Wednesday, May 23, 2007

Kejahatan Snouck Hurgronje terhadap Islam dan Aceh

Rating:★★★★★
Category:Other
Assalamu'alaikum,

Berikut ada tulisan yang mungkin menarik yang saya sadur dari bukunya Ust. Daud Rasyid. Saya hanya menambahkan foto-foto yang berkaitan yang saya scan dari bukunya Van Koningsveld. Mudah-mudahan berguna.


Kejahatan Snouck Hurgronje terhadap Islam dan Aceh


Snouck Hurgronje , ia lahir di Osterhoot, Belanda pada 8 Pebruari 1857 dan meninggal di Leiden pada 26 Juni 1936. Menyelesaikan pendidikan tinggi dalam bidang bahasa-bahasa Semith pada tahun 1880 dengan desertasi yang berjudul 'Perayaan Makkah'. Ia berasal dari keluarga Pendeta Protestan Tradisonal, mirip Orthodox, namun lingkungan belajarnya sampai tingkat tertentu adalah liberal. Snouck berpendapat bahwa al-Qur'an bukanlah wahyu dari Allah, melainkan adalah karya Muhammad yang mengandung ajaran agama.

Seorang peneliti Belanda kontemporer Koningsveld, menjelaskan bahwa realitas budaya di negerinya membawa pengaruh besar terhadap kejiwaan dan sikap Snouck selanjutnya. Pada saat itu, para ahli perbandingan agama dan ahli perbandingan sejarah sangat dipengaruhi oleh teori "Evolusi" Darwin. Hal ini membawa konsekuensi khusus dalam teori peradaban di kalangan cendikiawan Barat, bahwa peradaban Eropa dan Kristen adalah puncak peradaban dunia. Sementara, Islam yang datang belakangan, menurut mereka, adalah upaya untuk memutus perkembangan peradaban ini. Bagi kalangan Nasrani, kenyataan ini dianggap hukuman atas dosa-dosa mereka.

Ringkasnya, agama dan peradaban Eropa adalah lebih tinggi dan lebih baik dibanding agama dan peradaban Timur. Teori peradaban ini berpengaruh besar terhadap sikap dan pemikiran Snouck selanjutnya.

Pada tahun 1876, saat menjadi mahasiswa di Leiden, Snouck pernah berkata: "Adalah kewajiban kita untuk membantu penduduk negeri jajahan -maksudnya warga muslim Indonesia- agar terbebas dari Islam". Sejak itu, sikap dan pandangan Snouck terhadap Islam tidak pernah berubah.

Snouck pernah mengajar di Institut Leiden dan Delf, yaitu lembaga yang memberikan pelatihan bagi warga Belanda sebelum ditugaskan di Indonesia. Saat itu, Snouck belum pernah datang ke Indonesia, namun ia mulai aktif dalam masalah-masalah penjajahan Belanda. Pada saat yang sama perang Aceh mulai bergolak.

Saat tinggal di Jedah, ia berkenalan dengan dua orang Indonesia yaitu Raden Abu Bakar Jayadiningrat dan Haji Hasan Musthafa. Dari keduanya Snouck belajar bahasa Melayu dan mulai bergaul dengan para haji jemaah Dari Indonesia untuk mendapatkan informasi yang ia butuhkan.

Pada saat itu pula, ia menyatakan ke-Islam-annya dan mengucapkan Syahadat di depan khalayak dengan memakai nama "Abdul Ghaffar." Seorang Indonesia berkirim surat kepada Snouck yang isinya menyebutkan "Karena Anda telah menyatakan masuk Islam di hadapan orang banyak, dan ulama- ulama Mekah telah mengakui keIslaman Anda". "Seluruh aktivitas Snouck selama di Saudi tercatat dalam dokumen-dokumen di Universitas Leiden, Belanda.

Snouck menetap di Mekah selama enam bulan dan disambut hangat oleh seorang 'Ulama besar Mekah, yaitu Waliyul Hijaz. Ia lalu kembali ke negaranya pada tahun 1885. Selama di Saudi Snouck memperoleh data-data penting dan strategis bagi kepentingan pemerintah penjajah. Informasi itu ia dapatkan dengan mudah karena tokoh-tokoh Indonesia yang ada di sana sudah menganggapnya sebagai saudara seagama. Kesempatan ini digunakan oleh Snouck untuk memperkuat hubungan dengan tokoh-tokoh yang berasal dari Aceh yang menetap di negeri Hijaz saat itu.

Snouck kemudian menawarkan diri pada pemerintah penjajah Belanda untuk ditugaskan di Aceh. Saat itu perang Aceh dan Belanda mulai berkecamuk. Snouck masih terus melakukan surat menyurat dengan 'Ulama asal Aceh di Mekah.

Snouck tiba di Jakarta pada tahun 1889. Jendral Benaker Hourdec menyiapkan asisten-asisten untuk menjadi pembantunya. Seorang di antaranya adalah warga keturunan Arab, yaitu Sayyid Utsman Yahya Ibn Aqil al Alawi (klik untuk lihat foto). Ia adalah penasehat pemerintah Belanda dalam urusan Islam dan kaum Muslim.

Selain itu, ia juga dibantu sahabat lamanya ketika di Makkah, Haji Hasan Musthafa (klik untuk lihat foto) yang diberi posisi sebagai penasehat untuk wilayah Jawa Barat. Snouck sendiri memegang jabatan sebagai penasehat resmi pemerintah penjajah Belanda dalam bidang bahasa Timur dan Fiqh Islam. Jabatan ini masih dipegangnya hingga setelah kembali ke Belanda pada tahun 1906.

Pembersihan Aceh

Misi utama Snouck adalah "membersihkan" Aceh. Setelah melakukan studi mendalam tentang semua yang terkait dengan masyarakat ini, Snouck menulis laporan panjang yang berjudul kejahatan-kejahatan Aceh. Laporan ini kemudian jadi acuan dan dasar kebijakan politik dan militer Belanda dalam menghadapai masalah Aceh.

Pada bagian pertama, Snouck menjelaskan tentang kultur masyarakat Aceh, peran Islam, 'Ulama, dan peran tokoh pimpinannya. Ia menegaskan pada bagian ini, bahwa yang berada di belakang perang dahsyat Aceh dengan Belanda adalah para 'Ulama. Sedangkan tokoh-tokoh formalnya bisa diajak damai dan dijadikan sekutu, karena mereka hanya memikirkan bisnisnya.

Snouck menegaskan bahwa Islam harus dianggap sebagai faktor negatif, karena dialah yang menimbulkan semangat fanatisme agama di kalangan muslimin. Pada saat yang sarna, Islam membangkitkan rasa kebencian dan permusuhan rakyat Aceh terhadap Belanda. Jika dimungkinkan "pembersihan" 'Ulama dari tengah masyarakat, maka Islam takkan lagi punya kekuatan di Aceh. Setelah itu, para tokoh-tokoh adat bisa menguasai dengan mudah.

Bagian kedua laporan ini adalah usulan strategis soal militer. Snouck mengusulkan dilakukannya operasi militer di desa-desa di Aceh untuk melumpuhkan perlawanan rakyat yang menjadi sumber kekuatan 'Ulama. Bila ini berhasil, terbuka peluang untuk membangun kerjasama dengan pemimpin lokal. Perlu disebut di sini, bahwa Snouck didukung oleh jaringan intelijen mata-mata dari kalangan pribumi.

Cara yang ditempuh sama dengan yang dilakukannya di Saudi dulu, yaitu membangun hubungan dan melakukan kontak dengan warga setempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Orang-orang yang membantunya berasumsi bahwa Snouck adalah seorang saudara semuslim. Dalam suatu korespondensinya dengan 'Ulama Jawa, Snouck menerima surat yang bertuliskan "Wahai Fadhilah Syekh AIlamah Maulana Abdul Ghaffar, sang mufti negeri Jawa. "

Lebih aneh lagi, Snouck menikah dengan putri seorang kepala daerah Ciamis, Jawa Barat pada tahun 1890. dari pernikahan ini ia peroleh empat anak: Salamah, 'Umar, Aminah dan Ibrahim (klik untuk lihat foto). Akhir abad 19 ia menikah lagi dengan Siti Sadijah (klik untuk lihat foto), putri khalifah Apo, seorang 'Ulama besar di Bandung. Anak dari pernikahan ini bernama Raden Yusuf.

Snouck juga melakukan surat menyurat dengan gurunya Theodor Noldekhe, seorang orientalis Jerman terkenal. Dalam suratnya, Snouck menegaskan bahwa keIslaman dan semua tindakannya adalah permainan untuk menipu orang Indonesia demi mendapatkan informasi.

Ia menulis "Saya masuk Islam hanya pura-pura. Inilah satu-satulnya jalan agar saya bisa diterima masyarakat Indonesia yang fanatik. "

Temuan lain Koningsveld dalam surat Snouck mengungkap bahwa ia meragukan adanya Tuhan. Ini terungkap dari surat yang ia tulis pada pendeta Protestan terkenal Herman Parfink yang berisi, 'Anda termasuk orang yang percaya pada Tuhan. Saya sendiri ragu pada segala sesuatu. "

Komentar Dr. Van Koningsveld

Dr. Veld berkomentar tentang aktivitas Snouck: "Ia berlindung di balik nama "penelitian Ilmiah" dalam melakukan aktifitas spionase, demi kepentingan penjajah". Veld yang merupakan peneliti Belanda yang secara khusus mengkaji biografi Snouck menegaskan, bahwa dalam studinya terhadap masyarakat Aceh, Snouck menulis laporan ganda. Ia menuliskan dua buku tentang Aceh dengan satu judul, namun dengan isi yang bertolak belakang. Dari laporan ini, Snouck hidup di tengah masyarakat Aceh selama tiga puluh tiga bulan dan ia pura-pura masuk Islam.

Dalam rentang waktu itu, ia menyaksikan budaya dan watak masyarakat Aceh sekaligus memantau perisriwa yang terjadi. Semua aktivitasnya tak lebih dari pekerjaan spionase dengan mengamati dan mencatat. Sebagai hasilnya ia menulis dua buku. Pertama berjudul "Aceh," memuat laporan ilmiah tentang karakteristik masyarakat Aceh dan buku ini diterbitkan. Tapi pada saat yang sama, ia juga menulis laporan untuk pemerintah Belanda berjudul "Kejahatan Aceh." Buku ini memuat alasan-alasan memerangi rakyat Aceh.

Dua buku ini bertolak belakang dari sisi materi dan prinsipnya. Buku ini menggambarkan sikap Snouck yang sebenarnya. Di dalamnya Snouck mencela dan merendahkan masyarakat dan agama rakyat Aceh. Laporan ini bisa disebut hanya berisi cacian dan celaan sebagai provokasi penjajah untuk memerangi rakyat Aceh.


Disadur dari :

- Tulisan : Dr. Daud Rasyid, MA, Fenomena Sunnah di Indonesia, Potret Pergulatan Melawan Konspirasi Hal. 196-199 (Usamah Press, Jakarta Cet I Agustus 2003)

- Foto-foto : P.SJ. Van Koningsveld, Snouck Hurgronje en Islam; Acht artkelen over leven en werk van een orientalist uit het koloniale tijdperk (Terj. Snouck Hurgronje dan Islam, PT. Girimukti Pasaka Cet. I : 1989)

24 comments:

  1. Nyebelin yah. Kok ada gitu orang yang begitu hipokrit, tahan hidup bertahun-tahun dalam kepalsuan...
    OOT, anak-anaknya sendiri gimana tuh? Ada info gak? Apakah seperti Bapaknya, atau tetap dalam Islam? Just curious...


    ReplyDelete
  2. Kalau ttg anak-anaknya belum ada info mba....mungkin yang lebih tahu ttg hal ini ya bang Ridwan Saidi, yang pernah meneliti langsung ke Belanda sampai ke makam Snouck....

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ! mudah-mudahan pahalanya mengalir terus :D

    ReplyDelete
  4. Ndra, boleh saya posting di milis sini?

    ReplyDelete
  5. Makanya sisa-sisa kekacauan di aceh masih terasa sampai sekarang...

    ReplyDelete
  6. Udah baca, thanks for the info juga ya

    ReplyDelete
  7. makasih banyak akh... jadi tambah ilmu neh

    ReplyDelete
  8. di Leiden (di lingkungan kampusnya) ada apartment dgn nama Snouck Hurgronje, entahlah siapa yg tinggal di situ...

    ReplyDelete
  9. yang paling terasa adalah yudi sebgai anak aceh asli..
    :( GRrrrrrrrrr

    ReplyDelete
  10. dan kejadian itu memang benar adanya..
    klo tidak salah yudi ada di aceh barat..tepatnya didaerah lamno kawasan mata biru..
    yang kini habis dan luluh lantak dnegan tsunami

    ReplyDelete
  11. Sepertinya sih hanya nama "penghormatan" aja kali ya ? pernah kesana mba ?

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah.....doain ana yang baik-baik ya :D

    ReplyDelete
  13. Terima kasih banyak, bermanfaat sekali. Salam buat istri yeah mas.

    ReplyDelete
  14. sipss!!! ,, salam ukuwah dari bayuloka80

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah dapat ilmu disini,terimakasih mas indra.

    ReplyDelete
  16. saudara & saudari semuanya sory aja y klo ada yg dendam sama snouck.
    saya sebagai keturunan asli keempat dari snouck hurgeronje meminta maaf bagi keturunan yang pernah dijajah.
    btw, salah sendiri kenapa orang kita gampang tertipu...... :)
    - Ryand -

    ReplyDelete
  17. Mas Indra, saya juga numpang sharing untuk mengingatkan kepada generasi muda, jangan mudah tertipu dengan mulut manis dan janji manis...

    ReplyDelete