Tuesday, February 27, 2007

Diskusi INSISTS: Tafsir Al-Qur'an, Relatif atau Absolut ?

Start:     Mar 3, '07
Location:     Kantor INSISTS, Jl. Kalibata Utara II/84 Jakarta
Orang sering mengenal istilah “Islam Arab”, “Islam Jawa”, “Islam Cina”, “Islam Amerika”, “Islam Radikal”, “Islam PKS” dan sebagainya. Mana yang benar?

Hidayatullah.com--Islam sebagai agama wahyu yang final dan otentik telah dicoba untuk dipahami dengan metodologi Barat yang sekular dan liberal. Sebuah metodologi yang telah berhasil mem-Barat-kan Kristen dan Yahudi sehingga kehilangan nilai-nilai spiritual dan ketuhanan.

Islam yang sama sepanjang sejarahnya, dari generasi ke generasi, dari satu tempat ke tempat lain hendak dilokasir dalam batasan tempat dan zaman. Sehingga selalu dikumandangkan Islam Arab, Islam Jawa, Islam Cina, Islam Amerika, Islam Hongkong, Islam Radikal, Islam PKS, Islam Hizbut Tahrir, Islam NU, Islam Muhammadiyah atau ”Islam abad ke-7”, ”Islam abad ke-10”, atau ”Islam abad ke-21”. dan sebagainya.

Serangan terhadap Islam sering diarahkan pada metode tafsir Al-Qur’an yang sebenarnya telah mempunyai bangunan yang kokoh dan mengakar. Pendekatan yang hendak digunakan menggeser metode tafsir ini adalah hermeneutika Barat yang berakar pada paham relativisme kebenaran.

Maka Al-Qur’an pun dipahami dengan pendekatan dikhotomis, Al-Qur’an yang sakral dan yang profan. Menurut kalangan liberal, Al-Qur’an yang sakral adalah yang berada di Lauhul Mahfudz, atau pesan-pesan yang terdapat di dalamnya yang "masih dalam pencarian".

Selanjutnya mereka juga membagi pada sisi historis dan sisi Ilahi. Yang historis adalah sisi yang mengharuskan pemahaman konteks turunnya wahyu sesuai dengan kondisi masyarakat, tempat, situasi sosial, politik, ekonomi dan budaya saat itu. Sehingga dengan penafsiran seperti ini, banyak sekali hukum-hukum Al-Qur’an –menurut mereka— sudah tidak dapat dipaksakan untuk saat ini. Seperti larangan pernikahan sejenis, pernikahan antara muslimah dengan non muslim, persamaan hukum waris, hukum hudud, rajam dsb.

Benarkah ayat-ayat Al-Qur’an mengandung penafsiran yang relatif, nisbi dan senantiasa berubah menurut situasi yang mengiringinya? Benarkah metode tafsir Al-Qur’an tidak mempunyai kaedah baku sehingga dapat ditafsiri secara liar, dan sesuai dengan latar belakang kepentingan dan psikologis si penafsir? Benar semua orang berhak menafsirkan Al-Qur’an dengan kualitas hasil yang sama relatifnya, kemudian masing-masing tidak berhak mengklaim bahwa penafsirannya lebih benar dari yang lainnya? Bagaimana seharusnya menafsirkan Al-Qur’an? Dan sudahkah Anda berhak menafsirkannya?

Ikuti diskusi sabtuan khazanah dan peradaban Islam di kantor INSISTS, Jl. Kalibata Utara II/84 Jakarta. Konfirmasi peserta di 021-7940381, atau hubungi Nandi 0817 689 5797.

Tanggal: 3 Maret 2007

Jam: 10.00 sampai 12.00

Pembicara: Syeikh 'Abdurrahman al-Baghdadi
(Pakar tafsir dan fiqih, pengajar kajian kitab Ahkam Al-Qur’an untuk para ustadz dan muballigh di Pesantren Tinggi Husnayain).

Nb. Panitia hanya menyediakan 40 kursi dan 40 makalah. Kehadiran anda tepat pada waktunya, mempercepat kejayaan Ummat.

5 comments:

  1. Mau dong makalahnya? dan kalau bisa di rekam dong mas. terus di taruh di music yeah?

    ReplyDelete
  2. Insya Allah mba nanti direkam sekaligus makalahnya :)

    ReplyDelete
  3. Boleh ikutan daftar minta makalahnya?

    ReplyDelete
  4. ya e-mail saja kalo tdk merepotkan (ikesari_2304@yahoo.com) ...biar lebih mudah disebarin buat temen2 lain di Belanda, .terima kasih sebelumnya..

    ReplyDelete