Wednesday, January 18, 2006

Nasyid Jeritan Hati Muslim Tionghoa

Rating:★★★★
Category:Other

Di sudut lain...jiwa sedikit terusik membuat diri menitikkan air mata
Handai taulan perlahan menjauh
Karib kerabat menjaga jarak, silaturahmi terputus 

ITULAH sebait lagu yang menceritakan penggalan kehidupan seorang mualaf yang disuarakan grup nasyid Khalifah. Dari tujuh personel Khalifah, lima orang merupakan Muslim keturunan Tionghoa yang mengalami pahit getirnya hidup sebagai mualaf.

"Menyuarakan nasib lewat nasyid, kenapa tidak? Itulah yang dilakukan Yayasan Haji Karim Oei (YHKO) Cabang Bandung melalui grup nasyid Khalifah," kata juru bicara Khalifah, Sendi Yuli (Sie Sian Ni).

Grup nasyid yang baru terbentuk tiga bulan lalu itu, ternyata sudah mengeluarkan album bertajuk "Suara Hati Muallaf". "Kalau contoh album dalam bentuk kaset dan VCD sudah jadi, tinggal diperbanyak. Untuk tahap pertama baru 500 buah, masing-masing untuk VCD dan kaset," kata Sendi, yang juga sekretaris YHKO Bandung.

Selain lagu "Suara Hati Muallaf" sebagai jagoannya, lagu-lagu lainnya juga manis untuk didengar seperti "17 Ramadan", "Ar-Rahman", "Ar-Rahim", "1 Syawal", "Penerangan Murni", dan "Renungan untuk Dunia Fana". Iringan musik khas Mandarin seperti er hu (rebab) dan di zi (suling) menyentak pendengaran kita, karena terdengar berbeda dengan grup-grup nasyid yang telah ada.


SENDY memperlihatkan VCD album grup nasyid Khalifah yang lima dari tujuh anggotanya Muslim keturunan Tionghoa.*SARNAPI/"PR"

Lagu-lagunya dibalut syair berisi nasihat selain ungkapan nasib seorang muallaf. Album Khalifah sengaja memakai teks bahasa Indonesia dan bukan bahasa Mandarin, agar bisa dimengerti oleh masyarakat umum, maupun warga keturunan Tionghoa pada khususnya.

Ihwal terbentuknya grup Khalifah, menurut Sendi, karena didorong keinginan kuat untuk berdakwah melalui musik, sebagai "bahasa" universal. "Dari pembicaraan selintas, akhirnya terbentuk grup dengan personel tujuh orang, lima di antaranya Muslim keturunan Tionghoa yaitu saya, Tendi, Chunchun, Ku Wie Han, dan Fifi. Sedangkan Mila adalah aktivis di YHKO Bandung dan Carli merupakan teman Mila," jelasnya.

Mengenai nama Khalifah yang dipilih sebagai identitas grup, menurut Sendi, kata khalifah juga dikenal dalam bahasa Mandarin yakni ha li fa. "Maknanya tetap sama yakni kita merupakan khalifah," katanya, seraya menunjukkan kata ha li fa dalam kamus bahasa Mandarin.

Sebanyak 10 lagu dalam album tersebut merupakan buah karya Tendi, yang sekaligus berperan sebagai vokalis dan pemain perkusi. "Sedangkan pemain musik lainnya, dari non-Muslim yang dipimpin Andri Suryana. Kami nilai album ini merupakan harmoni yang baik antara Muslim dan non- Muslim untuk saling mengisi," ujarnya.

Tampak Luar Masjid Lautze2, BandungMenyinggung pendanaan pembuatan album, Sendi mengatakan, masih meminjam dari kas YHKO Bandung, yang jumlahnya lebih dari Rp 20 juta. "Bukan hanya untuk kebutuhan pembuatan album mulai dari musik, mixing, sampai penggandaan, namun dana pinjaman juga untuk mengurus hak paten atas 10 lagu kami ke Departemen Kehakiman dan HAM," katanya.

Nantinya, kewajiban Khalifah untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut, bahkan kalau bisa mendapatkan tambahan penghasilan. "Kami sudah dua kali tampil di Pusdai Jabar dan PT Telkom, tak lama lagi di MQ Cafe. Hasil dari tampil secara langsung dan penjualan album, untuk mengembalikan dana pinjaman milik YHKO Bandung," katanya.

Tampak Dalam Masjid Lautze 2, BandungApabila ada kelebihan dari penjualan kaset maupun VCD, Sendi mengatakan, rencananya untuk mendanai pendirian rumah singgah muallaf. "Perlu diketahui, kondisi muallaf lebih banyak yang memprihatinkan karena terusir dari keluarganya atau diputuskan tali silaturahmi. Dengan adanya rumah singgah muallaf, diharapkan menjadi tempat berteduh sementara bagi muallaf sebelum memiliki penghidupan yang mapan," ujarnya.

Selain dari penjualan album, Sendi juga mengingatkan kepada pengelola zakat untuk menyalurkan bagian asnaf muallaf, yang sampai saat ini tidak dialokasikan sama sekali. "Penerima zakat ada delapan golongan atau asnaf yang salah satunya adalah muallaf. Sampai sekarang, bagian muallaf tidak pernah disalurkan baik kepada muallaf maupun lembaga muallaf seperti YHKO," katanya.(Sar/"Pikiran Rakyat Online")

Subhanallah, semoga cici Sendi dan temen-temennya tetap istiqomah !


14 comments:

  1. kagum euy... gak nyangka semangatnya luar biasa... moga teman2 yg pribumi/islam karena keturunan lebih memperhatikan saudara2 kita para muallaf ini...
    Memang benar... sejumlah zakat untuk mereka terkadang tidak disalurkan dengan baik... malah dinomer bontotkan... sedih rasanya...
    moga tetap berjuang di jalan Nya...

    ReplyDelete
  2. btw... kalo punya mp3... bagi dunks ndra... kali2 bisa dpuer radio online di jerman sini :)

    ReplyDelete
  3. Hhmm boleh juga tuh. Nanti yah dicari dulu kalo ada pak...penasaran juga saya

    ReplyDelete
  4. smoga laris manis di pasaran.. sodara seiman yg kerap trlupa..
    hidayah dan cinta-Nya kan slalu menaungi mreka.. amien ya Rabb..

    ReplyDelete
  5. aaiiih...jadi kangen Chin chin di YHKO Bandung...dulu kita ikutan kuis apa tuh namanya yang Helmi Yahya sama Alya Rohali, wakilin Yayasan Haji Karim Oei, menang lho YEL YEL terbaik hahahaha...saya dulu Yayasan HKO yang di PasBar, Jakarta...kalo ada CDnya ikutan denger dooong...^___^...

    ReplyDelete
  6. lagi nimbrung....jeritan hati saya sebagai muslim Tionghoa di Indonesia niiih : BANYAK YANG NGIRA SAYA NYAMAR DOANG BIAR SELAMAT DARI KERUSUHAN...padahal...tidak sodara-sodara....!!!!

    ReplyDelete
  7. masya Allah.. suka bnyk yg su'uzhan gitu ya mbak/mas?
    duh.. hati manusia kan hanya Allah SWT saja yg berhak menilai..
    bikin postingannya dunks bro, ato jadiin buku true story gt, kyknya bakalan sangat brguna deh.
    af1

    ReplyDelete
  8. saya perempuan lhooo...^___^...
    tapi banyak yang baik hati kok Mas, contohnya...orang2 yang tidak mau 'menuduh', tapi sansi kalau ada muslim tionghoa, paling banter nanya apakah saya orang Padang/Palembang. Ujung2nya setelah tahu saya WNI keturunan Tionghoa yet beragama Islam, jadi malah di-doa-in...Alhamdulillah kan...? :)

    ReplyDelete
  9. hihi.. maaf mbak/teteh/uni :D
    saya malah lebih respek ma sodara2 muslim yg muallaf bener2, karena pengorbanan dan pencarian Islam-nya lebih dalemm.. :))
    btw, lam kenal dr Bdg mbak..
    eh.. jadi gak enak ke mas Indra hehe.. komen ane kebanyakan dimari :D

    ReplyDelete
  10. Eh gak papa lho silahken :D. Oh ya mba Endang ini juga muallaf keturunan juga lho. Bener kan mba ? huhu jadi takut salah

    ReplyDelete
  11. kayanya udah ngga pantes dibilang muallaf deh hehehe....udah kelamaan hihihi...

    ReplyDelete
  12. gapapah lucu aja liat artikelnya hehehe

    ReplyDelete