebutkan bahwa beat per minute (BPM) 180 dari house music, cukup signifikan merangsang kebutuhan orang untuk mengonsumsi obat setan.

Tetapi, kata Carlo, jika tindakan penutupan itu dilakukan dengan sembrono, yang terjadi adalah hilangnya lapangan kerja bagi ribuan karyawan diskotek. ''Tentu ini akan menjadi masalah baru untuk negara,'' katanya.

Dengan gencarnya razia dan test urine terhadap pengunjuk tempat hiburan malam, pun banyak orang ketir-ketir. "Gue jadi males aja. Lagi rame goyang, tiba-tiba musik mati dan lampu dinyalakan karena datang razia," kata Ardi, pengunjung Diskotek Millenium di Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat. Seorang karyawan Millenium, juga mengaku jumlah pengunjung menurun drastis setelah marak razia. "Biasanya sampai desak-desakan. Sekarang tidak seberapa," ujarnya sambil menunjuk deretan meja yang umumnya kosong.

Road show
Semua perdebatan ini muncul seiring program kegiatan Polda Metro Jaya, Fun Without Drugs (FWD) alias 'dugem tanpa narkoba', sejak Agustus lalu. Di dalamnya berangkulan antara polisi dan pengelola tempat hiburan. Artis pun ada di dalamnya. Maklum, di antara mereka banyak yang suka dugem dan ikut terjaring razia.

FWD membawa Kapolda Firman Gani dan rombongan melakukan road show dari satu diskotek ke diskotek lain di Jakarta. Mengawali FWD adalah dengan berkunjung ke di diskotek Millenium, Gajam Mada Plaza, Jakarta Pusat. Lalu, berlanjut antara lain ke Dragon Fly, Embassy, Blow Fish, Athena, Hailay, dan Crown.

Di diskotek Millenium, Kapolda hadir bersama putri dan menantunya. Mereka menikmati suasana diskotek didampingi antara lain mantan menteri pendidikan nasional (mendiknas), Wardiman Djojonegoro; Putri Indonesia 2005, Nadine Chandrawinata; Abang dan None Jakarta 2005, Andri dan Ayu; dan perwakilan Blora Center, Johan Silalahi. Ada juga rombongan Safari Remaja Berprestasi Anti Madat serta beberapa artis ibu kota.

Sayangnya, suasana diskotek saat itu, berubah menjadi rileks laksana kafe. Musik yang diputar pun hanya hip hop dengan sedikit modifikasi oleh disc jockey (DJ). BPM irama itu sekitar 100-120, jauh di bawah gemuruh house music.

Dengan berkemeja putih, Kapolda hanya setengah menggeleng-gelengkan kepala mengikuti irama musik ringan. "Ini mah seperti acara resepsi," ledek seorang pengunjung.

Suasana diskotek kembali kental begitu Kapolda dan rombongan meninggalkan tempat itu. Republika yang sengaja tinggal beberapa saat, merasakan perbedaan drastis tersebut.

Wajah diskotek yang sebenarnnya nampak. 'Teko-teko' alkohol tersaji hampir di setiap meja. Suara denting gelas beradu menandai orang-orang bersulang. Pengunjung mulai merapat, bergoyang, dan godek-godek, mengikuti irama diskotek yang sesungguhnya lewat iringan house music!

Siapa yang jamin, di tengah ratusan orang yang bergoyang itu tidak ada yang tripping. Toh sekuriti tidak menggeledah setiap pengunjung yang masuk ke dalam. Hanya selembar kertas imbauan untuk tidak memakai narkoba tertempel di loket tiket masuk diskotek.

Hal inilah yang membuat banyak kalangan meragukan program FWD. "Ini hanya formalitas. Tidak akan ada pengaruhnya," ujar Irwan yang mengaku tidak jauh dari kehidupan dugem. (Republika.co.id)



6 comments:

  1. Narkoba - narkotik dan obat terlarang
    Alkohol mah beda ..

    mungkin maksudnya masalah mabuknya ya bukan zatnya yang jadi masalah

    ReplyDelete
  2. Aku baru tau ada program kayak gini..
    Apa mungkin bisa mas ? selama musik2 yg diputar berjenis house mungkin msh ttp ada narkobanya!! Kalo aku gk ngaruh :) i hate to go there...!

    ReplyDelete
  3. kalo dibilang gak ada pengaruhnya aku gak setuju...mungkin hanya sedikit dan dan sifatnya hanya sementara...
    tapi paling tidak memberikan 'wake up call' untuk kita...
    kenapa nggak kita anggap jalan pembuka untuk kehidupan lebih baik? kenapa mesti bergantung pada orang lain? pada pemerintah? Mulai saja dengan hal-hal sederhana, dan gak usah jauh-jauh deh... mulai aja dengan meningkatkan kesadaran pribadi dan orang-orang terdekat..
    *sok tua gini?!?!? dezzziiigg...gubrakkk!*

    ReplyDelete
  4. Well, sulit ya ngga pake drugs pas di disko? hmm... IMHO, FWD ini kalau mendapat dukungan dari clubbers nya sendiri, saya rasa ini bermanfaat.. Saya juga menulis tentang FWD di blog saya.. :) comments are welcome...

    ReplyDelete
  5. Ya, setiap persoalan pasti ada simpulnya. Dan hanya dg mengurai simpulnya semua persoalan selesai, jika tidak, yg terjadi adalah munculnya persoalan2 baru.
    Soal hilangnya pekerjaan di diskotek, jadi ingat kisah khomer pas ayat pengharamannya turun, semua khomer dibuang ke comberan, padahal sebelumnya bisa bernilai uang emas. Prinsipnya mending ngga' punya duit emas daripada punya duit haram. Jadi, bagaimana prinsip ini juga berlaku di sini, mending nganggur daripada kerja di tempat haram (diskotek).

    ReplyDelete
  6. ya...solusi yg parsial.
    salam kenal, sori lgs nylonong

    ReplyDelete