Sunday, November 27, 2005

Review Diskusi Kajian Islam, 26 November 2005



Assalaamu'alaikum,



Terima kasih buat
temen-temen yang kemarin hari Sabtu tanggal 26 November nyempetin
dateng ke rumahku untuk mengikuti diskusi kajian Islam. Alhamdulillah
kajian kemarin berjalan dengan lancar walaupun ada pergeseran waktu
yang cukup signifikan tapi tetap ngga mengurangi bobot dari berbagai
materi yang disampaikan ustadz Fauzi Nurwahid. Insya Allah diharapkan
kedepannya bisa lebih on time mengingat waktu yang dimiliki ustadznya
juga terbatas.

Materi-materi yang hari itu disampaikan mencakup tiga topik yang semula hanya satu yaitu tentang Munakahat
(persiapan pernikahan). Topik munakahat ini ternyata cukup mendapat
sambutan yang meriah dan itu terbukti dengan cukup banyaknya pertanyaan
yang diajukan berkenaan dengan munakahat.

Topik yang kedua yaitu Tren Sinkretisme
yang tampak sebagai fenomena yang begitu mengesankan dalam sejarah
pemikiran agama, dulu maupun kini. Tren sinkretisme adalah suatu
kecenderungan pemikiran yang berusaha mencampur dan merekonsiliasi
berbagai unsur yang berbeda-beda (bahkan mungkin bertolak-belakang)
yang diseleksi dari berbagai agama dan tradisi, dalam suatu wadah
tertentu atau dalam salah satu agama yang ada (berwujud suatu aliran
baru).

Di dalam materi itu dijelaskan mengenai efek dari
kebudayaan atau tradisi yang beragam di Indonesia yang bercampur dengan
nilai-nilai agama sehingga banyak terjadi distorsi atau kesalahpahaman
mengenai mana yang bernilai ibadah dan mana yang bernilai tradisi.
Contohnya seperti, acara tunangan, midodareni, sekatenan, tukar cincin
dsb yang oleh sebagian umat Islam hal-hal tersebut dianggap bernilai
ibadah dan tabu untuk dilewatkan.

Topik yang ketiga yaitu tentang Evaluasi Ramadhan,
dimana disitu dijelaskan tentang apa yang bisa kita lakukan setelah
Ramadhan berlalu dan bagaimana menciptakan atmosfir atau suasana yang
kurang lebih sama dengan ketika Ramadhan. Juga dijelaskan bagaimana
kita menumbuhkan rasa khauf (takut) kepada Sang Pencipta yang nantinya
akan berdampak dengan timbulnya rasa al hubb (cinta) kepada-Nya,
sehingga ibadah-ibadah yang kita lakukan semata bukan hanya untuk
menunaikan kewajiban tetapi karena memang kita membutuhkan dan
mencintai bentuk-bentuk ibadah itu untuk meraih ridha-Nya.

Insya Allah, pengajian berikutnya akan diadakan hari Minggu tanggal 11 Desember 2005 dengan topiknya, "Menjemput Hidayah" (tapi biasanya topiknya akan lebih meluas lagi) dan ustadz Fauzi Nurwahid sebagai narasumber. Syukron Jazaakumullah khair.


Wassalaamu'alaikum wr wb
 




8 comments:

  1. munakahat memang selalu up-to-date... terutama menjelang 2006 nih... hehehehohohohoo

    ReplyDelete
  2. Jadi pas acara itu ada yg telat dateng, trus topik munakahatnya kelewatan...ehem dia minta diulang loh ! huehuehe....

    ReplyDelete
  3. I missed this, again.

    Tentang sinkretisme (tahayul, bid'ah, mitos, dsb), bisa diceritakan lebih jelas? Dan apa langkah nyata kita untuk mengusir sinkretisme dari negeri kita, meski slowly but sure?

    ReplyDelete
  4. alhamdulillah, tidak sampai dialami dulu. hehehe. :D

    ReplyDelete
  5. sori gak bisa dateng dra, insya Allah edisi depan ikut

    ReplyDelete
  6. alhamdulillah,..

    bener juga tuh, perlu juga dijelaskan, bagaimana yang sesuai dengan sunnah dan mana yang tidak sesuai dengan sunnah..

    setau gw semacam midodareni etc.. kan memang adat jawa, bukan sunnah dalam islam..

    ReplyDelete
  7. Kalau kita menengok ke awal mula sejarah islam di Indonesia, maka akan ada tiga teori mengenai jalur masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia yaitu Teori Gujarat, Teori Makkah dan Teori Persia. Selanjutnya bisa merujuk kesini. Yang pada periode kedua penyebaran Islam dilakukan oleh para Walisongo. Maka eksesnya bisa kita kita liat sampai sekarang misalnya, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja yang dipopulerkan Sunan Kalijaga.

    Atau ada lagi misalnya kebiasaan puasa mutih, yang merupakan ajaran guru-guru kebatinan ataupun warisan jaman Hindu-Buddha. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak ada dasarnya dalam tuntunan Islam inilah yang akhir terus berkembang sampai sekarang sehingga banyak terjadi salah kaprah dalam menilai sesuatu yang asalnya adalah tradisi tapi dikaitkan dengan hal ibadah.

    Dalam hal pernikahan, Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang potongan haditsnya adalah sebagai berikut, "...Aku shalat dan aku tidur dan aku shaum dan aku berbuka dan aku juga menikahi perempuan, maka barangsiapa yang tidak suka caraku, bukanlah ia dari golonganku". Hadits ini aslinya lebih panjang yang menceritakan tentang tiga orang yang ingin melakukan bentuk-bentuk ibadah yang melebihi Rasul, karena menganggap Rasul telah terjaga dari dosa sedangkan tiga orang itu tidak. Yang bisa dipetik dari hadits itu adalah bahwa pernikahan adalah suatu bentuk ibadah, dan tatacara ibadah pun harus dipisahkan dengan bentuk tradisi. "Barangsiapa mengadakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami yang bukan berasal darinya, maka perbuatan itu tertolak" [HR. Bukhari no.2697, Muslim 1718]

    Langkah nyata yang bisa dilakukan untuk saat ini mungkin lebih kepada diri kita sendiri dulu yang sebisa mungkin mempelajari syariah Islam lebih dalam sambil sedikit-sedikit berbagi pemahaman ke keluarga, anak atau temen-temen yang lain, karena kalau kita lsg memasukkan pemahaman kita, tentu akan menyakitkan orang-orang yang terlanjur memegang kuat tradisi-tradisi tersebut. Efeknya akan terasa kedepannya nanti. It takes time pasti, but like mas wishknew said, slowly but sure dan seperti kata AA Gym said, mulai dari diri sendiri :)  

    ReplyDelete
  8. Wah... asyik banget acaranya yah ...sayang aku gak bisa ikutan gabung..... jangan lupa kirim terus berita dan hasil kajiannya yah Mas Indra... Trimakasih.. :-)

    ReplyDelete