Friday, March 30, 2007

Shalahuddin dan Peringatan Maulid

Rating:★★★★★
Category:Other

Shalahuddin dan Peringatan Maulid
http://www.republika.co.id


Setiap Rabi'ul Awwal, umat Muslim sibuk menyiapkan varian agenda dalam rangka memperingati kelahiran Rasulullah SAW yang jatuh pada tangal 12 Rabi'ul Awal. Namun tak ada yang tahu, apa semangat digagasnya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama kali dilakukan Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Mesir.

Ia mengusulkan ide itu pada Sultan Mesir, Muzaffar ibn Baktati, yang terkenal arif dan bijaksana. Ia sangat menghormati sosok Shalahuddin, yang di kemudian hari membawa kemenangan bagi tentara Muslim dalam Perang Salib. Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah dari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M).

Gagasan Shalahuddin sederhana. Pada masa itu masjid Al Aqsha diambil alih dan diubah menjadi gereja. Kondisi tersebut diperparah oleh keadaan pasukan Islam yang mengalami penurunan ghirah perjuangan dan renggangnya ukhuwah Islamiyah.

Dari situlah Shalahuddin memiliki gagasan untuk menghidupkan kembali semangat juang dan persatuan umat dengan cara merefleksikan dan mempertebal kecintaan kepada Rasulullah. Selanjutnya digelarlah peringatan Maulid Nabi yang disambut luar biasa oleh seluruh kaum Muslimin kala itu. “Semangat Shalahuddin untuk memperingati Mauild Nabi dalam rangka mengajak ummat Islam untuk back to Quran dan Sunnah. Akhirnya peperangan dimenangkan oleh pasukan Islam. Peringatan Maulid ini banyak manfaatnya,” jelas ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Syukri Zakrasyi.

Apa yang digelorakan Shalahuddin membuahkan hasil di kemudian hari. Jerusalem berhasil direbut. Di bawah kepemimpinannya, Perang Salib diakhiri dengan sedikit jumlah korban. Tak seperti saat tentara Kristen menduduki Jerusalem dan membunuh semua Muslim yang tersisa, pasukan Shalahuddin mengawal umat Kristen dan memastikan jiwa mereka selamat saat keluar dari Jerusalem. Begitulah akhlak Islam seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tidak mentang-mentang menang dan berkuasa, maka bebas melakukan penindasan.

Muslim Indonesia pantas meniru sejarah Rasulullah dan sejarah lahirnya peringatan maulid Nabi. Sedikit banyak, situasi Muslim saat ini hampir sama dengan situasi umat Islam masa Shalahuddin Al-Ayubi. Selain terpuruk secara politik, ekonomi, sosial, budaya, dan akidah, juga tidak ada kebanggaan sebagai Muslim.

Berkaca lagi pada pribadi Nabi SAW, itulah semangat yang diusung Shalahuddin. Itu pula agaknya yang harus kita lakukan saat ini. ''Dalam kondisi bangsa yang penuh ujian seperti sekarang ini, sangat pantas jika kita melihat figur Rasulullah SAW terutama dalam membangun masyarakatnya yang berlandaskan nilai-nilai Ilahi. Beliau itu memiliki akhlak yang sangat terpuji: jujur, tanggungjawab dan kebersamaan,'' ujar Prof Dr KH Didin Hafidhuddin Msc, direktur Pasca Sarjana Univeristas Ibnu Khaldun Bogor.

________________________________

Beberapa hukum merayakan Maulid :

- Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi ? (
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)

- Hukum Memperingati acara Maulid Nabi (Di sarikan dari surat kabar " Al-Adhwa' ", dan diterjemahkan oleh : Abu Ja'far El-Thoyyar Fir'adi Nasruddin ,Lc)

- Maulid, Haul dan Tahlil : Bid'ah ? (www.syariahonline.com)

- Bidah Maulid Nabi (www.syariahonline.com)

- Apakah "BARJANJI" Itu? (www.syariahonline.com)

Semoga bermanfaat !



5 comments:

  1. subhanallah, itulah jiwa besar.

    ReplyDelete
  2. Hehe iya terima kasih...postingan ini juga terinspirasi dari mp nya mas Syamsul. Mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan. Pandangan saya pribadi kurang lebih sama dengan mas Syamsul, perayaan Maulid yang benar-benar diniatkan itu rasanya tidak perlu.

    Dan rasanya cukup kontras juga ketika Maulid Nabi, masjid-masjid bisa penuh dan meriah tapi ketika waktu-waktu sholat terutama Shubuh...maka masjid kembali sunyi senyap. Padahal esensi dari Maulid Nabi ya harusnya berdampak dengan semakin meningkatnya ketaqwaan kita :)

    just my two cents :)

    ReplyDelete
  3. Mungkin pihak yang pro dan kontra bisa bersikap bijak yah, seperti juga para Imam menyikapi perbedaan mazhab. Yang kontra supaya membiarkan yang pro menjalankan, paling mengingatkan esensi perayaan maulud, yaitu meningkatkan kecintaan terhadap Rasulullah saw. Yang pro jangan memaksa yang kontra untuk ikutan, apalagi sampai main tuding.
    TFS Mas Indra...

    ReplyDelete
  4. Shahabat pun bisa salah, apalagi seorang Shalahuddin Al-Ayubi.
    Sebenarnya jika ingin mengkajinya secara jernih, bisa dengan jelas terlihat jawaban yg haq atas polemik ini.

    ReplyDelete