Sunday, August 7, 2005

Cuplikan Diskusi Panel Pluralisme Agama, Liberalisme dan Sekularisme, 7 Agustus 2005




Ini adalah cuplikan singkat di acara Diskusi Panel Pluralisme Agama, Liberalisme dan Sekularisme yang diadakan di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jalan Kramat Raya 45,Jakpus. Klip ini ngga lengkap, hanya berdurasi 1 menit 49 detik. Maklum SD card saya cuma 128mb dan itu pun sudah ada foto-foto yang lain.



Diskusi ini diawali dengan Adian Husaini yang menjelaskan tentang apa itu liberal dan bagaimanakah pemikiran Islam Liberal (definisi lengkap menyusul). Lalu dilanjutkan dengan Anggota MUI, K.H.A. Khalil Ridwan yang berbicara tentang Ahmadiyah dan fatwa MUI. Beliau mengatakan bahwa fatwa MUI tidak terbikin hanya dalam beberapa minggu saja, melainkan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak fatwa MUI pertama tentang Ahmadiyah tahun 1980.

Beliau pun membawa copy dari fatwa MUI tersebut berjumlah 42 halaman yang didalamnya berisi kurang lebih 102 dalil berupa ayat-ayat al Quran maupun hadits. Beliau menjelaskan bahwa MUI ini isinya bukan kumpulan orang iseng tapi di isi oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing seperti pakar hadits, ahli tafsir, pakar syariah dsb. Beliau juga menjelaskan, Rabithah 'Alam Islamy (Ikatan Islam se-Dunia) pun memfatwakan bahwa Ahmadiyah itu diluar Islam, bahkan melarang mereka untuk berhaji ke Mekah & Madinah. Di Rabithah 'Alam Islamy ini pun isinya bukan kumpulan orang iseng. Mulai dari yang hafiz (hapal) Quran, ahli fiqih, sampai ahli hadits yang hafal ribuan hadits pun ada disini. Sekarang kita mendingan percaya dengan orang yang banyak ilmu Islamnya dan diakui dunia atau percaya yang ilmunya setengah-setengah ?

Pembicara dilanjutkan oleh Dr. Ugi Suharto, direktur Eksekutif Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) & Dosen Universitas Islam Internasional Malaysia. Beliau menjelaskan secara lengkap arti dari pluralisme, sekulerisme dan liberalisme dan juga menjelaskan bahwa mentafsirkan quran dengan menggunakan tehnik hermeneutika adalah salah dan tidak sesuai dengan ilmu tafsir yang sesuai dengan cara para ulama-ulama terdahulu. Beliau berhasil menjelaskan secara lugas dan sarat dengan ilmu. Insya Allah beliau akan hadir di diskusi & kajian dirumah saya awal September, insya Allah kalau beliau tidak berhalangan.

Pembicara di klip ini adalah K.H.A. Khalil Ridwan (Anggota MUI), yang menceritakan tentang pernyataan Johan Effendy (Presiden World Conference on Religion and Peace) yang menyatakan seandainya Ahmadiyah resmi dilarang, maka bisa dipastikan orang akan ramai-ramai meminta suaka di kedutaan asing atau keluar dari wilayah Indonesia. Lalu pernyataan ini ditanggapi oleh Menko Kesra, Alwi Shihab dengan tanggapan yang cukup membuat tawa para hadirin berderai.

18 comments:


  1. Akhi Indra, kok suara videonya nggak ada? :-)
    Bisa kasih summary tanggapannya pak Alwi yang membuat hadirin tertawa?
    Thanks for sharing this! Jazakallah khair.

    ReplyDelete
  2. Lho ? disaya ada kok, mau saya kirim lewat gmail ? btw kalau saya sharing disini, nanti jadi ngga seru lagi akh hehe

    ReplyDelete
  3. Saya udah coba download dan saya play di komputer suaranya ada. Mungkin di komputer mas Ridha speakernya bermasalah mungkin ?

    ReplyDelete
  4. Eh, bisa ding kedengaran karena pakai real player! Sebelumnya suaranya nggak keluar karena pakai windows media player ... :-)
    Thanks!

    ReplyDelete
  5. Berita lengkapnya ada dimana ya?
    Kok belum ada yg kirim ke Ari nih... :(

    ReplyDelete
  6. Silahkan kalau mau dateng :) nanti saya kabarin ya kalau ada lagi

    ReplyDelete
  7. Waspadai Wabah "Sipilis"

    Setelah dulu Muhammadiyah menyebut istilah TBC (tahayul, bid'ah dan khurafat), wabah baru yang layak diwaspadai adalah "sipilis". Tapi, sipilis yang ini tak sekedar penyakit fisik. Tapi penyakit fikiran

    Begitulah istilah yang diberikan cendekiawan Muslim, Adian Husaini, MA, ketika menjadi pembicara di diskusi panel bertema "Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme Pasca Fatwa MUI" di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jakarta kemarin (7/8). "Kalau dulu Muhammadiyah, misalnya, menentang TBC (takhayul, bid'ah, khurafat), maka kini ada bahaya "sipilis" itu," kata kandidat doktor ISTAC-IIUM Malaysia ini.

    Menurut Adian, kampanye "sipilis" sebenarnya sudah berlangsung lama. Gerakan ini dipelopori oleh Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Nurcholis Majid, Abdurrahman Wahid, dan Dawam Raharjo. "Gus Dur dan Dawam Raharjo saat ini berada di garda terdepan dalam membela ajaran sesat Ahmadiyah," ujar Adian.

    Bagaimana dengan anak-anak muda seperti Ulil Abshar Abdalla (koordinator Jaringan Islam Liberal) yang kini juga getol mengkampanyekan "sipilis"? "Mereka adalah pemain baru, " ujarnya.

    Meski masih pemain baru, masih kata Adian, mereka justru dikenal berani. "Orang seperti Nurcholis Majid masih dianggap terlalu 'islami' karena masih percaya Qur`an. Cak Nur dianggap masih ke-Qur`an-Qur`an-an. Sementara generasi baru ini lebih dari itu.

    Karenanya, Adian Husaini meminta umat Islam membedakan antara organisasi -organisasi yang dianggapnya sebagai pengasong ide-ide liberal dengan gagasan Islam Liberal itu sendiri.

    "Kelompok-kelompok yang mewacanakan ide-ide liberal Islam adalah pengasongnya. Karena itu kita hadapi dengan cara asongan pula," kata Adian. Yang lebih berat, ujar Adian, adalah pada level distributornya, yaitu perguruan-perguruan tinggi Islam atau umum yang menyebarkan ide ini.

    Karena itu, untuk kasus-kasus seperti itu harus dihadapi secara akademik pula. Namun, umat jangan melupakan ada agen atau perusahaan yang memasok ide-ide itu, yaitu Islamic-islamic Studies yang didirikan di Barat yang kini, sudah mendirikan cabangnya di Indonesia.

    Penjungkirbalikan

    Pembicara lain, Dr Ugi Suharto, mengingatkan adanya upaya menjungkirbalikkan berbagai istilah yang sudah baku dan disepakati para ilmuwan, dan itu merupakan bagian dari upaya kampanye sipilis. "Ini adalah metode baru kalangan liberal dalam mengkampanyekan sekularisme," ujar dosen di Universitas Islam Antar-Bangsa Kualumpur ini.

    Untuk melaksanakan proyek itu, kaum liberal memunculkan berbagai istilah yang didefinisikan seenak perutnya sendiri. "Misalnya pluralisme, yang didefinisikan sebagai semua agama adalah benar. Juga istilah sekularisme itu sendiri, Al-Qur`an edisi kritis, hermeneutik, dan semacamnya," ujar Ugi memberi contoh.

    Sekulerisme misalnya, tidak ada dalam literatur Islam. Karenanya, tidak tepat sekulerisme dibahasa-arabkan menjadi 'ilmaniyah' karena ilmaniyah berasal dari ilmu atau yakin. Sedang sekulerisme adalah istilah asing yang disuntikkan ke kaum Muslimin.

    Itulah sebabnya kalau kalangan liberal ini sering mengaku ilmiah, di mata Ugi justru sangat tidak ilmiah. "Kalau benar-benar ilmiah, mereka tentu akan konsisten dan tidak mengubah-ubah definisi istilah sekehendak mereka," kata Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) ini.

    Dalam acara itu tampil pula KH Kholil Ridwan, salah seorang Ketua MUI yang juga Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI). Kholil memaparkan tentang proses penggodokan fatwa di MUI sampai akhirnya bisa diumumkan kepada publik.

    Pembicara lainnya adalah Hussein Umar, Sekjen DDII. Menurut Hussein, pro-kontra tentang fatwa MUI memberikan hikmah tersendiri. "Ummat jadi terbangun akibat peristiwa ini. Dan kita harus optimis bahwa yang haq akan memperoleh kemenangan," katanya. (pam/cha/Hidayatullah.com)

    ReplyDelete
  8. mas Indra dapat info acara ini darimana? apa para hadirin di acr tsbt hanya undangan dari panitia saja atau untuk umum ? trims atas sharingnya.

    ReplyDelete
  9. Yang hadir di acara itu umum mba dan saya waktu itu dapat infonya dari temen :)

    ReplyDelete
  10. wah...wah....salut...salutt....keep up the brightness:-)

    ReplyDelete
  11. Mas Indra Tolong Informasi Tentang Perkembangan Dakwah Di Indonesia disampaikan terus ke Kita biar Nggak Ketinggalan Info. Jazakumullahu. Wass.

    ReplyDelete
  12. Silahkan di cek multiply saya ini, mudah-mudahan ada info berguna yang bisa didapat. Waiyyak ya akhi :)

    ReplyDelete
  13. wah kebetulan saya hadr tuh dalam diskusi ini, tapi telat karena dari Bandung sengaja ikut kajian ini....

    ReplyDelete
  14. Kang Muhammad, Qosim malah gak ikut, he eh :) Abis kejauhan sih. Pokonya saya download aja di sini. Thanks Mas Indra.

    ReplyDelete
  15. Kang Muhammad, Qosim malah gak ikut, he eh :) Abis kejauhan sih. Pokonya saya download aja di sini. Thanks Mas Indra.

    ReplyDelete
  16. ya iyaalah ustadz qosim....untung ada teknologi IT ya

    ReplyDelete