Monday, February 12, 2007

Diskusi di INSISTS "Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern (Dari Nurcholish Madjid sampai Nasr Hamid Abu Zaid)"

Start:     Feb 17, '07
Location:     INSISTS Jakarta Jalan Kalibata Utara II/84 Jakarta

Hadiri diskusi Sabtuan di kantor INSISTS dengan tema; "Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern (Dari Nurcholish Madjid sampai Nasr Hamid Abu Zaid)"


Hidayatullah.com--Hampir tidak satu pun kalangan pemikir liberal yang menolak keabsahan paham relativisme; sebagai pola pikir, metode bahkan mendudukkannya sebagai hakekat kebenaran itu sendiri.

Relativisme adalah akar dari liberalisme, sekularisme, pluralisme agama dan feminisme. Dalam dunia akademis saat ini,--di samping dunia politik tentunya-- paham relativisme seringkali dijumpai. Bahkan oleh banyak khalayak, paham relativisme diyakini sebagai paham moderat yang tidak suka main "hitam-putih".

Hampir tidak satu pun kalangan pemikir liberal yang menolak keabsahan paham relativisme; sebagai pola pikir.

Bahkan, Prof. Dr. Syafii Maarif, mantan Ketua PP Muhammadiyah menegaskan mutlaknya kebenaran relatif dengan mengatakan bahwa kebenaran Al-Quran adalah mutlak, karena berasal dari yang Maha Mutlak. Tetapi kemutlakan tersebut menjadi nisbi saat memasuki otak dan hati manusia. Maka segala penafsiran tentang Al-Quran, kata dia, tidak pernah mencapai posisi mutlak benar, siapa pun manusianya. Syafii memandang orang yang memutlakkan penafsirannya, berarti ia telah mengambil alih otoritas Tuhan, yang artinya sejajar dengan syirik.

Relativisme, adalah sebuah doktrin bahwa ilmu pengetahuan, kebenaran dan moralitas wujud dalam kaitannya dengan budaya, masyarakat maupun konteks sejarah, dan semua hal tersebut tidak bersifat mutlak. (the doctrine that knowledge, truth, and morality exist in relation to culture, society, or historical context, and are not absolute).

Di jaman modern ini, relativisme digunakan sebagai pendekatan ilmiah dalam kajian sosiologi dan antropologi. Anehnya, relativisme sebagai pendekatan dalam disiplin ilmu sosiologi dan antropologi, oleh sebagian tokoh justru digunakan untuk membedah dan menjadi hakim atas teks-teks keislaman; termasuk Al-Qur'an dan al-Hadits.

Tak mengherankan, bila kemudian "ijtihad" yang dihasilkannya pun terkesan benar-benar "baru" dan belum pernah dikenal sebelumnya. Sebagai contoh persamaan bagian waris antara laki-laki dan perempuan, bolehnya pernikahan Muslimah dengan non Muslim, Al-Qur'an bukanlah kitab suci dan tidak pernah diniatkan untuk itu, halalnya homoseksual, laki-laki harus terkena 'iddah seperti halnya wanita, semua agama sama-sama benarnya dan punya hak yang sama mendapatkan surga dsb.

Bagaimana sebenarnya kedudukan relativisme dalam kajian agama? Bukankah Imam Syafii juga pernah mengatakan: "Pendapatku benar namun mengandung kesalahan, dan pendapat selainku salah namun mengandung kebenaran?" Dan apakah dampak serius relativisme bila diterapkan dalam studi agama Islam? Apakah perbedaan relativisme dengan konsep ilmu dalam Islam?

Ikuti diskusi Sabtu-an di kantor INSISTS Jakarta Jalan Kalibata Utara II/84 Jakarta, telpon, 021-7940381 dengan tema; "Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern (Dari Nurcholish Madjid sampai Nasr Hamid Abu Zaid)".

Pemateri: Henri Shalahuddin, MA, alumni Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan lulusan ISTAC, Malaysia, pada Pukul 10-12 WIB; 17 Februari 2007.

Untuk konfirmasi tempat, silahkan hubungi 021-7940381; atau sms (08176895797; 081316663707). Bagi peserta akan disediakan makalah.

7 comments:

  1. Thanks for sharing...keliatannya menarik..
    btw, kl pake angkutan umum dari bogor rutenya kumaha? nuhun

    ReplyDelete
  2. Hmmm, kayaknya pendapat Imam Syafi'i yg ini BUKAN untuk membenarkan "Relativisme, liberalisme, sekularisme, pluralisme agama dan feminisme" deh, wallahu'alam...

    ReplyDelete
  3. Memang bukan, tapi statemen ini sering digunakan para penganut Relativisme, liberalisme, sekularisme, pluralisme agama dan feminisme untuk pembenaran pendapat mereka. Makanya ini nanti yang akan dibahas

    ReplyDelete
  4. naik kereta aja mbak, turun di stasiun kalibata (setelah stasiun pasar minggu dan pasar minggu baru)... tapi dari stasiun itu saya juga blum tau naik apa lagi hehehe... saya juga mo kesana sih... (orang Bogor juga nih)

    ReplyDelete
  5. yah sayang saya baru liat reply yg ini, jadi dah lewat ya...eniwei nuhun...

    ReplyDelete