Monday, April 23, 2007

Diskusi INSISTS: Akal dan Posisinya Dalam Islam: Kritik Terhadap Rasionalisme Mu'tazilah versi Harun Nasution

Start:     Apr 28, '07
Diskusi INSISTS:  Akal dan Posisinya Dalam Islam: Kritik Terhadap Rasionalisme Mu'tazilah versi Prof. Dr. Harun Nasution

Kedudukan akal dalam Islam sangat terhormat, bahkan melebihi agama-agama lain dalam memberi penghargaan kepadanya. Sebagai risalah Ilahiyyah terakhir, Islam mempersyaratkan kewajiban menjalankan agama bagi orang yang berakal. Artinya, orang yang hilang akalnya tidak diwajibkan mengerjakan perintah atau menjauhi larangan-Nya.Dalam al-Qur'an, kata-kata yang berakar pada 'aql bertaburan di berbagai surat. Kata-kata: afala ta'qilun (Maka tidakkah kamu menggunakan akalmu?; Tidakkah kamu berfikir?) terulang dalam al-Al-Qur'an tidak kurang dari 13 kali.

Kata la'allakum ta'qilun (agar kamu mengerti/memahami) terulang sekitar 8 kali; li qaumin ya'qilun (untuk kaum yang menggunakan akalnya/memikirkan) sekitar 8 kali; belum lagi kata-kata na'qilu, ya'qiluna biha, ya'qiluha, takunu ta'qilun, dsb. Penghargaan terhadap akal yang sedemikian agung dalam Islam, bukan berarti akal dibiarkan bebas berkelana liar tanpa batas dan arahan, terutama saat berhadapan dengan ketentuan wahyu.

Dalam aliran teologi Islam, dikenal madzhab Mu'tazilah yang kerap kehilangan kendali dalam pengagungannya terhadap kedudukan akal. Bahkan seringkali wahyu pun harus "tunduk" mengikuti kehendak akal manusia, seperti terlihat jelas dalam konsep baik dan buruk menurut Mu'tazilah yang didasarkan pada akal (al-husnu wal qubhu 'aqliyani), ketidakberdayaan Tuhan melakukan hal-hal yang "buruk", hingga urusan surga dan neraka yang seharusnya menjadi hak mutlak Tuhan pun di atur oleh akal, seperti yang tersusun dalam konsep al-ihbath wat takfir.

Penghargaan berlebihan terhadap akal juga terkesan mendominasi prinsip-prinsip keimanan Mu'tazilah yang lima (al-ushul al-khamsah), seperti prinsip tauhid, adil, janji dan ancaman, kedudukan di antara dua kedudukan dan amar ma'ruf nahi munkar.Anehnya, paham Mu'tazilah justru dijunjung tinggi oleh Prof. Harun Nasution. Ini terlihat jelas saat beliau membandingkan antara paham Asy'ariyyah dan Mu'tazilah:"Kalau kaum Mu'tazilah banyak percaya pada kekuatan akal manusia, kaum Asy'ariyyah banyak bergantung pada wahyu. Sikap yang dipakai kaum Mu'tazilah ialah mempergunakan akal dan kemudian memberi interpretasi pada teks atau nas wahyu sesuai dengan pendapat akal.

Kaum Asy'ariyyah, sebaliknya, pergi terlebih dahulu kepada teks wahyu dan kemudian membawa argumen-argumen rasionil untuk teks wahyu itu. Kalau kaum Mu'tazilah banyak memakai ta'wil atau interpretasi dalam memahami teks wahyu, kaum Asy'ariyyah banyak berpegang pada arti lafzi atau letterlek dari teks wahyu. Dengan lain kata kalau kaum Mu'tazilah membaca yang tersirat dalam teks, kaum Asy'ariyyah membaca yang tersurat".Demikianlah pemaparan Prof. Harun yang memuja paham Mu'tazilah dengan merendahkan madzhab Asy'ariyyah dalam bukunya "Islam ditinjau dari berbagai aspeknya" (hal. 42) yang dijadikan diktat wajib di perguruan tinggi Islam hingga kini.

Sehingga aliran Asy'ariyyah –yang dikesankan sebagai madzhab yang tidak rasionil--, beliau klaim tidak sesuai dengan kaum terpelajar Islam yang mendapat pendidikan Barat.Sudah proporsionalkah pemujaan Prof. Harun Nasution terhadap rasionalitas Mu'tazilah? Apa komentar Prof Rasjidi terhadap pemikian Harun ini? Bagaimanakah sebenarnya pendapat Mu'tazilah dan Asy'ariyyah tentang kedudukan akal dan wahyu? Apakah definisi akal sebenarnya? Dimanakah batasan-batasannya?

Kajian lebih lanjut dapat anda simak pada Diskusi Sabtuan di kantor INSISTS. Makalah dan tempat duduk terbatas untuk 40 orang.

Pembicara: Henri Shalahuddin, MA*
Waktu      : 10.00 – 12.00
Tempat    :  Kantor INSISTS
                  Jl. Kalibata utara II/84 Jakarta,
                  021-7940381


HENRI SHALAHUDDIN, S.Ag, MIRKH
Bojonegoro, 5 September 1975


Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. 1989 - 1995.

Institute for Islamic Studies Darussalam (ISID), Gontor, Majoring in Usul al-Din and Comparative Religion. 1995-1999 (Bachelor)

Master of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, majoring in Usul al-Din and Comparative Religion, International Islamic University Malaysia (IIUM). June 2001-August 2004

Teacher at Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. April 1995 - November 2000.

Lecturer in Institute of Islamic Studies Darussalam (ISID) Gontor Indonesia (i.e. Islamic Theology, Comparative Religion). November 1999 - November 2000

Arabic teacher at al-Rashid (Senior High School), Bojonegoro East Java Indonesia for five months (December 2000-June 2002).

Arabic Teacher (Volunteer) at al-Amin (Primary School) Gombak Selangor, for three months, January - April 2002

A research assistant for Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed, (lecturer at International Islamic University Malaysia, IIUM), from September - December 2003

Editor in Kachi Trading. Sdn. Bhd for publishing and printing IIUM for four months. March - July 2003.

Moderator for Indonesian Inter-parties Dialogue, between politicians, workers and students, Indonesia Embassy (KBRI) Kuala Lumpur, November 2003

Chief of KPPS-LN (The Coordinator Group for Indonesia General Election), Kuala Lumpur. April-September, 2004.

Mission of Indonesian Hajj, Desember 2004 - February 2005.

Secretary for Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization. 2005 - present

Free lance translator at Gema Insani Press (GIP) for publishing and printing. 2005 - present
______________________________

•    “Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama’ah min al-Usul al-Khamsah li l-Mu’tazilah” (Ahlussunah’s Attitude toward Five Principles of Mu’tazilah). A research to fulfill the requirement of first degree (Sarjana S1), october 5, 1999, ISID Gontor Indonesia, 120 pages. Its abstract was published by ‘Kalimah’ (Journal for Religion Studies and Islamic Thought), vol. 1, no. 1, September 2002, Faculty of Usul al-Din ISID Gontor. 2 pages

•    Interview on “Pluralisme Agama dan Civil Religion”, with Dr. Anis Malik Thaha (lecturer in IIUM, Department of Comparative Religion). This interview was published by ‘Kalimah’ (vol.2 May 2003, 7 pages) and ‘Republika’ (National Dayli Newspaper) on Friday, April 4, 2003.

•    “Dawr al-Ghazali fi Tatwir Manhaj ‘Ilmi l-Kalam min khilali Kitabihi al-Iqtisad fi l-I’tiqad” (=al-Ghazali’s Role in Developing of Islamic Theology based on his Book al-Iqtisad fi l-I’tiqad). Master thesis, IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 pages, November 2003. Its Abstract was published by TAJDID, IIUM journal, 8th year, February 2004, issue no. 15, as the best master thesis in Faculty of Usul al-Din.

•    Konsep Ahl al-Kitab dalam Tradisi Islam, Islamia Magazine, year 1, no. 4, January – March 2005, pp.71 – 80. Translated article: “The concept of The People of the Book (Ahl al-Kitab) in Islamic Religious Tradition”, written by Dr. M. Azizan Sabjan & Dr. Noor Shakirah Mat Akhir, School of Humanities Universiti Sains Malaysia, Penang.

•    Islam Demokratis-Sipil: Partner, Sumber Daya dan Strategi, al-Insan, Journal for Islamic studies, no. 3, vol. 2, 2006. pp. 114-119. translated article: “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies (Review)”, written by Kareem M. Kamel

•    Memaknai Liberalisme, kolom opini Republika, 5 April 2007
•    Poligami dan Gerakan Feminisme Global, Hidayatullah.com 4 Januari 2007.
•    Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern, makalah disampaikan pada diskusi sabtuan INSISTS, 17 Februari 2007.
•    Kebebasan dan Kebenaran, Catatan untuk Azyumardi Azra, Kolom Opini Republika, 11 September 2006.
•    Fanatisme Presiden Bush, kolom opini Republika, 20 Nov 2006.

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum wr.wb.
    kapan diskusi INSIST bisa diselenggarakan di Surabaya, saya (insya Allah) siap memfasilitasi di kampus ekonomi-unair karena saya sendiri selaku staf pengajar tetap di Fakultas Ekonomi, UNAIR. Mohon informasinya. Syukron. Wassalam

    ReplyDelete