Showing posts with label islamicthought. Show all posts
Showing posts with label islamicthought. Show all posts

Wednesday, June 11, 2008

Debat Kontroversi SKB Ahmadiyah @ TV One-5





Mahendradatta

(Tim Pembela Muslim)
&
Adnin Armas, MA
(Majlis Tarjih Muhammadiyah)

V.S

Usman Hamid
(Koordinator KONTRAS)
&
Abdul Moqsith Ghazali
(Koordinator Jaringan Islam Liberal)


Recorded from TV One, Jakarta June 11th 2008

Part-2
Part-3
Part-4
Part-5

Full version debat ini juga bisa di download di :

Rapidshare.com (83 MB)

Muhammad Mahendradatta, lahir di Jakarta 11 Januari 1962 yang kemudian menamatkan Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1988. Kemudian di tahun 2002 dia memperoleh gelar Magister Hukum Bisnis dari Universitas yang sama. Sebelumnya Mahendradatta sempat menyelesaikan pendidikan khusus American Litigation di School of Law-University of California at Los Angeles (UCLA) yang dipersamakan dengan gelar Master of Arts, pada tahun 1994.

Muhammad Mahendradatta, SH. MA. MH berprofesi sebagai Advokat/Pengacara yang mulai mencuat namanya dan dikenal publik setelah dia memegang jabatan sebagai Ketua Tim Pembela Muslim (TPM). Berbagai kasus kontroversial pernah ditanganinya, dimulai dari pembelaan hukum terhadap Ustadz Jafar Umar Thalib, Panglima Laskar Jihad Ahlus'sunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang terjerat kasus pidana rajam dan Penghinaan Terhadap Kepala Negara (Megawati Soekarnoputri). Namanya semakin melambung dikenal didunia Internasional karena keteguhan dan keberaniannya dalam membela Al Ustadz Abubakar Ba'asyir, juga beberapa Terdakwa Kasus Terorisme Besar seperti Amrozi, Imam Samudera dan Ali Ghufron. Namanya menjadi suatu fenomena tersendiri dalam dunia hukum, seiring dengan semakin dikenalnya nama grup pengacaranya yaitu TPM.

Saat ini (Agustus 2007) karena integritas dan keberaniannya, dia dicalonkan untuk menjadi salah satu Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) walaupun banyak kalangan memastikan dirinya akan gagal karena Islamophobia (rasa ketakutan berlebihan terhadap Islam) sudah merasuki penguasa saat ini. Isu yang berkembangpun mengatakan telah dipersiapkan beberapa algojo yang akan "membantainya" saat seleksi pimpinan KPK nantinya. (wikipedia)

Adnin Armas, M.A menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo tahun 1992 dan melanjutkan ke Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), dalam bidang Filsafat. Memperoleh Sarjana dari International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) bidang Pemikiran Islam (Islamic Thought) dengan tesis berjudul Fakhruddin arRazi on Time pada tahun 2003.

Saat ini beliau adalah kandidat doktor di ISTAC UIAM aktif sebagai peneliti INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Karya beliau antara lain adalah: Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an; Pengaruh Orientalis terhadap Islam Liberal. Di samping itu beliau sangat aktif menulis artikel-artikel ilmiah di beberapa majalah dan surat kabar di Indonesia.(insists.multiply.com)

Usman Hamid, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KONTRAS). Perjuangan Usman dalam penegakan HAM dan keadilan di negeri ini telah melewati pematang panjang nan berliku. Sebelum heboh politik 1998, Usman mengaku hanyalah mahasiswa biasa yang meniti waktu di kampus Trisakti, almamaternya. Ia juga seorang gitaris sebuah band yang kerap manggung membawakan karya-karya Rolling Stones. Tetapi kekerasan politik yang terjadi membawanya ke sebuah garis yang sampai saat ini ia pijak. Garis perjuangan melawan kekuasaan yang kejam dan korup.

Sejak 1998 ia bergabung bersama KONTRAS. Setelah itu aktivitasnya mengalir seperti sungai. Pada 2002, ia sempat tergabung di Kelompok Kerja Masyarakat Jakarta Peduli Papua (Pokja Papua), yang digalangnya bersama Patra Zen, koleganya di KONTRAS, yang kini menjadi ketua badan pengurus Yayasan Lembaga Bantuan hukum Indonesia (YLBHI). Pada 2004, ia tergabung bersama tim pencari fakta (TPF) Munir yang dipimpin Marsudi Hanafi.(http://aka81.wordpress.com/)

Abdul Moqsith Ghazali adalah aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Jakarta; staf pengajar pada Fakultas Syari'ah Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII), Situbondo; staf pengajar pada Fakultas Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ), Jakarta; dan redaktur Jurnal Tashwirul Afkar (Lakpesdam NU), Jakarta. Ia memperoleh gelar Master dalam bidang Kajian Islam dari Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 1998. Ia kini sedang menempuh program doktor dalam bidang Kajian Islam pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ia pernah bekerja sebagai kepala Divisi Advokasi pada Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jakarta, 2003. Di antara karya tulisnya, bersama Marzuki Wahid dan Suwendi, ia menyunting buku Geger di Republik NU (Jakarta: Kerjasama Kompas dan Lakpesdam, 1999) dan Dinamika NU: Perjalanan Sosial dari Muktamar Cipasung (1994) ke Muktamar Kediri (1999) (Jakarta: Kerjasama Kompas dan Lakpesdam, 1999). Kini ia sedang menulis disertasi mengenai hermeneutika al-Qur'an tentang pluralisme agama.(http://www.ohio.edu)

Part-2
Part-3
Part-4
Part-5

  Full version debat ini juga bisa di download di :

Rapidshare.com (83 MB)

Friday, December 28, 2007

Diskusi INSISTS: "Meninjau Kembali Perdebatan Al Ghazali dan Ibnu Rusyid Tentang Alam"

Start:     Dec 29, '07
PEMBICARA:
ADNIN ARMAS, MA.
(DIREKTUR EKSEKUTIF INSISTS)

WAKTU:
Sabtu, 29 Desember 2007 – Jam: 10:00 S/D 12:00 WIB

TEMPAT:
INSISTS – Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization

Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan

Tlp. 021-7940381 SMS Centre: 08111102549

Peserta Terbatas Untuk Maksimal 40 orang.

Monday, November 12, 2007

Diskusi INSISTS : "Abrahamic Faith"

Start:     Nov 17, '07
Bagi peminat pemikiran keagamaan, istilah “Abrahamic Faith” atau “agama Ibrahim” tidaklah asing. Istilah ini sudah lama dipopulerkan oleh banyak kalangan dan dianggap sebagai sesuatu yang sudah lazim dalam isilah studi-studi agama, seperti halnya pembagian agama menjadi “agama samawi” (agama langit) dan “agama ardhi” (agama bumi). Istilah ini mulai popular di dunia Islam, setelah pada tahun 1986, The International Institute of islamic Thought (IIIT), menerbitkan sebuah buku berjudul Trialogue of the Abrahamic Faiths (ed. Ismail Raji al-Faruqi). Secara harfiah, judul buku itu adalah “Trialog antar Agama-agama Ibrahim”.  Buku ini merupakan kompilasi makalah hasil konvensi tahun 1979 di New York yang diselenggarakan oleh American Academy of Religion (AAR).

Pada 8 November 2007, Republika menurunkan sebuah kolom Azyumardi Azra berjudul ”Trialog Peradaban”. Azra menceritakan, bahwa pada 21-24 Oktober 2007, Harvard University menyelenggarakan sebuah konferensi bertema ”Children of Abraham: A Trialogue of Civilization”. Kata Azra, ’Anak-anak Ibrahim’, tak lain adalah para pengikut tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam. Pembicaraan antara ketiga agama (trialog) diharapkan dapat menumbuhkan saling pengertian dan toleransi yang pada gilirannya mendatangkan perdamaian.

Lebih jauh Azra menulis:

Dalam makalah berjudul ‘Trialogue of Abrahamic Faiths: Towards the Alliance of Civilizations”, saya melihat ‘Abrahamic Faiths’ yang dalam Al-Quran disebut sebagai ‘millah Ibrahim’ memiliki banyak kesamaan dan afinitas; lebih dari itu ketiganya juga berbagi sejarah yang sama. Tetapi, tentu saja, masing-masing agama Nabi Ibrahim tersebt unik dalam dirinya sendiri. Lagi pula, para penganut ketiga agama itu ibarat kakak-adik, juga terlibat dalam persaingan, kecemburuan, konflik, dan bahkan perang.”

Begitulah, sebagian isi tulisan Azyumardi Azra, yang mengaku beruntung hadir dalam konferensi di Harvard tersebut. Ia merupakan satu-satunya ilmuwan dari Asia yang hadir di situ.

Kita tentu menyambut baik setiap usaha untuk menciptakan perdamaian di muka bumi ini. Namun, kita perlu mengkaji dengan cermat, cara-cara yang digunakan untuk menciptakan perdamaian tersebut, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan ajaran Islam itu sendiri. Soal dialog antar-agama, dalam sejarah, sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sejak awal kemunculannya, umat Islam sudah terbiasa berdialog dengan siapa saja.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang “Abrahamic Faith” ini, INSISTS mengadakan Diskusi Sabtuan. Info lengkapnya :


PEMBICARA:
ADIAN HUSAINI  MA
(DIREKSI  INSISTS)

WAKTU:
SABTU, 17  NOVEMBER  2007 – JAM: 10:00 S/D 12:00 WIB

TEMPAT:
INSISTS – Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization

Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan

Tlp. 021-7940381 SMS Centre: 08111102549

Peserta Terbatas Untuk Maksimal 40 orang.



Wednesday, October 31, 2007

Diskusi INSISTS : "Framework Kajian Filsafat Islam di Perguruan Tinggi Islam, Sebuah Kajian Kritis"

Start:     Nov 3, '07

TEMA:
"Framework Kajian Filsafat Islam di Perguruan Tinggi Islam, Sebuah Kajian Kritis"

PEMBICARA:
DR. Hamid Fahmy Zarkasyi  M.Phil
(Direktur INSISTS)

WAKTU:
SABTU, 3 NOVEMBER  2007 – JAM: 10:00 S/D 12:00 WIB

TEMPAT:
INSISTS – Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization

Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan

Tlp. 021-7940381 SMS Centre: 08111102549

Peserta Terbatas Untuk Maksimal 40 orang.

Friday, September 14, 2007

Diskusi INSISTS : Kerusakan Ilmu dan Pendidikan di Indonesia: Dampak & Solusinya

Start:     Sep 29, '07

Kerusakan ilmu adalah akar dari semua masalah yang menimpa suatu masyarakat. Ilmu yang salah melahirkan guru, dosen, ilmuwan, cendekiawan, pemimpin, dan ulama yang salah dalam berpikir, mengajar, mengambil kebijakan, dan mengeluarkan fatwa. Dominasi paham liberalisme, materialisme, hedonisme, dan pragmatisme semakin memperparah kerusakan masyarakat. Ilmu dikomersialkan, sekaligus dinisbikan. Ilmuwan ditelantarkan dan dicampakkan. Hiburan dan penghibur menjadi idola.

Kekeliruan konsep ilmu di dunia pendidikan Tinggi di Indonesia telah melahirkan dua kondisi yang memprihatinkan: (a) Di Perguruan Tinggi Umum terjadi ignorance (kebodohan) terhadap ilmu-ilmu agama. Kampus-kampus umum banyak melahirkan  sarjana-sarjana yang nyaris buta terhadap ilmu-ilmu fardhu ’ain sepanjang hidupnya. (b) Di Perguruan Tinggi Islam terjadi confusion (kekacauan ilmu).

Berbagai Perguruan Tinggi ini melahirkan sarjana-sarjana agama yang keliru ilmunya yang kemudian disebarkan ke tengah masyarakat. Lebih parah lagi, saat pragmatisme dan relativisme telah merasuki bidang studi Islam, sehingga banyak melahirkan sarjana-sarjana agama yang justru ragu dengan agamanya sendiri. Padahal, para sarjana agama inilah yang nantinya akan menempati pos-pos strategis dalam bidang keagamaan, sebagai guru agama, dosen agama, pimpinan pesantren dan organisasi Islam, pejabat Majelis Ulama dan Departemen Agama.

Bagaimana sebenarnya kerusakan ilmu dan pendidikan ini berlangsung? Apa dampaknya terhadap masyarakat di masa depan?  Dan bagaimana solusinya? Insyaallah, masalah ini akan dibedah dalam serial seminar INSISTS tentang keilmuan dan pendidikan. Seri pertama akan dilakukan pada:

  • Hari/Tanggal      : Sabtu/29 September 2007.
  • Waktu               : pukul 13.00-18.00 (Buka bersama)
  • Tempat             Gedung Gema Insani, Jl. Ir. Juanda-Depok, Tlp. 021 7708891-3 fax. 021 7708894

Pemakalah  dan Tema  :

  • Adian Husaini, M.A. (Menelusuri Fenomena dan Akar Kerusakan Ilmu di Indonesia: Studi kasus mata kuliah ”Studi Islam di Indonesia”).
  • Adnin Armas, M.A. (Konsep Ilmu dalam Islam: Mengapa Diabaikan Oleh Perguruan Tinggi Kita?)
  • Henri Shalahuddin, M.A. (Kekeliruan Studi Teologi di Perguruan Tinggi Islam).

(Para pemakalah adalah peneliti INSISTS dan juga dosen mata kuliah Islamic Worldview di Program Pasca Sarjana PSTTI-Universitas Indonesia, Universitas Ibn Khaldun Bogor, dan Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Administrasi:

  • Biaya seminar Rp 100.000,- / orang dan mahasiswa Rp 75.000,-/ orang sudah termasuk makalah dan buka puasa.
  • Kursi terbatas untuk 100 orang. Peminat bisa segera menghubungi kantor INSISTS, 021 7940381 HP 08111102549/081316663707/08176895797.
  • Pembayaran bisa melalui transfer ke Rek. BCA No. 4212344161 AN. ADIAN HUSAINI.
___________________________________________

Biodata Pembicara :


Adian Husaini, MA
Tmp/Tgl lahir: Bojonegoro/ 17 Desember 1965
 
Pendidikan:

- S-3:  Kandidat Doktor bidang pemikiran dan peradaban Islam di Universitas Islam Internasional Malaysia.

- S-2: Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta.

- S-1: Fakultas Kedokteran Hewan IPB

- Pesantren Ar-Rasyid Bojonegoro, Pesantren Ulil Albab Bogor & LIPIA Jakarta.
 
Aktitivitas :

1. Dosen (luar biasa mata kuliah Islamic Worldview) di Pasca Sarjana Program Studi Timur Tengah dan Islam--Universitas Indonesia

2. Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

3. Wakil Ketua Komisi Hubungan antar-agama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

4. Pengurus Majelis Tabligh PP Muhammadiyah

5. Penulis tetap program ”CATATAN AKHIR PEKAN ADIAN HUSAINI” di Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com
 
Pengalaman:

- Guru Biologi
- Wartawan Harian Berita Buana dan Republika
- Dosen jurnalistik Universitas Ibnu Khaldun Bogor
- Analis berita di Radio Muslim FM.
 
Buku-buku yang sudah ditulis telah lebih dari 20 judul buku, diantaranya:

1. Pragmatisme Politik Luar Negeri Zionis Israel (2003)

2. Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya (2002).

3. Tinjauan Historis Konflik Yahudi, Kristen, Islam (2004).

4. Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal (2005) – buku ini mendapat penghargaan sebagai buku terbaik untuk kategori non-fiksi dalam Islamic Book Fair di Jakarta tahun 2006.

5. Pluralisme Agama: Parasit Bagi Agama-agama (DDII, 2006).

6. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi (2006) – buku terbaik ke-2 dalam Islamic Book Fair tahun 2007.


Adnin Armas, M.A menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo tahun 1992 dan melanjutkan ke Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), dalam bidang Filsafat. Memperoleh Sarjana dari International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) bidang Pemikiran Islam (Islamic Thought) dengan tesis berjudul Fakhruddin arRazi on Time pada tahun 2003.

Saat ini beliau adalah kandidat doktor di ISTAC UIAM aktif sebagai peneliti INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Karya beliau antara lain adalah: Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an; Pengaruh Orientalis terhadap Islam Liberal. Di samping itu beliau sangat aktif menulis artikel-artikel ilmiah di beberapa majalah dan surat kabar di Indonesia.

Karya tulis :

- Menjernihkan Ide Kesatuan Agama (Republika, February 2003)

- Menelusuri Originalitas Gagasan Sekularisasi Nurcholish Madjid (Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 1, No. 2 (2003).

- Simbol Kegagalan Kristen Melawan Barat (Majalah Hidayatullah, December, 2003)

- Sekularisasi Menghempaskan Agama (Majalah Hidayatullah, February 2004)

- Pembela dan Penghadang Sekularisasi (Majalah Hidayatullah, March 2004)

- Tafsir al-Qur'an atau Hermeneutika al-Qur'an (Majalah Islamia, March 2004)

- Orientalisme dan Teori Pengaruh Terhadap Islam (Republika 6 May, 2004)

- Pengaruh Metodologi Bibel Terhadap Studi Al-Qur'an (Republika, 29 November 2004).

- Orientalis dan Studi Al-Qur'an: Tanggapan Atas Tanggapan (Republika, April 2005).

Books Published

- Christian and Orientalist Influences on Liberal Islam. An interactive dialogue with activists of the Liberal Islam Network, Jakarta: Gema Insani Press (GIP) 2003.

- Biblical Methodology in Qur'anic Studies: A Critical Analysis, Jakarta; Gema Insani Press (GIP) 2005.


Henri Shalahuddin, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 5 September 1975, putra keenam dari pasangan M. Subhi Ali (aIm) dan Mardhiyyah (almh). Pendidikan formalnya dimulai di SDN I Sumberrejo Bojonegoro (1982-1988), MTs al-Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro (1989) dan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor (1989-1995). Melanjutkan jenjang Strata 1 (S1) di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Gontor (1995-1999) di fakultas Ushuluddin. Sedangkan pendidikan S2, ditempuhnya di International Islamic University Malaysia (HUM), Fakultas Islamic Revealed Knowledge and Human Science (IRKH), Department ofUsul aI-Din and Islamic Thought.

Di antara riset yang pernah ditulisnya dalam Bahasa Arab adalah: "Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama'ah min al-Usul al-Khamsah li l-Mu'tazilah" (Ahlussunah's Attitude toward Five Principles of Mu'tazilah, 120 halaman) di bawah bimbingan Drs. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A. Sebuah penelitian untuk memenuhi persyaratan S1 di ISID Gontor Indonesia. "Dawr al-Ghazali fi Tatwir Manhaj 'Ilmi l-Kalam min khilali Kitabihi al-Iqtisad fi l-l'tiqad" (al-Ghazali' s Role in Developing of Islamic Theology based on his Book al-Iqtisad fi l-l'tiqad). Tesis Master di IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 halaman, November 2003, di bawah bimbingan Prof. Dr. Abu Yaarib al-Marzouqi (Tunis) dan Prof. Dr. Ibrahim Zein (Sudan). Abstraknya telah dipublikasikan di Jurnal IIUM, "TAJDID", 8th year, February 2004, issue no. 15, sebagai salah satu tesis master terbaik.

Di samping itu, terdapat sebuah artikel penulis tentang aI-Imam al-Ghazali: Mu,tawwir Manhaj 'Ilmi l-Kalam yang dimuat dalam jurnal Pascasarjana, "al- Risalah", an Annual Academic Refereed Journal, Fourth Year - December 2004 - Dhul al-Qi'dah l424H-Issue No.4, Centre for Postgraduate Studies (CPS) IIUM dan beberapa artikel lainnya berbahasa Indonesia di Majalah Media Dakwah, Harian Republika, dan Majalah Hidayatullah.

Menikah dengan Elisabeth Diana Dewi (November 2004) dan dikarunia satu putra, Taif Ahmad Nabil (8 Januari 2006).

Penulis pernah aktif mengajar di beberapa lembaga pendidikan, di antaranya di Pondok Modern Darussalam Gontor (April 1995 - November 2000), dosen di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dalam materi Ilmu Kalam (Islamic Theology) sejak November 1999 hingga November 2000, Pesantren al-Rasyid Bojonegoro (Desember 2000-Juni 2001), dan Sekolah Rendah al-Amin Gombak Selangor, Malaysia (Januari-April 2002).

Beberapa pengalaman yang mengembangkan intelektual penulis di antaranya adalah menjadi asisten riset Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed (dosen IIUM asal Mesir mulai September-Desember 2003), asisten riset Prof. Dr. 'Abdul Qahhar Dawud al-'Ani (dosen IIUM asal Irak) editor karya-karya ilmiah di percetakan Kachi Trading. Sdn. Bhd. IIUM Kuala Lumpur (Maret-Juli 2003), dan petugas haji (Mission of Indonesian Hajj), Desember 2004-Februari 2005. Saat ini ia aktif sebagai peneliti dan sekretaris di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), dosen STID M. Natsir serta sebagai Freelance translator di beberapa penerbit dan majalah.

_______________________________________________


Tuesday, July 10, 2007

Diskusi INSISTS: "Kritik Terhadap Tafsir Feminis"

Start:     Jul 14, '07
Location:     Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan
Umat Islam tidak pernah meragukan bahwa kemukjizatan al-Qur'an menembus batas ruang dan waktu. Keunikan al-Qur'an sebagai wahyu, -baik dari sisi redaksi maupun maknanya-, mengharuskan umatnya untuk menempuh metodologi khusus yang sejalan dengan konsep wahyu dalam Islam, terlebih saat berinteraksi dengan kandungan ayat-ayatnya. Konsep wahyu dalam Islam secara selektif menolak segala metode penafsiran liar yang bertentangan dengan sifat dasar wahyu.

Dewasa ini, banyak usaha "membumikan" al-Qur'an melalui pendekatan tafsir jalanlain yang tidak pernah dikenal dalam khazanah keilmuan Islam. Al-Qur'an tidak lagi dipahami secara utuh dan menyeluruh, tetapi ditafsirkan secara parsial, lokal, kondisional dan temporal, demi menyesuaikan selera zaman dan penafsir. Bahkan seringkali bermunculan ide nyleneh yang memberi justifikasi keabsahan nilai-nilai modern dari Barat-Kristen dengan penafsiran ayat-ayat al-Qur'an. Di antara ide ini adalah memahami al-Qur'an dari sudut pandang jender (feminisme) yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, yang saat ini menjabat Guru Besar Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. NaÎr ×Émid AbË Zayd (liberal Mesir), Dr. Muhammad ShaÍrËr (liberal Syiria), dan lain-lain.

Bagi kalangan liberal, usaha menundukkan al-Qur'an dalam paham kesetaraan jender ala Barat, biasanya tidak dilakukan dengan cara menolak ayat-ayat al-Qur'an secara langsung. Tetapi dilakukan dengan memberikan penafsiran ayat-ayat melalui metode kritik sejarah. Metode kritik sejarah (historical criticism) adalah kritik sastera yang mengacu pada bukti sejarah atau berdasarkan konteks di mana sebuah karya ditulis, termasuk fakta-fakta tentang kehidupan pengarang/penulis serta kondisi-kondisi sejarah dan sosial saat itu.

Kemudian metode ini dicocok-cocokkan dengan teori asbÉb al-nuzËl dan khuÎËÎ al-sabab yang terdapat dalam kajian tafsir klasik. Dalam diskusi kali ini, pembahasan akan difokuskan pada metode liberal dalam mendudukkan al-Qur'an pada kerangka jender, beberapa contoh hasil penafsiran hermeneutis terhadap ayat-ayat al-Qur'an, dan penjelasan ketidaksesuaiannya metode ini dengan sifat dasar wahyu yang disertai kritik ringkas tentang hal ini.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, jikalau memang kritik sejarah dalam hermeneutika layak digunakan sebagai corak baru dalam metode tafsir al-Qur'an, maka sejauhmanakah keabsahan metode ini digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an? Apakah terbatas pada ayat-ayat yang dipandang merugikan perempuan, dan tidak pada laki-laki?

Ataukah metode kritik sejarah ini juga bisa digunakan untuk menafsirkan semua ayat-ayat al-Qur'an, baik yang terkait dengan tauhid, ibadah, hukum-hukum yang terkait dengan individu dan sosial, baik yang bersifat hukum kriminal maupun kekeluargaan, akhlak, kisah-kisah umat terdahulu, makanan, minuman, pakaian, serta bisakah juga diterapkan untuk mengkaji ayat-ayat yang bersifat muÍkamÉt dan mutashÉbihÉt, baik itu ayat-ayat yang lafadznya berindikasi qaÏ'i-Ðanni, muÏlaq-muqayyad, khÉs-'Ém dsb?!

Ataukah metode kritik sejarah baru digunakan untuk menafsirkan sebagian ayat dalam rangka menolak sebagian ajaran-ajaran Islam tertentu yang tidak sejalan dengan paham humanisme dan pandangan-pandangan hidup Barat-Kristen kontemporer?

Hadiri Diskusi Sabtuan INSISTS :

Kritik Terhadap Tafsir Feminis

Pembicara:
Henri Shalahuddin, MA

Waktu:
Sabtu, 14 Juli 2007 - Jam: 10:00 s/d 12:00 WIB

Tempat:
INSISTS
Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan
Tlp. 021-7940381
Terbatas untuk 40 peserta


Henri Shalahuddin, MA lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 5 September 1975, putra keenam dari pasangan M. Subhi Ali (aIm) dan Mardhiyyah (almh). Pendidikan formalnya dimulai di SDN I Sumberrejo Bojonegoro (1982-1988), MTs al-Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro (1989) dan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor (1989-1995). Melanjutkan jenjang Strata 1 (S1) di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Gontor (1995-1999) di fakultas Ushuluddin. Sedangkan pendidikan S2, ditempuhnya di International Islamic University Malaysia (HUM), Fakultas Islamic Revealed Knowledge and Human Science (IRKH), Department ofUsul aI-Din and Islamic Thought.

Di antara riset yang pernah ditulisnya dalam Bahasa Arab adalah: "Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama'ah min al-Usul al-Khamsah li l-Mu'tazilah" (Ahlussunah's Attitude toward Five Principles of Mu'tazilah, 120 halaman) di bawah bimbingan Drs. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A. Sebuah penelitian untuk memenuhi persyaratan S1 di ISID Gontor Indonesia. "Dawr al-Ghazali fi Tatwir Manhaj 'Ilmi l-Kalam min khilali Kitabihi al-Iqtisad fi l-l'tiqad" (al-Ghazali' s Role in Developing of Islamic Theology based on his Book al-Iqtisad fi l-l'tiqad). Tesis Master di IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 halaman, November 2003, di bawah bimbingan Prof. Dr. Abu Yaarib al-Marzouqi (Tunis) dan Prof. Dr. Ibrahim Zein (Sudan). Abstraknya telah dipublikasikan di Jurnal IIUM, "TAJDID", 8th year, February 2004, issue no. 15, sebagai salah satu tesis master terbaik.

Di samping itu, terdapat sebuah artikel penulis tentang aI-Imam al-Ghazali: Mu,tawwir Manhaj 'Ilmi l-Kalam yang dimuat dalam jurnal Pascasarjana, "al- Risalah", an Annual Academic Refereed Journal, Fourth Year - December 2004 - Dhul al-Qi'dah l424H-Issue No.4, Centre for Postgraduate Studies (CPS) IIUM dan beberapa artikel lainnya berbahasa Indonesia di Majalah Media Dakwah, Harian Republika, dan Majalah Hidayatullah.

Menikah dengan Elisabeth Diana Dewi (November 2004) dan dikarunia satu putra, Taif Ahmad Nabil (8 Januari 2006).

Penulis pernah aktif mengajar di beberapa lembaga pendidikan, di antaranya di Pondok Modern Darussalam Gontor (April 1995 - November 2000), dosen di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dalam materi Ilmu Kalam (Islamic Theology) sejak November 1999 hingga November 2000, Pesantren al-Rasyid Bojonegoro (Desember 2000-Juni 2001), dan Sekolah Rendah al-Amin Gombak Selangor, Malaysia (Januari-April 2002).

Beberapa pengalaman yang mengembangkan intelektual penulis di antaranya adalah menjadi asisten riset Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed (dosen IIUM asal Mesir mulai September-Desember 2003), asisten riset Prof. Dr. 'Abdul Qahhar Dawud al-'Ani (dosen IIUM asal Irak) editor karya-karya ilmiah di percetakan Kachi Trading. Sdn. Bhd. IIUM Kuala Lumpur (Maret-Juli 2003), dan petugas haji (Mission of Indonesian Hajj), Desember 2004-Februari 2005. Saat ini ia aktif sebagai peneliti dan sekretaris di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), dosen STID M. Natsir serta sebagai Freelance translator di beberapa penerbit dan majalah.


Thursday, July 5, 2007

Diskusi INSISTS: "Pengalaman Belajar Islam di Barat"

Start:     Jul 7, '07
Tema :

Pengalaman Belajar Islam di Barat

Pembicara :

Dr. Syamsuddin Arif Ph.D*
(Orientalisches Seminar, Universitas Frankfurt)

Waktu :

Sabtu, 7 Juli 2007 Pukul 13.00 WIB

Tempat :

INSISTS
Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization
Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan
Tlp. 021-7940381 SMS Centre: 08111102549

Peserta Tidak Terbatas


Syamsuddin Arif, lahir 19 Agustus 1971 di Jakarta, tamat dari KMI Gontor 1989. Setelah dua tahun mengaji dan mengabdi di Majlis Qurra’ wa-l Huffazh, Tuju-tuju, Bone (Sulawesi Selatan), menempuh program S1 di International Islamic University Malaysia (IIUM) sampai selesai 1996. Kemudian melanjutkan program S2 di International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) sampai selesai 1999 dengan tesis, “Ibn Sina’s Theory of Intuition”, di bawah bimbingan Alparslan Açikgenç.

Program S3-nya di ISTAC diselesaikannya pada 2004 dengan disertasi berjudul “Ibn Sina’s Cosmology: A Study of the Appropriation of Greek Philosophical Ideas in 11th Century Islam”, di bawah supervisi Paul Lettinck. Saat ini ia tengah menggarap disertasi keduanya di Orientalisches Seminar, Universitas Frankfurt, yang disponsori oleh DAAD Jerman.

Ia pernah mengajar selama dua semester di Matriculation Centre IIUM, menjadi staf Publications Unit di ISTAC, dan dikirim oleh ISTAC ke Istanbul (Turki) selama dua bulan atas undangan IRCICA untuk mempelajari seni khat langsung dari Hasan Celebi (murid Hamid al-Amidi).
    
Di samping Arab dan Inggris, bahasa yang telah (dan masih terus) dipelajarinya antara lain Greek, Latin, Jerman, Perancis, Hebrew dan Syriac. Karya tulisnya yang telah diterbitkan antara lain: “Intuition and Its Role in Ibn Sina’s Epistemology” dalam al-Shajarah, vol. 5, no.1 (2000): 95-126, “Sufi Epistemology: Ibn ‘Arabi on Knowledge and Knowing” dalam Afkar, no.3 (2002): 81-94, dan “Intuitive Knowledge in Ibn Sina: Its Distinctive Features and Prerequisites” dalam al-Shajarah vol.7, no.2 (2002). Ia juga aktif menulis di media masa nasional seperti Republika dan Hidayatullah.

Source : insists.multiply.com

Thursday, June 21, 2007

Diskusi INSISTS: Benih Liberalisme Dalam Pemikiran Muhammad Abduh

Start:     Jun 23, '07

Benih Liberalisme Dalam Pemikiran Muhammad Abduh


Pembicara: Drs. Tabrani Sabirin MA

- Wakil Ketua Majelis Tabligh, PP Muhammadiyah
- Direktur Tabloid "Suara Islam"
- Anggota MUI, Komisi Hub. Luar Negeri


Tempat: Kantor INSISTS Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan
Tlp. 021-7940381
Waktu: Hari Sabtu
tanggal 23 Juni 2007
Pukul 10:00 s/d 12:00 WIB 


Ketentuan Umum:

Makalah hanya tersedia bagi 40 orang peserta

Peserta wajib registrasi terlebih dahulu by phone or SMS Centre 08111102549

Infaq untuk makalah

Monday, June 4, 2007

Diskusi INSISTS: Worldview Islam Sebagai Framework Kajian Ilmu-ilmu Islam

Start:     Jun 9, '07
Location:     Jl. Kalibata Utara II No. 84
Worldview Islam Sebagai Framework Kajian Ilmu-ilmu Islam


Pembicara: DR. Hamid Fahmy Zarkasyi*

Tempat: Kantor INSISTS
Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan
Tlp. 021-7940381
Waktu: hari Sabtu, tanggal 9 Juni 2007
Pukul 10:00 s/d 12:00 WIB

Ketentuan Umum:

- Makalah hanya tersedia bagi 40 orang peserta

- Peserta wajib registrasi terlebih dahulu by phone or SMS 08176895797

- Infaq untuk makalah



Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A. Ed, M. Phil, lahir di Gontor, 13 September 1958, adalah putra ke-9 dari KH Imam Zarkasyi, pendiri Pesantren Modern Gontor Ponorogo.

Beliau juga Pemimpin Redaksi Majalah ISLAMIA dan direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), lulus program Ph.D. dari International Institute of Islamic Thought and Civilization - International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) Malaysia pada 6 Ramadhan 1427 H/29 September 2006, setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ‘Al-Ghazali’s Concept of Causality’, di hadapan para penguji yang terdiri atas Prof. Dr. Osman Bakar, Prof. Dr. Ibrahim Zein, dan Prof. Dr. Torlah.

Prof. Dr. Alparslan Acikgence, penguji eksternal dari Turki, memuji kajian Hamid terhadap teori kausalitas al-Ghazali pada kajian sejarah pemikiran Islam. Sebab, pendekatan Hamid terhadap konsep kausalitas al-Ghazali telah menjelaskan sesuatu yang selama ini telah dilewatkan oleh kebanyakan pengkaji al-Ghazali.

Saturday, May 26, 2007

Makalah Dirasatul Firaq - KH Drs. Siddiq Amien, MBA




Makalah dari Diskusi PERSIS: "Cara Mudah Mengenali Kesesatan Suatu Aliran dan Menghadang Perkembangannya", 24 Mei 2007. Bertempat di PW PERSIS, Jl. Johar Baru 1/22 RT. 03 RW. 09 Jakarta Pusat. Dengan pembicara ketua umum PW PERSIS KH Drs. Siddiq Amien, MBA.

Kalau ada teman-teman yang mau menerjemahkan kembali, Alhamdulillah, mudah-mudahan menjadi amal baik di sisi Allah :)

Thursday, May 24, 2007

Diskusi PERSIS: "Cara Mudah Mengenali Kesesatan Suatu Aliran dan Menghadang Perkembangannya"

Start:     May 24, '07
Assalamu'alaikum,

Malam ini (24 Mei 2007) di akan ada kajian di PW PERSIS (Persatuan Islam) Jakarta pukul 19.00, di Jl. Johar Baru 1/22 RT. 03 RW. 09 Jakarta Pusat. Dengan pembicara ketua umum PW PERSIS KH Drs. Siddiq Amien, MBA. Tema yang akan dibahas adalah, "Cara Mudah Mengenali Kesesatan Suatu Aliran dan Menghadang Perkembangannya".

Mudah-mudahan info ini bisa bermanfaat.

Wassalamu'alaikum

Wednesday, May 23, 2007

Diskusi INSISTS: Pemikiran Khilafah Sayyid Qutb

Start:     May 26, '07
Sayyid Qutb, tokoh yang dijuluki oleh Prof Leonard Binder sebagai penggagas radikalisme Islam, menarik dikaji pemikirannya. Binder mencoba memisahkan pemikiran Qutb dengan pemikiran-pemikiran tokoh Ikhwan lainnya. Beberapa orientalis Barat malah menjulukinya sebagai “the founder of terrorism”. Pemikiran Qutb tentang jihad atau radikalisme telah banyak dikaji.

Kini kita mencoba mengkaji pemikirannya tentang Khilafah atau Negara Islam. Bagaimana pemikiran Qutb tentang Khilafah Islamiyah? Mengapa ia bersama Gamal Abdul Nasser menggulingkan Raja Fuad? Mengapa Sayyid Qutb menginginkan Islam sebagai dasar Negara Mesir? Kajian dan Diskusi INSISTS Sabtu ini akan mencoba menjawabnya.

Diskusi ini insya Allah akan diadakan pada:

Hari/tgl: Sabtu/26 Mei 2007
Pemateri: Nuim Hidayat, MSi
Jam: 10.00-12.00 WIB
Tempat: Sekretariat Insists, Jl Kalibata Utara II/84, Jaksel Tlp. 021-7940381

Note: Peserta terbatas maksimal 40 orang. Free of charges.

Biografi singkat Pemateri:

Nuim Hidayat, lahir Bojonegoro 20 Juli 1969. Pendidikan S1 diselesaikan di IPB Bogor dan S2 di UI, Program Kajian Timur Tengah dan Islam. Sejak kecil telah bergelut dengan dunia pesantren hingga mahasiswa. Mantan wartawan dan Dosen di Univ Ibn Khaldun serta STID M Natsir ini telah menulis beberapa buku diantaranya: Sayyid Qutb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, Islam Liberal, Theo Syafei dan Bara di Kupang dan lain-lain. Ia juga sering menulis di media massa, diantaranya: Media Dakwah, Sabili, Hidayatullah, Adz Zikra, Republika, Gatra dan lain-lain. Kini selain mengajar mahasiswa, ia juga menjadi Sekjen Dewan Dakwah Islamiyah Depok dan Kepala Bagian Penerbitan Gema Insani.


Wednesday, May 9, 2007

Diskusi INSISTS: Al-Qur'an Dihujat

Start:     May 12, '07
Penghujatan al-Qur'an terbaru dilakukan dalam kolom Opini Koran Tempo 4/5/07, Pewahyuan al-Qur'an: Antara Budaya dan Sejarah, yang memaparkan bahwa al-Qur'an adalah karya bersama antara Allah, Roh Kudus dan Muhammad. Sebelumnya, telah berjubel artikel, buku, suasana perkuliahan (baca: pelatihan) dan seminar yang cenderung menghujat al-Qur'an. Ternyata ujung-ujungnya yang dijadikan rujukan para penghujat al-Qur'an itu adalah Nasr Hamid Abu Zayd, tokoh liberal asal Mesir. Bahkan, di antara aktivis liberal ada yang memujanya, gara-gara mengamati selera makan Abu Zayd dan cara memilih toilet. (al-Qur'an Dihujat, hal 96). Sebuah alasan yang tidak seharusnya dilakukan oleh kalangan yang mengidentitaskan dirinya dengan sikap rasional dan keterbukaan.

Al-Qur'an dihujat tidak secara fisik, tapi melalui penyelewengan konsep wahyu dan metodologi tafsir. Ini jauh lebih berbahaya dibandingkan penghujatan al-Qur'an yang dilakukan tentara Amerika dengan membuang mushaf ke toilet, atau cara-cara para penghujat mushaf al-Qur'an secara fisik. Sebab penghujatan al-Qur'an non-fisik, dilakukan dengan metode ilmiah dan tidak langsung disadari oleh kaum Muslimin. Bahkan, bila pelakunya adalah seorang professor, doktor maupun rektor, umat Islam mudah tertipu dan menyangkanya suatu kebenaran ilmiah.

Bahaya terbesar dari penghujatan al-Qur'an non-fisik adalah menyesatkan akal pikiran umat Islam yang hendak kembali pada ajaran al-Qur'an dan Hadits secara benar. Sebab konsep wahyu al-Qur'an yang bersifat final dan universal untuk segala tempat dan zaman akan digeser dengan konsep evolusi Darwin. Sehingga kebenaran al-Qur'an hanya bersifat temporal dan lokal, khusus untuk suatu masa, bangsa dan tempat tertentu. Metodologi tafsir al-Qur'an yang telah dikembangkan oleh para ulama berwibawa yang memperhatikan segala aspek dalam memahami al-Qur'an jauh lebih ilmiah, dibanding teori interpretasi hermeneutika yang tengah dikembangkan neo-orientalis di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Inilah sesungguhnya yang menjadi tantangan kontemporer bagi umat saat memperingati Nuzulul Qur'an setiap tahunnya.Umat Islam saat ini memerlukan puluhan ribu hujjatul Islam, syeikul Islam dan generasi al-Qur'an yang memperjuangkan ajaran Islam secara kafah dalam menghadapi perongrongan global akidah dan syariat Islam. Kejayaan Islam harus dibina kembali dari budaya ilmu. Sebab agama Islam dan peradabannya tumbuh dan berkembang pesat dengan ilmu pengetahuan. Kemudian peradaban Islam surut dan merosot saat umatnya melalaikan budaya ilmu yang telah dikembangkan oleh para ulama pendahulu. Padahal Allah SWT telah mengingatkan:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah. (QS. Al-Nisa’: 9)

Rasulullah SAW pun bersabda: “Janganlah engkau menanyakan sesuatu urusan agama kepada Ahlul Kitab, karena mereka tidak akan memberimu petunjuk dan telah tersesat. Bisa jadi engkau akan membenarkan yang batil atau mendustakan yang benar (haq). Dan sungguh bila saja Nabi Musa masih hidup di antara kalian, pastilah beliau akan mengikutiku” (Musnad Ahmad, Baqi Musnad al-Muktsirin, 14.104).

Apa sajakah teori penghujatan al-Qur'an non-fisik yang tengah dikembangkan golongan anti-ilmu yang menganut paham relativisme ini? Siapakah yang tergolong dalam barisannya? Bagaimanakah profil penghujat al-Qur'an yang dijadikan rujukan kalangan liberal cabang Indonesia ini? Dan dimanakah titik kelemahan argumentasi mereka? Silahkan menyimak lebih lanjut dalam diskusi sabtuan INSISTS.

Tempat: Kantor INSISTS Jl. Kalibata Utara II/84 Jakarta
Pembicara: Henri Shalahuddin, MA*
Waktu : Sabtu 12 Mei 2007, 10.00 – 12.00
Tempat : Kantor INSISTS
Jl. Kalibata utara II/84 Jakarta,
021-7940381


HENRI SHALAHUDDIN, S.Ag, MIRKH
Bojonegoro, 5 September 1975


Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. 1989 - 1995.

Institute for Islamic Studies Darussalam (ISID), Gontor, Majoring in Usul al-Din and Comparative Religion. 1995-1999 (Bachelor)

Master of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, majoring in Usul al-Din and Comparative Religion, International Islamic University Malaysia (IIUM). June 2001-August 2004

Teacher at Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. April 1995 - November 2000.

Lecturer in Institute of Islamic Studies Darussalam (ISID) Gontor Indonesia (i.e. Islamic Theology, Comparative Religion). November 1999 - November 2000

Arabic teacher at al-Rashid (Senior High School), Bojonegoro East Java Indonesia for five months (December 2000-June 2002).

Arabic Teacher (Volunteer) at al-Amin (Primary School) Gombak Selangor, for three months, January - April 2002

A research assistant for Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed, (lecturer at International Islamic University Malaysia, IIUM), from September - December 2003

Editor in Kachi Trading. Sdn. Bhd for publishing and printing IIUM for four months. March - July 2003.

Moderator for Indonesian Inter-parties Dialogue, between politicians, workers and students, Indonesia Embassy (KBRI) Kuala Lumpur, November 2003

Chief of KPPS-LN (The Coordinator Group for Indonesia General Election), Kuala Lumpur. April-September, 2004.

Mission of Indonesian Hajj, Desember 2004 - February 2005.

Secretary for Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization. 2005 - present

Free lance translator at Gema Insani Press (GIP) for publishing and printing. 2005 - present
______________________________

“Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama’ah min al-Usul al-Khamsah li l-Mu’tazilah” (Ahlussunah’s Attitude toward Five Principles of Mu’tazilah). A research to fulfill the requirement of first degree (Sarjana S1), october 5, 1999, ISID Gontor Indonesia, 120 pages. Its abstract was published by ‘Kalimah’ (Journal for Religion Studies and Islamic Thought), vol. 1, no. 1, September 2002, Faculty of Usul al-Din ISID Gontor. 2 pages

• Interview on “Pluralisme Agama dan Civil Religion”, with Dr. Anis Malik Thaha (lecturer in IIUM, Department of Comparative Religion). This interview was published by ‘Kalimah’ (vol.2 May 2003, 7 pages) and ‘Republika’ (National Dayli Newspaper) on Friday, April 4, 2003.

“Dawr al-Ghazali fi Tatwir Manhaj ‘Ilmi l-Kalam min khilali Kitabihi al-Iqtisad fi l-I’tiqad” (=al-Ghazali’s Role in Developing of Islamic Theology based on his Book al-Iqtisad fi l-I’tiqad). Master thesis, IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 pages, November 2003. Its Abstract was published by TAJDID, IIUM journal, 8th year, February 2004, issue no. 15, as the best master thesis in Faculty of Usul al-Din.

• Konsep Ahl al-Kitab dalam Tradisi Islam, Islamia Magazine, year 1, no. 4, January – March 2005, pp.71 – 80. Translated article: “The concept of The People of the Book (Ahl al-Kitab) in Islamic Religious Tradition”, written by Dr. M. Azizan Sabjan & Dr. Noor Shakirah Mat Akhir, School of Humanities Universiti Sains Malaysia, Penang.

• Islam Demokratis-Sipil: Partner, Sumber Daya dan Strategi, al-Insan, Journal for Islamic studies, no. 3, vol. 2, 2006. pp. 114-119. translated article: “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies (Review)”, written by Kareem M. Kamel

• Memaknai Liberalisme, kolom opini Republika, 5 April 2007
• Poligami dan Gerakan Feminisme Global, Hidayatullah.com 4 Januari 2007.
• Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern, makalah disampaikan pada diskusi sabtuan INSISTS, 17 Februari 2007.
• Kebebasan dan Kebenaran, Catatan untuk Azyumardi Azra, Kolom Opini Republika, 11 September 2006.
• Fanatisme Presiden Bush, kolom opini Republika, 20 Nov 2006.

Monday, April 23, 2007

Diskusi INSISTS: Akal dan Posisinya Dalam Islam: Kritik Terhadap Rasionalisme Mu'tazilah versi Harun Nasution

Start:     Apr 28, '07
Diskusi INSISTS:  Akal dan Posisinya Dalam Islam: Kritik Terhadap Rasionalisme Mu'tazilah versi Prof. Dr. Harun Nasution

Kedudukan akal dalam Islam sangat terhormat, bahkan melebihi agama-agama lain dalam memberi penghargaan kepadanya. Sebagai risalah Ilahiyyah terakhir, Islam mempersyaratkan kewajiban menjalankan agama bagi orang yang berakal. Artinya, orang yang hilang akalnya tidak diwajibkan mengerjakan perintah atau menjauhi larangan-Nya.Dalam al-Qur'an, kata-kata yang berakar pada 'aql bertaburan di berbagai surat. Kata-kata: afala ta'qilun (Maka tidakkah kamu menggunakan akalmu?; Tidakkah kamu berfikir?) terulang dalam al-Al-Qur'an tidak kurang dari 13 kali.

Kata la'allakum ta'qilun (agar kamu mengerti/memahami) terulang sekitar 8 kali; li qaumin ya'qilun (untuk kaum yang menggunakan akalnya/memikirkan) sekitar 8 kali; belum lagi kata-kata na'qilu, ya'qiluna biha, ya'qiluha, takunu ta'qilun, dsb. Penghargaan terhadap akal yang sedemikian agung dalam Islam, bukan berarti akal dibiarkan bebas berkelana liar tanpa batas dan arahan, terutama saat berhadapan dengan ketentuan wahyu.

Dalam aliran teologi Islam, dikenal madzhab Mu'tazilah yang kerap kehilangan kendali dalam pengagungannya terhadap kedudukan akal. Bahkan seringkali wahyu pun harus "tunduk" mengikuti kehendak akal manusia, seperti terlihat jelas dalam konsep baik dan buruk menurut Mu'tazilah yang didasarkan pada akal (al-husnu wal qubhu 'aqliyani), ketidakberdayaan Tuhan melakukan hal-hal yang "buruk", hingga urusan surga dan neraka yang seharusnya menjadi hak mutlak Tuhan pun di atur oleh akal, seperti yang tersusun dalam konsep al-ihbath wat takfir.

Penghargaan berlebihan terhadap akal juga terkesan mendominasi prinsip-prinsip keimanan Mu'tazilah yang lima (al-ushul al-khamsah), seperti prinsip tauhid, adil, janji dan ancaman, kedudukan di antara dua kedudukan dan amar ma'ruf nahi munkar.Anehnya, paham Mu'tazilah justru dijunjung tinggi oleh Prof. Harun Nasution. Ini terlihat jelas saat beliau membandingkan antara paham Asy'ariyyah dan Mu'tazilah:"Kalau kaum Mu'tazilah banyak percaya pada kekuatan akal manusia, kaum Asy'ariyyah banyak bergantung pada wahyu. Sikap yang dipakai kaum Mu'tazilah ialah mempergunakan akal dan kemudian memberi interpretasi pada teks atau nas wahyu sesuai dengan pendapat akal.

Kaum Asy'ariyyah, sebaliknya, pergi terlebih dahulu kepada teks wahyu dan kemudian membawa argumen-argumen rasionil untuk teks wahyu itu. Kalau kaum Mu'tazilah banyak memakai ta'wil atau interpretasi dalam memahami teks wahyu, kaum Asy'ariyyah banyak berpegang pada arti lafzi atau letterlek dari teks wahyu. Dengan lain kata kalau kaum Mu'tazilah membaca yang tersirat dalam teks, kaum Asy'ariyyah membaca yang tersurat".Demikianlah pemaparan Prof. Harun yang memuja paham Mu'tazilah dengan merendahkan madzhab Asy'ariyyah dalam bukunya "Islam ditinjau dari berbagai aspeknya" (hal. 42) yang dijadikan diktat wajib di perguruan tinggi Islam hingga kini.

Sehingga aliran Asy'ariyyah –yang dikesankan sebagai madzhab yang tidak rasionil--, beliau klaim tidak sesuai dengan kaum terpelajar Islam yang mendapat pendidikan Barat.Sudah proporsionalkah pemujaan Prof. Harun Nasution terhadap rasionalitas Mu'tazilah? Apa komentar Prof Rasjidi terhadap pemikian Harun ini? Bagaimanakah sebenarnya pendapat Mu'tazilah dan Asy'ariyyah tentang kedudukan akal dan wahyu? Apakah definisi akal sebenarnya? Dimanakah batasan-batasannya?

Kajian lebih lanjut dapat anda simak pada Diskusi Sabtuan di kantor INSISTS. Makalah dan tempat duduk terbatas untuk 40 orang.

Pembicara: Henri Shalahuddin, MA*
Waktu      : 10.00 – 12.00
Tempat    :  Kantor INSISTS
                  Jl. Kalibata utara II/84 Jakarta,
                  021-7940381


HENRI SHALAHUDDIN, S.Ag, MIRKH
Bojonegoro, 5 September 1975


Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. 1989 - 1995.

Institute for Islamic Studies Darussalam (ISID), Gontor, Majoring in Usul al-Din and Comparative Religion. 1995-1999 (Bachelor)

Master of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, majoring in Usul al-Din and Comparative Religion, International Islamic University Malaysia (IIUM). June 2001-August 2004

Teacher at Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. April 1995 - November 2000.

Lecturer in Institute of Islamic Studies Darussalam (ISID) Gontor Indonesia (i.e. Islamic Theology, Comparative Religion). November 1999 - November 2000

Arabic teacher at al-Rashid (Senior High School), Bojonegoro East Java Indonesia for five months (December 2000-June 2002).

Arabic Teacher (Volunteer) at al-Amin (Primary School) Gombak Selangor, for three months, January - April 2002

A research assistant for Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed, (lecturer at International Islamic University Malaysia, IIUM), from September - December 2003

Editor in Kachi Trading. Sdn. Bhd for publishing and printing IIUM for four months. March - July 2003.

Moderator for Indonesian Inter-parties Dialogue, between politicians, workers and students, Indonesia Embassy (KBRI) Kuala Lumpur, November 2003

Chief of KPPS-LN (The Coordinator Group for Indonesia General Election), Kuala Lumpur. April-September, 2004.

Mission of Indonesian Hajj, Desember 2004 - February 2005.

Secretary for Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization. 2005 - present

Free lance translator at Gema Insani Press (GIP) for publishing and printing. 2005 - present
______________________________

•    “Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama’ah min al-Usul al-Khamsah li l-Mu’tazilah” (Ahlussunah’s Attitude toward Five Principles of Mu’tazilah). A research to fulfill the requirement of first degree (Sarjana S1), october 5, 1999, ISID Gontor Indonesia, 120 pages. Its abstract was published by ‘Kalimah’ (Journal for Religion Studies and Islamic Thought), vol. 1, no. 1, September 2002, Faculty of Usul al-Din ISID Gontor. 2 pages

•    Interview on “Pluralisme Agama dan Civil Religion”, with Dr. Anis Malik Thaha (lecturer in IIUM, Department of Comparative Religion). This interview was published by ‘Kalimah’ (vol.2 May 2003, 7 pages) and ‘Republika’ (National Dayli Newspaper) on Friday, April 4, 2003.

•    “Dawr al-Ghazali fi Tatwir Manhaj ‘Ilmi l-Kalam min khilali Kitabihi al-Iqtisad fi l-I’tiqad” (=al-Ghazali’s Role in Developing of Islamic Theology based on his Book al-Iqtisad fi l-I’tiqad). Master thesis, IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 pages, November 2003. Its Abstract was published by TAJDID, IIUM journal, 8th year, February 2004, issue no. 15, as the best master thesis in Faculty of Usul al-Din.

•    Konsep Ahl al-Kitab dalam Tradisi Islam, Islamia Magazine, year 1, no. 4, January – March 2005, pp.71 – 80. Translated article: “The concept of The People of the Book (Ahl al-Kitab) in Islamic Religious Tradition”, written by Dr. M. Azizan Sabjan & Dr. Noor Shakirah Mat Akhir, School of Humanities Universiti Sains Malaysia, Penang.

•    Islam Demokratis-Sipil: Partner, Sumber Daya dan Strategi, al-Insan, Journal for Islamic studies, no. 3, vol. 2, 2006. pp. 114-119. translated article: “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies (Review)”, written by Kareem M. Kamel

•    Memaknai Liberalisme, kolom opini Republika, 5 April 2007
•    Poligami dan Gerakan Feminisme Global, Hidayatullah.com 4 Januari 2007.
•    Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern, makalah disampaikan pada diskusi sabtuan INSISTS, 17 Februari 2007.
•    Kebebasan dan Kebenaran, Catatan untuk Azyumardi Azra, Kolom Opini Republika, 11 September 2006.
•    Fanatisme Presiden Bush, kolom opini Republika, 20 Nov 2006.

Tuesday, April 17, 2007

Diskusi INSISTS: DAMPAK HERMENEUTIKA SCHLEIERMACHER DAN WILLIAM DILTHEY DALAM TAFSIR AL-QUR’AN: SUATU ANALISA

Start:     Apr 21, '07
Pembicara: Adnin Armas. Tempat: INSISTS ( Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan. Tlp. 021-7940381). Peserta: Terbatas untuk 50 orang.

Catatan: Calon peserta harap mendaftarkan diri terlebih dahulu karena tempat terbatas.

Saturday, April 14, 2007

Buku : Snouck Hurgronje dan Islam

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:P.SJ. Van Koningsveld
Judul : Snouck Hurgronje dan Islam
Judul asli : Snouck Hurgronje en Islam; Acht artkelen over leven en werk van een orientalist uit het koloniale tijdperk
Penulis : P.SJ. Van Koningsveld
Penerbit : PT. Girimukti Pasaka
Cet. I : 1989

Prof. Dr. Snouck Hurgronje (1857-1936) selama ini merupakan tokoh yang sangat kontroversial. Disanjung dipuja sebagai sarjana Islam yang cemerlang, tetapi juga dicaci maki sebagai seorang ahli muslihat yang hendak menghancurkan Islam dari dalam dengan pura-pura masuk Islam. Betapapun diakui oleh semua pihak bahwa pemerintah Belanda baru mempunyai garis kebijaksanaan tentang Islam didaerah jajahannya yang bernama Hindia Belanda (Indonesia) setelah Snouck Hurgronje menjadi penasehat pemerintah dalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam.

Christian Snouck Hurgronje, pada tahun 1884 mengadakan petualangan ke jazirah Arab, dan menetap di Jeddah sejak Agustus 1884 hingga Februari 1885, sebagai persiapan menuju Mekah, yang merupakan tujuan utama dari petualangannya. Snouck sampai di Mekah pada tanggal 22 Februari 1885 dengan menggunakan nama samaran Abdul Ghafar, karena memang Mekah tertutup untuk yang selain muslim. Dia menetap di Mekah selama enam bulan dan menghasilkan karya berjudul Makah. Namun akhirnya pada bulan Agustus, Snouck dipaksa keluar dari Mekah oleh konsul Prancis.

Selama ini di negeri Belanda, Snouck Hurgronje selalu dibicarakan dengan khidmat. Para sarjana Ketimuran seakan-akan menghindar dengan sengaja dari membahas segi-segi Snouck Hurgronje yang menimbulkan tanda tanya. Dia seakan-akan telah menjadi mitos yang tak boleh diganggu gugat. Tetapi seorang sarjana ahli bahasa Arab dan ke-Islaman dari almamater Snouck Hurgronje sendiri, Universitas Kerajaan Leiden, yaitu Dr. P.S.J Van Koningsveld dengan berani dan jujur mencoba mengorek segi-segi Snouck Hurgronje yang digelapkan, sehingga ia mendapat reaksi yang sangat hebat dari para pengagum Snouck.

Dalam buku Snouck Hurgronje dan Islam yang sengaja disusun oleh penulisnya untuk diterbitkan dalam terjemahan Indonesia oleh penerbit Girimukti Pasaka, Prof. Dr. Van Koningsveld mengumpulkan tulisan-tulisannya yang bertalian dengan tokoh kontroversial itu, sehingga para pembaca akan mendapat gambaran yang lebih menyeluruh. Kumpulan tulisan Van Koningsveld ini banyak mendapat pertentantangan dikalangan akademisi yang masih menjadi almamaternya di Leiden.

J.J Witkam, F. Schroder, Dr. L.I. Graf adalah orang-orang yang senantiasa menentang tulisan-tulisannya. Padahal mereka semua satu almamater dengan Van Koningsveld. Van Koningsveld adalah pembantu utama dalam pengkajian sejarah Islam di Fakultas Teologi Universitas Leiden. Banyak intrik-intrik yang terjadi selama pengungkapan kebenaran Van Koningsveld tentang fakta dan data sejarah Snouck Hurgronje.

Apakah Snouck Hurgronje itu seorang sarjana yang piawai, ataukah hanya seorang pegawai pemerintah kolonial yang hendak melestarikan penjajahan orang Kristen terhadap kaum Muslimin Indonesia? Apakah ia seorang "mufti Betawi" yang tulus, ataukah seorang palsu yang berdarah dingin yang mempergunakan ilmu pengetahuan sebagai alat penjajahan ?


PS : Buku ini saya dapatkan di Walisongo, Kwitang Jakarta Pusat. Harganya lupa, under 50rb....Walisongo akhir-akhir ini banyak menerbitkan buku-buku lama. Buku ini salah satunya

Monday, April 9, 2007

Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

Rating:★★★★★
Category:Other
Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

 
Istilah ”Islam inklusif” atau ”inklusivisme Islam" kini banyak digunakan dalam studi Islam. Banyak cendekiawan dan pejabat mulai mempopulerkan istilah tersebut. Prof. Nurcholish Madjid menyebut teologinya sebagai ”Teologi Inklusif”. Dr. Alwi Shihab juga menulis buku berjudul ”Islam Inklusif”. Banyak doktor dalam studi Islam yang secara resmi mengadopsi istilah ’Islam inklusif’ untuk menganalisis kaum Muslim. Dr. Fatimah Husein, dosen UIN Yogyakarta, misalnya, menulis disertasinya di Melbourne University, dengan judul: “Muslim-Christian Relations in The New Order Indonesia: The Exclusivist and Inclusivist Muslims Perspectives”.

Pada 20-22 Desember 2005, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menyelenggarakan acara ‘International Workshop for Islamic Higher Learning in Indonesia’, yang dalam TOR-nya menyatakan, “UIN, IAIN, STAIN have to be a center of learning that provides inclusive understanding of Islam, which are necessary for facing global situation.” Istilah “Islam inklusif”, ”Teologi Inklusif”, dan sejenisnya, mulai populer di kalangan cendekiawan Muslim, menyusul berakhirnya Konsili Vatikan II (1965). Banyak pengamat keagamaan yang kemudian membuat ulasan bahwa dalam Konsili tersebut Gereja Katolik telah mengubah teologinya dari “Teologi Eksklusif” menjadi “Teologi Inklusif.” Para analis agama itu menyatakan, bahwa Geraja Katolik tidak lagi memegang semboyan “extra ecclesiam nulla salus” (di luar Gereja tidak ada keselamatan), tetapi sudah mengakui bahwa “keselamatan juga bisa diperoleh
melalui agama lain.”

Tetapi, sejumlah pakar studi agama juga menolak analisis tersebut, dan menyatakan, bahwa Gereja Katolik tidak mengubah teologi eksklusifnya dalam Konsili tersebut. Perdebatan ini belum berakhir hingga kini. Tetapi, di kalangan kaum Muslim, istilah “Islam inklusif” dan sejenisnya telah diadopsi dan digunakan dalam kerangka pikir studi agama-agama. Ironisnya, istilah itu digunakan dengan serampangan dan diberi makna yang justru berbeda dengan apa yang dikenal dalam studi agama-agama, terutama dalam studi teologi Kristen.

Sebagai misal, dalam buku ‘Teologi Inklusif Cak Nur’ (2001), dikatakan, bahwa Teologi Inklusif merupakan alternatif dari "teologi eksklusif" yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Karena itu, dalam perspektif "Teologi Inklusif", klaim bahwa hanya agamanya saja yang benar dan menjadi jalan keselamatan, adalah teologi yang dianggap salah. Karena istilah ini sudah terlanjur dikembangkan dalam studi Islam di kampus-kampus Islam, maka perlu dikaji secara serius makna dan asal muasal istilah “Islam Inklusif” atau “Teologi Inklusif” tersebut, apakah memang sesuai dengan “Islamic worldview” atau tidak..

Untuk itu, masalah ini akan dikaji lebih jauh pada diskusi Sabtuan INSISTS pada 14 April 2007. Peminat dimohon menghubungi kantor INSISTS untuk mendaftarkan diri sebab tempat terbatas hanya untuk 50 orang.

Waktu      : 14 April 2007 Pukul 10.00-12.00
Tempat    : Kantor INSISTS, Jalan Kalibata Utara II/84
                 Jakarta. Tlp. 021-7940381
Pemateri :

Adian Husaini, MA, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1965. Pendidikan Islam diperoleh dari Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro (1971-1977), Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), dan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, LIPIA Jakarta (1988).

Gelar Master dalam bidang Hubungan Internasional diperoleh dari Pasca Sarjana Program Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul PRAGMATISME POLITIK LUAR NEGERI ISRAEL. Saat ini sedang menempuh pendidikan program Ph.D. di Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).

Aktivitas ilmiah dan organisasi adalah sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Juga menjabat sebagai Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam/KISDI, Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), dan Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pernah menjadi wartawan di Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma’had ‘Aly) Husnayain Jakarta.

Diskusi INSISTS: Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

Start:     Apr 14, '07
Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

 
Istilah ”Islam inklusif” atau ”inklusivisme Islam" kini banyak digunakan dalam studi Islam. Banyak cendekiawan dan pejabat mulai mempopulerkan istilah tersebut. Prof. Nurcholish Madjid menyebut teologinya sebagai ”Teologi Inklusif”. Dr. Alwi Shihab juga menulis buku berjudul ”Islam Inklusif”. Banyak doktor dalam studi Islam yang secara resmi mengadopsi istilah ’Islam inklusif’ untuk menganalisis kaum Muslim. Dr. Fatimah Husein, dosen UIN Yogyakarta, misalnya, menulis disertasinya di Melbourne University, dengan judul: “Muslim-Christian Relations in The New Order Indonesia: The Exclusivist and Inclusivist Muslims Perspectives”.

Pada 20-22 Desember 2005, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menyelenggarakan acara ‘International Workshop for Islamic Higher Learning in Indonesia’, yang dalam TOR-nya menyatakan, “UIN, IAIN, STAIN have to be a center of learning that provides inclusive understanding of Islam, which are necessary for facing global situation.” Istilah “Islam inklusif”, ”Teologi Inklusif”, dan sejenisnya, mulai populer di kalangan cendekiawan Muslim, menyusul berakhirnya Konsili Vatikan II (1965). Banyak pengamat keagamaan yang kemudian membuat ulasan bahwa dalam Konsili tersebut Gereja Katolik telah mengubah teologinya dari “Teologi Eksklusif” menjadi “Teologi Inklusif.” Para analis agama itu menyatakan, bahwa Geraja Katolik tidak lagi memegang semboyan “extra ecclesiam nulla salus” (di luar Gereja tidak ada keselamatan), tetapi sudah mengakui bahwa “keselamatan juga bisa diperoleh
melalui agama lain.”

Tetapi, sejumlah pakar studi agama juga menolak analisis tersebut, dan menyatakan, bahwa Gereja Katolik tidak mengubah teologi eksklusifnya dalam Konsili tersebut. Perdebatan ini belum berakhir hingga kini. Tetapi, di kalangan kaum Muslim, istilah “Islam inklusif” dan sejenisnya telah diadopsi dan digunakan dalam kerangka pikir studi agama-agama. Ironisnya, istilah itu digunakan dengan serampangan dan diberi makna yang justru berbeda dengan apa yang dikenal dalam studi agama-agama, terutama dalam studi teologi Kristen.

Sebagai misal, dalam buku ‘Teologi Inklusif Cak Nur’ (2001), dikatakan, bahwa Teologi Inklusif merupakan alternatif dari "teologi eksklusif" yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Karena itu, dalam perspektif "Teologi Inklusif", klaim bahwa hanya agamanya saja yang benar dan menjadi jalan keselamatan, adalah teologi yang dianggap salah. Karena istilah ini sudah terlanjur dikembangkan dalam studi Islam di kampus-kampus Islam, maka perlu dikaji secara serius makna dan asal muasal istilah “Islam Inklusif” atau “Teologi Inklusif” tersebut, apakah memang sesuai dengan “Islamic worldview” atau tidak..

Untuk itu, masalah ini akan dikaji lebih jauh pada diskusi Sabtuan INSISTS pada 14 April 2007. Peminat dimohon menghubungi kantor INSISTS untuk mendaftarkan diri sebab tempat terbatas hanya untuk 50 orang.

Waktu      : 14 April 2007 Pukul 10.00-12.00
Tempat    : Kantor INSISTS, Jalan Kalibata Utara II/84
                 Jakarta. Tlp. 021-7940381
Pemateri :

Adian Husaini, MA, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1965. Pendidikan Islam diperoleh dari Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro (1971-1977), Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), dan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, LIPIA Jakarta (1988).

Gelar Master dalam bidang Hubungan Internasional diperoleh dari Pasca Sarjana Program Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul PRAGMATISME POLITIK LUAR NEGERI ISRAEL. Saat ini sedang menempuh pendidikan program Ph.D. di Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).

Aktivitas ilmiah dan organisasi adalah sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Juga menjabat sebagai Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam/KISDI, Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), dan Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pernah menjadi wartawan di Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma’had ‘Aly) Husnayain Jakarta.

Tuesday, April 3, 2007

Diskusi INSISTS: Freemason dan Gagasan Pluralisme Agama

Start:     Apr 7, '07
Freemason dan Gagasan Pluralisme Agama  

Faham bahwa pada intinya semua agama sama tidak terlepas dari kuatnya pengaruh gerakan Freemason. Pada tanggal 17 November 1875, beberapa pengikut Freemason membentuk The Theosophical Society di New York. Seiring dengan perjalanan waktu, The Theosophical Society berkembang pesat di berbagai negara. Pada akhir abad 19, The Theosophical Society memiliki 500 cabang dalam 40 negara di Asia dan Barat.

The Theosophical Society di Perancis didirikan pada tahun 1887 oleh Gérard Encausse (1865-1916), juga seorang Mason. Encausse yang dikenal sebagai Papus adalah guru pertama Rene Guénon (1886-1951).  Pemikiran Guénon mengenai gagasan spritualisme dan Tradisi agama-agama tidak terlepas dari pengaruh pemikiran Papus. Gagasan Guénon dikembangkan lebih jauh lagi oleh Frithjof Schuon (1907-1998).

Dalam pandangan Schuon, sekalipun dogma, hukum, moral, ritual agama adalah berbeda, namun nun jauh di kedalaman masing-masing agama, ada ‘a common ground’. Menurut Schuon, agama-agama bertemu pada level transendent. Gagasan bahwa semua agama pada intinya adalah sama, merupakan inti pemikiran Schuon.

Tidak sedikit dari pemikir Muslim yang mengadopsi gagasan Schuon. Dalam diskusi Sabtuan INSISTS pada tanggal 7 April 2007 di Kalibata Utara II, No. 84, Adnin Armas akan membahas gagasan Pluralisme Agama dan kaitannya dengan Freemason. Diskusi ini akan sangat menarik untuk diikuti karena memang tidak banyak pemikir Muslim yang mengungkap gerakan Freemason dan gagasan Pluralisme Agama.

Pembicara         : Adnin Armas, MA

Tanggal/Jam      : Sabtu, 7 April 2007 10:00 s/d 12:00 WIB

Tempat             : INSISTS – Jl. Kalibata Utara II/84 Tlp. 021-7940381

Konfirmasi         : Nandi 08176895797

Untuk masksimal 40 Peserta. 
________________________________

Adnin Armas, M.A menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo tahun 1992 dan melanjutkan ke Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), dalam bidang Filsafat. Memperoleh Sarjana dari International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) bidang Pemikiran Islam (Islamic Thought) dengan tesis berjudul Fakhruddin arRazi on Time pada tahun 2003.

Saat ini beliau adalah kandidat doktor di ISTAC UIAM aktif sebagai peneliti INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Karya beliau antara lain adalah: Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an; Pengaruh Orientalis terhadap Islam Liberal. Di samping itu beliau sangat aktif menulis artikel-artikel ilmiah di beberapa majalah dan surat kabar di Indonesia.

Currently a Ph.D candidate at ISTAC-IIUM, Adnin obtained B.A. from International Islamic University Malaysia in 1997 and M.A in Islamic Thought from ISTAC in 2003. He is a prolific writer on Liberal Islam and Secularisation and some of his published articles are:

- Menjernihkan Ide Kesatuan Agama (Republika, February 2003)

- Menelusuri Originalitas Gagasan Sekularisasi Nurcholish Madjid (Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 1, No. 2 (2003).

- Simbol Kegagalan Kristen Melawan Barat (Majalah Hidayatullah, December, 2003)

- Sekularisasi Menghempaskan Agama (Majalah Hidayatullah, February 2004)

- Pembela dan Penghadang Sekularisasi (Majalah Hidayatullah, March 2004)

- Tafsir al-Qur'an atau Hermeneutika al-Qur'an (Majalah Islamia, March 2004)

- Orientalisme dan Teori Pengaruh Terhadap Islam (Republika 6 May, 2004)

- Pengaruh Metodologi Bibel Terhadap Studi Al-Qur'an (Republika, 29 November 2004).

- Orientalis dan Studi Al-Qur'an: Tanggapan Atas Tanggapan (Republika, April 2005).

Books Published

- Christian and Orientalist Influences on Liberal Islam. An interactive dialogue with activists of the Liberal Islam Network, Jakarta: Gema Insani Press (GIP) 2003.

- Biblical Methodology in Qur'anic Studies: A Critical Analysis, Jakarta; Gema Insani Press (GIP) 2005.