Assalamu'alaikum,
Alhamdulillah warung kebab saya sudah berjalan kurang lebih 3 minggu.
Tanggal 11 Juni adalah hari pertama saya berdagang dan di hari pertama
itu penjualan memang cukup sedikit. Untuk ukuran yang kecil terjual 8
kebab dan yang ukuran besar terjual 6 kebab. Adalah hal yang wajar
ketika produk yang cukup baru, asing, saya lempar ke pasaran di
lingkungan saya dan belum mendapatkan respon. Tapi justru keterasingan
produk itulah yang saya anggap bisa menjadi nilai lebih.
Sebenarnya sebelum memulai usaha kebab pun saya mendapatkan tawaran
untuk join membuka usaha burger. Tapi setelah beberapa hari survey di
daerah rumah saya, justru produk itulah yang paling banyak ditemui. Di
Kemanggisan, terdapat lima sekolah yang terdiri dari dua sekolah dasar,
satu smp, satu sma plus satu taman kanak-kanak. Kelima tempat itulah
insya Allah yang akan menjadi target market saya. Terlihat cukup
menggiurkan bukan, tapi tidak juga. Karena saya masih harus
menyesuaikan waktu kerja pegawai dengan waktu bubaran sekolah yang
kelimanya punya waktu yang berbeda-beda. Maka untuk sementara waktu
saya menumpang di depan toko oli sekitar Kemanggisan. Waktu jualnya pun
terbatas karena mengikuti toko tersebut yang tutup jam lima, dan saya
baru bisa berjualan sekitar ba'da maghrib.
Malam minggu yang
kedua, saya mengundang teman-teman sd saya untuk berkunjung dan
alhamdulillah saya mengundang hanya dua orang tapi yang datang jadi
enam orang, maka jadilah malam itu penjualan terlaris sampai saat ini,
alhamdulillah. Besoknya, dua orang dari teman saya itu datang lagi
membawa temannya yang baru dan teman saya itu bilang ke saya sambil
mesem-mesem bahwa katanya kebabnya enak, makanya dia balik lagi sambil
bawa temannya yang lain. Bagi saya yang pernah mengenyam sedikit ilmu
Public Relations, saya semakin yakin bahwa metode advertising yang
paling efektif untuk produk makanan adalah "word of mouth".
Salah satu contohnya adalah produk Bread Talk yang sampai saat ini
belum pernah saya lihat iklannya di berbagai media, tetapi berhasil
membuat gerai-gerai mereka selalu dipenuhi antrian. Contoh lainnya
adalah Starbucks yang jarang sekali anda lihat iklannya di televisi
atau media cetak. Atau mungkin mau contoh yang lebih dekat ? Mari kita
tengok roti bakar Edi di lingkungan Al Azhar Pusat yang setiap malam
minggu selalu penuh sesak dan juga nasi goreng bhakti di daerah Blok S.
Pernahkan kita melihat iklan produk mereka di media ?
Ada satu buku menarik tentang PR ini yang ditulis oleh pasangan ayah
anak Al Ries dan Laura Ries, berjudul "The Fall of Advertising &
The Rise of PR". Judulnya memang seru, seakan-akan ingin mengatakan
bahwa dunia periklanan telah mendekati ajalnya dan sudah saatnya PR
(Public Relations) berkuasa. Menurut pengamatan Al Ries, dalam abad
ke-21 ini memang telah terjadi perubahan dramatis dari pemasaran yang
berorientasi iklan ke pemasaran berorientasi public relations. Anda
tidak dapat lagi meluncurkan merek baru dengan iklan, karena iklan
tidak punya kredibilitas. Anda hanya dapat meluncurkan merek baru
dengan PR. Dengan PR anda bisa menyampaikan kisah secara tidak langsung
melalui pihak ketiga, terutama media. Dengan bertaburnya iklan di media
massa, bahkan di sepanjang jalan, iklan justru telah kehilangan dayanya
karena konsumen sudah jenuh, bahkan muak dengan segala yang disodorkan
di hadapan mata mereka. [The Fall of Advertising & The Rise of PR, Gramedia Pustaka 2004]
Salah satu letak keberhasilan PR adalah kepercayaan atau keshahihan
dengan meneliti secara tidak langsung ke sumber berita. Kalau dalam
ilmu hadits, ada ilmu yang dinamakan Al jarh wa Ta'dil. Ilmu ini
membahas tentang para perawi misalnya sekitar masalah yang membuat
mereka tercela atau bersih dalam menyampaikan suatu hadits. Seperti
ketahui, syarat perawi itu sangatlah berat. Sehingga apabila satu
perawi ketahuan cacatnya yang cukup signifikan, maka dijamin status
hadits yang dibawakannya pun bisa menjadi matruk atau hadits yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang tertuduh dusta, banyak lupa atau
banyak mengkhayal [Subhi Ash-Shalih, Ulum al-Hadits wa Musthalahu].
Begitu juga sebaliknya, ketika kita menerima suatu berita tentang
makanan dari seseorang yang pernah merasakan makanan tersebut atau
minimal sudah kita kenal dekat, maka berita itu akan lebih mudah kita
terima berita.
Hampir setiap kali saya melayani para
pembeli, saya sering bertemu dengan orang yang sama di hari kemarinnya
dan hari itu datang lagi dengan membawa teman yang berbeda. Melihat
fenomena seperti ini, saya pernah memberikan tiga kebab gratis ke tiga
teman saya dan juga kepada para pedagang atau penghuni rumah disekitar
tempat saya berdagang. Syaratnya hanya satu, mohon diberitakan ke teman
atau sanak saudara yang lain bahwa disini ada kebab. Alhamdulillah
efeknya sedikit demi sedikit mulai terasa :). Tapi maaf, program free
kebab ini sudah berakhir, jadi untuk yang masih penasaran, kehadirannya
tetap saya tunggu. Tiada kesan tanpa kehadirannmu ! [Words from, Kartu ulang tahun anak-anak]. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini :).
Wassalamu'alaikum
Alhamdulillah warung kebab saya sudah berjalan kurang lebih 3 minggu.
Tanggal 11 Juni adalah hari pertama saya berdagang dan di hari pertama
itu penjualan memang cukup sedikit. Untuk ukuran yang kecil terjual 8
kebab dan yang ukuran besar terjual 6 kebab. Adalah hal yang wajar
ketika produk yang cukup baru, asing, saya lempar ke pasaran di
lingkungan saya dan belum mendapatkan respon. Tapi justru keterasingan
produk itulah yang saya anggap bisa menjadi nilai lebih.
Sebenarnya sebelum memulai usaha kebab pun saya mendapatkan tawaran
untuk join membuka usaha burger. Tapi setelah beberapa hari survey di
daerah rumah saya, justru produk itulah yang paling banyak ditemui. Di
Kemanggisan, terdapat lima sekolah yang terdiri dari dua sekolah dasar,
satu smp, satu sma plus satu taman kanak-kanak. Kelima tempat itulah
insya Allah yang akan menjadi target market saya. Terlihat cukup
menggiurkan bukan, tapi tidak juga. Karena saya masih harus
menyesuaikan waktu kerja pegawai dengan waktu bubaran sekolah yang
kelimanya punya waktu yang berbeda-beda. Maka untuk sementara waktu
saya menumpang di depan toko oli sekitar Kemanggisan. Waktu jualnya pun
terbatas karena mengikuti toko tersebut yang tutup jam lima, dan saya
baru bisa berjualan sekitar ba'da maghrib.
Malam minggu yang
kedua, saya mengundang teman-teman sd saya untuk berkunjung dan
alhamdulillah saya mengundang hanya dua orang tapi yang datang jadi
enam orang, maka jadilah malam itu penjualan terlaris sampai saat ini,
alhamdulillah. Besoknya, dua orang dari teman saya itu datang lagi
membawa temannya yang baru dan teman saya itu bilang ke saya sambil
mesem-mesem bahwa katanya kebabnya enak, makanya dia balik lagi sambil
bawa temannya yang lain. Bagi saya yang pernah mengenyam sedikit ilmu
Public Relations, saya semakin yakin bahwa metode advertising yang
paling efektif untuk produk makanan adalah "word of mouth".
Salah satu contohnya adalah produk Bread Talk yang sampai saat ini
belum pernah saya lihat iklannya di berbagai media, tetapi berhasil
membuat gerai-gerai mereka selalu dipenuhi antrian. Contoh lainnya
adalah Starbucks yang jarang sekali anda lihat iklannya di televisi
atau media cetak. Atau mungkin mau contoh yang lebih dekat ? Mari kita
tengok roti bakar Edi di lingkungan Al Azhar Pusat yang setiap malam
minggu selalu penuh sesak dan juga nasi goreng bhakti di daerah Blok S.
Pernahkan kita melihat iklan produk mereka di media ?
Ada satu buku menarik tentang PR ini yang ditulis oleh pasangan ayah
anak Al Ries dan Laura Ries, berjudul "The Fall of Advertising &
The Rise of PR". Judulnya memang seru, seakan-akan ingin mengatakan
bahwa dunia periklanan telah mendekati ajalnya dan sudah saatnya PR
(Public Relations) berkuasa. Menurut pengamatan Al Ries, dalam abad
ke-21 ini memang telah terjadi perubahan dramatis dari pemasaran yang
berorientasi iklan ke pemasaran berorientasi public relations. Anda
tidak dapat lagi meluncurkan merek baru dengan iklan, karena iklan
tidak punya kredibilitas. Anda hanya dapat meluncurkan merek baru
dengan PR. Dengan PR anda bisa menyampaikan kisah secara tidak langsung
melalui pihak ketiga, terutama media. Dengan bertaburnya iklan di media
massa, bahkan di sepanjang jalan, iklan justru telah kehilangan dayanya
karena konsumen sudah jenuh, bahkan muak dengan segala yang disodorkan
di hadapan mata mereka. [The Fall of Advertising & The Rise of PR, Gramedia Pustaka 2004]
Salah satu letak keberhasilan PR adalah kepercayaan atau keshahihan
dengan meneliti secara tidak langsung ke sumber berita. Kalau dalam
ilmu hadits, ada ilmu yang dinamakan Al jarh wa Ta'dil. Ilmu ini
membahas tentang para perawi misalnya sekitar masalah yang membuat
mereka tercela atau bersih dalam menyampaikan suatu hadits. Seperti
ketahui, syarat perawi itu sangatlah berat. Sehingga apabila satu
perawi ketahuan cacatnya yang cukup signifikan, maka dijamin status
hadits yang dibawakannya pun bisa menjadi matruk atau hadits yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang tertuduh dusta, banyak lupa atau
banyak mengkhayal [Subhi Ash-Shalih, Ulum al-Hadits wa Musthalahu].
Begitu juga sebaliknya, ketika kita menerima suatu berita tentang
makanan dari seseorang yang pernah merasakan makanan tersebut atau
minimal sudah kita kenal dekat, maka berita itu akan lebih mudah kita
terima berita.
Hampir setiap kali saya melayani para
pembeli, saya sering bertemu dengan orang yang sama di hari kemarinnya
dan hari itu datang lagi dengan membawa teman yang berbeda. Melihat
fenomena seperti ini, saya pernah memberikan tiga kebab gratis ke tiga
teman saya dan juga kepada para pedagang atau penghuni rumah disekitar
tempat saya berdagang. Syaratnya hanya satu, mohon diberitakan ke teman
atau sanak saudara yang lain bahwa disini ada kebab. Alhamdulillah
efeknya sedikit demi sedikit mulai terasa :). Tapi maaf, program free
kebab ini sudah berakhir, jadi untuk yang masih penasaran, kehadirannya
tetap saya tunggu. Tiada kesan tanpa kehadirannmu ! [Words from, Kartu ulang tahun anak-anak]. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini :).
Wassalamu'alaikum
selamat jualan ya Indra, semoga laris dan berkah.
ReplyDeletewah... sayang euy terlalu jauh, disini ada penggemar kebab:-)
fiuuuhhh.... ampe cling2an bacanya... Insya Allah nanti mampir yah... Alamatnya mana yah?
ReplyDeletemo nambahin aja mas...
ReplyDeletemungkin bisa coba baca tipping point-nya malcom gladwell. buku ini sebenernya ngebahas karakteristik epidemi, yang ternyata ga cuma berlaku untuk penyebaran penyakit, tapi juga untuk marketing dan untuk memahami gejala sosial.
si gladwell bilang, word of mouth (*kalo ga salah mouth to mouth itu colloquial mas) itu adalah salah satu tools yang menggerakkan epidemi. dan bener banget, dia mencontohkan penggunaannya dalam beberapa kasus marketing yang melegenda, seperti kebangkitan hush puppies dan revolusi amerika (*ini bukan marketing kaleee heheheh)
makasih ya mba atas doanya, Siapa nih yg penggemar kebab ? :D
ReplyDeleteheheh lupa terus yah sayah ngasih tau...alamatnya di Jl. Budi Raya no 87, Kemanggisan. Tenang aja wie nanti flyernya sampe rumah kok :D
ReplyDeletewah iya terima kasih sudah diingatkan. Harusnya yang bener memang word of mouth :D
ReplyDeletesama sama :D
ReplyDeleteAntum pemilik dan PR yang baik... nggak sabar pengen nyoba kebabnya. Mudah2an Allah selalu memberi berkah-Nya buat antum...
ReplyDeleteAna merasa belum akhi...masih sedang menuju kesana. Syukron doanya ya, semoga dibalas dengan yang lebih baik. Amin
ReplyDeletewaahhh.. perlu dicoba ini ndraa... nyam nyam...*pesen 1 pake keju yg buanyak*
ReplyDeletebarakallah bwt usaha barunya.. semoga berkah n sukses yah ndra.. ;)
perlu doong, nanti yah pas pengajian di Kemanggisan. btw headshot makin cling aja nih :D
ReplyDeletesemoga tambah laris ya nDra, rejeki siy gak bakalan ketukar kan ? :)
ReplyDeletekebab teh naon seh?
ReplyDeleteHUAAAAA KEREN>>> doain aku jgua segera ngundang dikau ya Indra... (tapi jelas bukan kebab dong...)
ReplyDeleteditunggu ya kontingen dari Glodok...! Jauh lho, nyampe sono pasti pada laFFFar :D
ReplyDeletewaduh...diingetin lagi ma kebabnya...jadi pengen.
ReplyDeletemabruk...semoga lancar trusss.....
Jadi inget semboyan pemilik rumah makan Padang,
ReplyDeletekalau puas beri tahu teman, kalau kurang puas beri tahu kami.
Rie-
buka di binus aja ndra... susah nyari makanan halal soalnya deket sini..
ReplyDeletekalo di binus mahal nyewa tempatnya :D
ReplyDeleteAssalamu'alaikum....
ReplyDeleteBarokallah..akhi, semoga kebabnya laris. Memang berbisnis itu adalah sumber rejeki yang paling baik, 9 dari 10 sahabat adalah bisnisman. Nyang penting konsisten.
Ane boleh cicipin... harga promosi kan...?? hehe
Wassalam.
berarti kemarin itu tidak berkesan dunks?? kan ndak ada akuh ... heheheh *pd bgt skl*
ReplyDeletesayang...kemarin belum jodoh untuk mencoba kebabnya mas indra....insyaallah di lain hari ya mas...
ReplyDeleteeee... indra jualan??? kemaren wkt ketemu kok gak bilang2 sihhh... Boleh nih mampir. Di mana jualannya Ndra?
ReplyDeletehehe.. indra jualan pake ilmu hadits juga nihh...
ReplyDeleteMabruk ya.. Semoga berkah!
Ayoo dong akhi...antum sibuk nyari modal walimah terus siih hehhee peace ! kapan main ke warung kebab ana ? ditunggu !
ReplyDeletebuat anak kost ada diskon khusus gak, bang indra?
ReplyDeleteselamat jualan yaaa!
ReplyDeletemudahan laris manis selalu.. :-))
ehhehe iya udah lama juga nih ya ngga bersua....kapan-kapan ikut kajian lagi yuks
ReplyDeleteharus ! hehehe
ReplyDeleteiya mba baru mulai jualan nih pas kita ketemu jadi belum nyebar info dulu. Jualannya deket rumah mba, mampir ya kapan-kapan kalo sempet. Plus kalo ada bazar-bazar gitu kasih kabar ya :D
ReplyDeletehehehe iya mba abis ternyata ilmu itu berguna juga di bidang bisnis :). Syukron doanya ya
ReplyDeletekost nya di mana dulu nih ? hehhee dateng dulu deh yuuukk
ReplyDeletepaseban(salemba) ke kemanggisan 15menit nyampe ga' yah kali yah!
ReplyDeletentar bawa pasukan kost deh !
Amin. Makasih doanya mba :)
ReplyDeleteooohhh, ini toh kebabnya?? tampak enaaak.... di daerah mana sih? sapa tau suatu ketika aku mampir :))
ReplyDeletewiihh cukup deket kalo ngga macet :p ....oke deh dateng dulu nanti aku kasih spesial :D
ReplyDeleteGambar kebabnya belum ada looh... kok udah bisa bilang enak ? hhehehe tapi memang enak kok. Ini ada didaerah Kemanggisan, Jakarta Barat. Ini peta lokasinya :
ReplyDelete*promo abis-abisan neh kayanya huhuhu
soal "word of mouth", memang terbukti cukup efektif dan kredibel untuk bisnis makanan, bila info yg disampaikan bernilai positif. hati-hati juga akhi, karena bisa jadi bumerang ketika info yg beredar malah sisi-sisi lemah usaha kita. harus membangun usaha dengan sabar dan penuh perbaikan, selangkah demi selangkah.
ReplyDeletenanti setelah sistem kerja dan operasionalnya mantap, mungkin bantuan publisitas bisa jadi alat promosi yg baik.
sayang sekali saya belum baca "The Fall of Advertising.." tsb, tapi rasanya terlalu naif untuk bilang dunia iklan sudah sampai pada masa akhir hayatnya. trend yg terjadi sekarang adalah mengkombinasikan iklan dengan alat komunikasi pemasaran yg lain, termasuk PR.
soal buku ttg bisnis, salah satu buku karangan AA Gym, "Berbisnis dengan hati" mungkin bisa jadi pengantar berikhtiar yg cukup baik, simpel dan penuh motivasi. punay saya masih ada di seorang teman, jika kembali bisa saya pinjamkan.
selamat berjuang akhi, smoga barokah rizki dan ikhtiarnya. ;)
sayangnya.... gue di balikpapan, boleh dong dikirimin...
ReplyDeletewah... boleeee dicoba neh...
ReplyDeleteaku demen kebab lhoooo .. :D
ReplyDeletepasang di bagian jualan tuh oom ..biar tambah laku
ReplyDeletebikin franchise, buka di bekasi...gimana? :D
ReplyDeleteAlhamdulillah dapet saran dari ahlinya :). Memang bener akhi, word of mouth ini jg bisa jadi bumerang, makanya di awal buka saya belum berani bicara banyak tentang produk ini dan hanya sebatas mengundang. Maksudnya adalah biar konsumen mencoba dulu baru komen belakangan. Jadi info ttg rasa kebab bukan datang dari si penjual tapi dari si pembeli, supaya objektif.
ReplyDeleteTentang kekurangan di usaha ini memang masih terlihat terutama dari sisi inovasi produk. Sampai saat ini ana baru ada satu produk yang dibagi atas 2 bagian yaitu besar dan kecil. Tapi insya Allah dalam waktu dekat akan keluar produk baru (skrg masih di dapur uji) :D.
Tentang buku "The Fall of Advertising", itu ngga bener-bener menjatuhkan atau menafikan peran advertising kok dalam hal jual-menjual. Penulisnya sendiri bilang bahwa judul itu diambil supaya eye catching dan terkesan kontroversial. Tapi memang dia mengharapkan ada perubahan dalam beberapa visi dan misi advertising sehingga bukan hanya menjual tapi juga ikut membentuk persepsi tentang suatu perusahaan/produk.
Salah satu yang dia contohkan adalah ketika kita nonton film di tv, trus ada iklan, kenapa masyarakat lebih suka pindah-pindah cenel atau malah menggerutu, "Yaahh iklan lagi...". Dalam hal ini kata Al Ries, iklan kok kaya jadi sesuatu yang menakutkan dan perlu dihindari ya ? :D. Coba dicari deh akh bukunya cukup asik juga kok untuk nambah wawasan antum :).
Tentang buku AA Gym, ana kemarin baru beli VCD nya tapi belum sempet nonton. Insya Allah nanti diliat deh.
Syukron atas masukannya ya akh. Ditunggu tips-tips berikutnya dari antum :)
*langsung pegang kalkulator ngitung ongkos kirimnya.... :D
ReplyDeleteyuuukkk !
ReplyDeletejadi tunggu apalagi ? ;D
ReplyDeleteCocoknya kalo makanan sih masuknya ke kolom review....dan jangan saya yang nulis reviewnya. Ada yang mau review-in ? hehehe
ReplyDeletemakanan timur tengah ceu... di Bandung dulu pernah booming abrakebab yang mangkalnya di food court-nya Yogya Kepatihan. Klo ga salah sekarang dah tutup tapi banyak jenis kebab lainnya diantaranya Doner Kebab.
ReplyDeleteKang indra, kapan atuh buka di bandung?? sok lah saya mau jadi langganan *penggemar berat kebab*
eh selamat dulu atuh atas dibukanya warung kebab...apa namanya?
Serius bener nih mau ? kalo mau sih bisa lho
ReplyDeletekebabnya enaakk ndraaa...;) hihihii ini testimonial nya nih... :d
ReplyDeletekl di kebab di foodcourt suka berasa kering gitu.. yg ini pas.. ;)
met nyobain bwt yg blum nyobaa.. ;) good luck ya ndraa... smg dilancarkan n pada rame yg beli.. ;)
eh iya Tyo kan udah nyoba yah ?! ayoo bikin reviewnyaa *sambil nodongin kebab ke leher Tyo
ReplyDeletemaksudnya mo bilang gitu tapi masa' di review ma yg jualan, jadi pake kolom jualan. ... kalo aku dah coba sih boleh aja :D
ReplyDeleteiyah udah nyobain ndra.. ;))
ReplyDeletemmm sek sek sek.. mesti di coba lagi nih.. kl mo bikin reviewnya.. :p
ngiler lagi... dan lagi..
ReplyDeletemas, nanti kalo kapan ada kajian lagi dirumahku dan mas sempet hadir, nanti aku bikinin deh :)
ReplyDeletetesternya ada gak...? (ngebalikin pertanyaan nasi uduk)
ReplyDeletehuhehehe bisa banget deh....ada kok ada khusus buat Ari :)
ReplyDeleteOh iya, mau kasih masukan nih..
ReplyDeleteDi Jerman sini, selain kebab, juga marak dijual Dürum..
Kayaknya waktu kemarin balik di Jakarta, masih belum ada yang coba jual juga produkt dürum ini.
Waktu sy eksperimen di jkt beberapa waktu lalu, kakak sy selalu ngajak untuk coba kebab2 baru di Jakarta, tapi sy kaget, "lho ini toh yang namanya kebab? Kalo kulit ini mah kulit Dürum!"..Tapi na ja..persepsinya boleh aja beda..tapi gpp..
Ngelihat Iklan kebabnya Mas Indra di atas, sepertinya kulit yang dipakai juga kulit Dürum. Krn kalo di sini, Kulit Kebab adalah roti yang sedikit bulat dan sedikit agak keras. Tidak seperti yang di atas.
Dan kalo mau eksperimen Dürum. Mm, bahan2nya relatif sama dengan Kebab, (yg beda adalah kulitnya/rotinya) dan biasanya Dürum lebih komplit. Di dalamnya ditambahkan Salat, kentang goreng, irisan paprika, keju, dll...Dan bumbunya lebih kerasa daripada Kebab..
Lebih enak deh! *hehehehe..Kesukaan sy, masalahnya :D*
Memang sih, harga Dürum terbilang lebih mahal daripada Kebab. Tapi peminatnya nggak kalah banyak. Krn isinya yang super komplit, lebih enak, dan tentunya lebih kenyang..hihihi...
Sekedar masukan aja, Mas...atau jangan2 sudah ada Dürum di sana? :D
-salam-
Ide yang cemerlang. Smoga laris manis!
ReplyDeleteOh iya saya juga waktu umroh krmn nyobain kebab di sana dan rotinya memang beda persis seperti yang sultan bilang, lebih tebel dan besar, tapi setelah dipadukan dengan isinya rasanya jadi kurang greget. Bukannya mau bagus-bagusin produk sendiri loh yah, tapi dibanding kebab yang di sana masih lebih enak kebab yang ini. Yang disana terasa sedikit hambar, kurang mayonaise,...atau mungkin karena beda lidah arab dengan lidah indo ? :D
ReplyDeleteDürum ? hhmm boleh juga tuh nanti survey. Thanks buat masukannya ya tan :)
semoga kebab "hot selling" !
ReplyDeleteAmin ! Syukron atas doanya :)
ReplyDeleteAmin ! terima kasih ya
ReplyDeletejauh gak sih dari rumah kang Indra... beneran ye kapan hari ane ke sono pokoknye mesti ada :)
ReplyDeleteGambarnya aja keliatan enak, apalagi aslinya. Tar deh kalo gw ke Jkt gw coba mampir ke kebabnya. Buka gerai di bandung, insya Allah laku! Harganya terjangkau lagi.
ReplyDeleteeh bener...buka di bandung...masih jarang lho...tar bantu nyari karyawan deh:D
ReplyDeletebeneran ya ! ini udah janji loohhhh ! harus ditepati ! kalo sempat...hehhehe
ReplyDeletehehehe tau aja....udah sempet kepikiran kok, tapi nanti kalo jadi, beneran dibantu loh nyari sdmnya. Insya Allah deh ya :D
ReplyDeletewah buku itu udah saya lirik2 pula di rumah 'kakak' umroh saya yang orang adv...emang ok
ReplyDeleteOh ya, mungkin Akhi Indra udah tahu macam-macam jenis Kebab...
ReplyDeleteTapi sekedar sharing info aja...
Di Paris, toko2 Kebab banyak dijumpai, karena ini menjadi salah satu alternatif mencari makanan halal, murah, meriah dan enak.
Di sini, ada berbagai macam jenis Kebab, yang kalau di sini disebut sebagai "Grec" karena yang memasarkannya di Paris adalah orang-orang Yunani di Latin Quarter di daerah St. Michel Paris.
Pertama, ada yang namanya Pitta Grec, ini kebab yang dibungkus dengan crepe, di dalamnya ada daging kalkun, sapi, atau kambing yang dipotong2, salad, dan saosnya.
Kedua, ada yang namanya Kebab Grec, ini kebab yang dibungkus dengan Baguette (roti keras khas Prancis), di dalamnya idem dengan yang pertama.
Ketiga, ada yang namanya Asiette Grec, ini kebab yang disajikan langsung di piring, tidak dibungkus, tapi disajikan dengan Baguette yang dipotong2, plus saos Haritsa, saos blanc (ini keju+mayonnaise+herbe de provences), saos tomate, mayonnaise, atau pun mustard.
Keempat, ada yang namanya Kefta, ini mirip kebab pada umumnya, tetapi dagingnya tidak diiris tipis2 seperti kebab pada umumnya. Dagingnya dibiarkan utuh, mirip dengan steack, tapi potongannya ada 3, terus dimasaknya dengan bumbu curry. Disajikannya mirip dengan Asiette Grec.
Kelima, Kebab Marguez, ini hampir mirip dengan Kefta, tetapi dagingnya diganti dengan sosis dari kambing.
Keenam, Steack Haché, ini hampir mirip dengan Kefta, tetapi daging yang dibakar tidak memakai bumbu curry, tetapi memakai lada dan herbes de provences.
Sepengetahuan dan seingat saya itu dulu, nanti kalau ada informasi tambahan saya bagi di sini.
Oh ya, Insya Allah januari ini saya akan ke Jakarta, kalau ada waktu nanti calon istri saya dan saya, kita sempatkan mampir ke warung akhi Indra.
Semoga dagangannya laris dan penuh barakah. Aamiin.
Salam hangat dari Paris yang mulai dingin (-2°C)
Syaltout
-penggemar Kebab-
Wah mas Syaltout, infonya menarik sekali. Dari dulu saya mencari info tentang kebab yang versi lainnya. Dulu saya pernah coba di Mekah di pasar sengnya, tapi kok ngga enak ya dan yang komentar begini bukan saya sendiri tapi ibu dan kakak saya juga. Kebab itu rotinya tebal dan tanpa mayonaise, jadi bener-bener kering dan rasanya datar.... :). Thanks banget infonya akhi Syaltout, insya Allah kalau ada rejeki nanti saya ke Paris buat nyobain semua kebab yang antum sebutin itu :D Amin !
ReplyDeleteSaya tunggu banget ya kedatangannya ! lagipula kayanya saya kenal deh dengan calon istrinya :D. Kabar-kabari ya
ReplyDeletebi,, kok di ciputat tidak ada,,,, pdhal kan enak,, mahasiswa banyak loh bi. mungkin omset insyallah bs lebih gede. coba deh bi....
ReplyDeleteSyukron ya lin infonya, dipikir-pikir dulu nih....nanti bantuin ya kalo jadi pindah ke Ciputat :D
ReplyDelete