Friday, December 16, 2005

Jangan mundur wahai Al-Qarni !

Rating:★★★★★
Category:Other

eramuslim - Dr. Aidh al-Qarni, mungkin sedikit saja dari kita yang belum pernah mendengar nama ini. Nama Aidh al-Qarni beberapa tahun belakangan, memang nyaris menyedot perhatian banyak kaum Muslimin. Terlebih bagi mereka yang gemar membaca buku-buku Islam yang kini bak jamur di musim hujan.

Karya Aidh al-Qarni yang berjudul "Laa Tahzan" dan diterjemahkan dengan "Dont be Sad" atau "Jangan Bersedih", laris manis bak kacang goreng di pasar pembaca buku Islam Indonesia. Buku tersebut bahkan diterbitkan oleh puluhan penerbit dan umumnya mencapai angka penjualan yang fantastik. Hampir di setiap sampul buku tersebut, tercantum logo "best seller" yang menandakan buku itu memang termasuk golongan buku yang amat disukai pasar.

Berniat Uzlah dari Dunia Dakwah

Tapi, tahukah Anda apa yang kini sedang dialami oleh ulama yang dijuluki ulama semilyar umat itu? Sejumlah informasi di berbagai media, kini tengah mengangkat rencana pengunduran diri Syaikh Aidh al-Qarni dari dunia dakwah. Beberapa waktu lalu, Syaikh al-Qarni bahkan diundang khusus untuk datang ke rumah walikota Riyadh, Salman bin Abdel Aziz. Undangan untuk al-Qarni, menurut Salman, sebenarnya adalah untuk mengklarifikasi informasi tentang pernyataan al-Qarni yang ingin undur diri dari aktifitasnya berceramah.

Soal keinginan itu memang sudah dilansir sejumlah media sebelumnya, antara lain harian Asy-Syarq Ausath, yang memuat rangkaian syair milik Syaikh al-Qarni yang bertajuk "al-Qaraar al-akhiir" atau "keputusan terakhir."

Dalam rangkaian syair itu al-Qarni menyebutkan keputusannya untuk mengisolasi diri dari khalayak dan dakwah. al-Qarni menegaskan dirinya akan lebih banyak berdiam di rumah, mengkaji di perpustakaannya, lantaran tekanan dan respon negatif yang ia terima dari banyak pihak terkait sepak terjang dakwah yang dilakukannya. Anehnya, tekanan yang membebani Syaikh al-Qarni justru datang dari rekanannya sesama juru dakwah di ranah Saudi sendiri. Meski ada pula yang datang dari berbagai arus ideologi lain yang mengkritik dirinya. Namun, tetap saja yang paling membelenggu al-Qarni adalah tudingan dan tekanan yang datang dari teman-temannya itu.

Dalam pertemuan dengan walikota Riyadh itu, Salman bin Abdul Aziz melakukan klarifikasi tentang keputusan Syaikh al-Qarni yang membuatnya terhenyak itu. Salman juga meminta agar keputusan itu ditinjau ulang karena umat Islam sangat menginginkan dan membutuhkan kehadirannya di medan dakwah seperti yang selama ini sudah dilakukan syaikh al-Qarni.

Al-Qarni mengatakan dirinya sangat menghargai kegundahan dan keinginan yang disampaikan Salman, dan berjanji akan berpikir dan meninjau kembali rencananya akibat suasana yang sangat mempengaruhi kejiwaannya. Syaikh al-Qarni berjanji akan menyampaikan keputusannya satu bulan kemudian kepada Walikota Salman.

Qasidah atau syair yang ditulis al-Qarni sepanjang 70 bait itu disebarluaskan secara utuh oleh harian Al-Madinah terbitan Arab Saudi. Isi syair menghebohkan publik Saudi yang segera meminta klarifikasi dan meminta agar Syaikh al-Qarni membatalkan niatnya itu. Sejumlah organisasi dan pribadi mewakili kaum Muslimin di berbagai tempat resah dengan isi syair tersebut dan mengirimkan surat untuk Syaikh al-Qarni.

Koresponden Islamonline menyebutkan, "Sejumlah tokoh muslimat juga berupaya menenangkan Syaikh al-Qarni yang ingin mengundurkan diri dari dakwah. Mereka yang berikirim surat kepada Syaikh mengaku mewakili harapan banyak kaum Muslimat yang meminta agar syaikh al-Qarni membatalkan keinginannya, mengingat banyak sekali nasihat, ceramah dan buku-buku syaikh al-Qarni yang begitu berperan dalam perkembangan pemikiran dan pribadi Muslimat." Situs Islamonline bahkan membuka polling khusus untuk merespon para pengunjung situsnya, terhadap rencana mundurnya Syaikh al-Qarni dari dunia dakwah.

Atas desakan dan permintaan tersebut al-Qarni pun lalu mengatakan ingin berpikir dan menenangkan diri selama satu bulan. Ia tetap mengatakan bahwa dirinya memang cenderung untuk melakukan uzlah dari khalayak karena respon dan tekanan yang kerap ia terima.

Ada apa dengan Syaikh al-Qarni?

Lalu apa sebenarnya yang menjadi inti keresahan al-Qarni hingga tokoh yang banyak membangkitkan motifasi masyarakat luas itu merasa terhimpit dan ingin mengambil langkah yang mungkin justru bertolak belakang dengan seruannya selama ini?

Al Qarni mengatakan, "Aku menerima tuduhan yang banyak sekali. Orang-orang yang mengaku mendalami hadits menuduhku sebagai khawarij. Orang-orang yang berpaham takfir (mengkafirkan) menudingku sebagai ulama penguasa. Sebagian orang yang ada di lapangan politik memandangku sebagai orang yang plin-plan. Bahkan ada pula yang mengatakan diriku oportunis yang hanya mengambil untung dari situasi tertentu. Ada juga yang memfitnah dan mengatakan aku mengganti kulit untuk memperkaya diri...." Inilah yang ternyata yang menjadi inti kegelisahan Syaikh al-Qarni. Tudingan dan tuduhan yang seperti memekakkan telinga dan membebani hatinya.

Rangkaian tuduhan itu makin nyaring di telinga al-Qarni, ketika ia terlibat menjadi salah satu bintang dalam film dokumenter berjudul "Nisaa bila Dzill” yang diproduksi oleh wanita Saudi Haifa Mansur. Hasil film dokumenter itu lalu dipublikasikan pada tanggal 12 Maret 2005 di salah satu gedung konsulat Prancis di Jeddah. Dalam film itu, Syaikh al-Qarni mendapat kritikan keras karena fatwanya yang membolehkan wanita menampakkan wajahnya. al-Qarni bahkan mengomentari bahwa tragedi fatwa itu memang mewakili sebagian dari penderitaan yang ia alami.

Siapa Syaikh al-Qarni?

Masih belum banyak yang tahu detail tentang profil ulama besar Saudi yang namanya mencuat jadi buah bibir masyarakat Saudi dan berbagai belahan dunia Islam itu. Pada bulan Ramadhan lalu, Syaikh al-Qarni tampil di televisi dalam rangkaian ceramah dari buku monumentalnya "Laa Tahzan." Buku yang kini telah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia itu telah terjual lebih dari 120 ribu eksemplar dalam edisi bahasa Arabnya saja. Belum terhitung berapa jumlah buku yang terjual dalam bahasa yang lain.

Syaikh al-Qarni dikenal sebagai tokoh yang disebut orang berani mengeluarkan pendapat, meski itu bisa mengundang kontraversi. Misalnya saja, ia pernah menyatakan bahwa pendapat yang melarang wanita mengemudi mobil itu bukan masalah prinsip dalam agama Islam. Ia mengatakan, "Jika saya diajukan pilihan apakah sebaiknya wanita mengendarai mobil atau ia pergi dengan supir orang asing (bukan mahram) berdua di dalam mobil, pasti saya memilih agar wanita itulah yang sebaiknya mengendarai mobil sendiri."

Menyuarakan Hak Kaum Perempuan

Al-Qarni juga dikenal dengan pendapatnya yang selalu menuntut pemberian hak-hak perempuan secara utuh sesuai syariat Islam, dan diberi kesempatan yang luas untuk terlibat dalam urusan sosial kemasyarakatan. Ia juga yang menyatakan kaum pria penting berdiskusi dengan kaum perempuan dan mendengarkan pendapat mereka, bahkan kaum perempuan dianjurkan memiliki ikatan organisasi khusus perempuan untuk bisa memberi sumbangsih perannya di masyarakat.

Tidak sampai di situ, Syaikh al-Qarni juga menyerukan pembentukan mahkamah yang secara khusus memperhatikan kezaliman atas kaum perempuan. Seperti pengaduan kaum perempuan terhadap kezaliman ayahnya, suaminya atau edurhakaan anak-anaknya.

Syaikh al-Qarni mulai populer sejak pertengahan tahun delapan puluhan melalui sejumlah kaset ceramah yang ia keluarkan. Para jamaah tempatnya menyampaikan ceramah keagamaan selalu penuh dan antusias dengan nasihat-nasihat Syaikh al-Qarni.

Itu sebabnya, berita uzlah yang akan dilakukan Syaikh al-Qarni begitu mengejutkan kaum perempuan Saudi. Karena selama ini, jarang sekali ulama Islam yang berani menyuarakan hak-hak mereka secara vokal, baik dalam aspek keagamaan maupun aspek sosial kemasyarakatan. Dan al-Qarni, mewakili suara mereka di dua aspek tersebut.

Ulama yang Mumpuni di Berbagai Bidang Ilmu Syariah

Syaikh al-Qarni adalah ulama kelahiran Saudi pada tahun 1379 H. Ia menuntut ilmu di madrasah Ibtidaiyah Ali Salman, selanjutnya ia belajar di Ma'had Ilmi sejak bangku mutawassitah (setara SMP), hingga lulus sarjana strata 1 dan Majister di tempat yang sama. Salah satu karya ilmiyahnya adalah "Al-Bid'ah wa atsaruha fi ad-Diraayah wa ar-Riwayah" . Desertasi doktornya berjudul "Al-Mufahhim ala mukhtashar Shahih Muslim".

Kelebihan Syaikh al-Qarni karena dia adalah orang yang mendalami ilmu syariah dan dakwah. Ia juga seorang hafiz al-Qur'an dan mendalami ilmu tafsir seperti Ibnu Katsir, At-Thabari, al-Qurthubi, Zaadu al-Masiir Ibnul Jauzi, al-Kassyaf karya Az-Zamakhsyari, bahkan tafsir Fi Dzilalil Qur'an milik Sayyid Quthb.

Selain mendalami ilmu al-Qur'an, ia juga fokus mendalami ilmu hadits. Dalam catatannya, Syaikh al-Qarni menyelesaikan pembahasan kitab Bulugh al-Maraam sebanyak lebih dari 50 kali. Ia juga mengajarkan pengajian hadits Mukhtashar al-Bukhari, Mukhtashar Muslim, al-Muntakhab, al-Lu'lu wa al-Marjan dan lainnya di berbagai masjid. Ia juga mengajarkan ilmu aqidah, sirah dan fiqih dalam pengajian-pengajiannya di berbagai masjid.

Syaikh al-Qarni terkenal dengan sikapnya yang lembut dan kasih sayang. Ia mengarungi dakwah Islam sepanjang lebih dari 25 tahun dan kini kaset-kaset ceramahnya telah diedarkan lebih dari seribu copy dan diperdengarkan di masjid, yayasan, universitas dan sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia. Sementara kitab-kitab karyanya sudah lebih dari 70 kitab yang juga diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Kini, waktu satu bulan tenggat waktu yang diminta al-Qarni untuk meninjau kembali keputusannya mundur dari dunia dakwah Islam sudah lewat. Tanggal 11 Desember 2005 lalu, ia telah mengirimkan pernyataan khusus kepada Islamonline tentang hasil pemikirannya itu. Apa hasilnya?

Jangan terkejut. Tokoh ulama besar yang cukup langka kepiawaiannya dalam dunia dakwah serta banyak dijadikan idola itu mengatakan, "Hingga kini saya masih belum mengurungkan rencana semula untuk mundur dari dakwah."

Semoga Allah swt memberi kekuatan kepada Sang Da'i Semilyar Umat, Dr. Aidh al-Qarni. Dan semoga, kerisauannya menjadi cermin yang mengingatkan semua pihak terutama umat Islam, untuk lebih berhati-hati menuding dan menuduh sesamanya. (na-str/iol,algrn)

------------------------------------------------------------------------------------------

Balillaahu maulaakum wa huwa khairun naashiriin ! [QS. 3:150]
Fash bir inna wa'dallaahi haqquw wa laa yastakhiffannakal ladziina laa yuuqi-nuun [QS. 30:60]


Thursday, December 15, 2005

Kerancuan kisah menjelang wafatnya Rasulullah saw


Assalamu'alaikum wr wb


Beberapa bulan yang lalu ketika saya sedang surfing di belantara internet, saya pernah menemukan satu artikel menarik disuatu website. Artikel itu ada yang berjudul "Detik Terakhir" atau ada judul versi lain yaitu "Detik-Detik Menjelang Wafatnya Rasulullah", atau juga "Air Mata Rasulullah saw". Mungkin beberapa dari kita ada yang familiar dengan kisah di dalam artikel tersebut. Silahkan search di Google dengan tiga keyword diatas, maka akan anda temukan kisah itu banyak di posting di berbagai macam website. Bahkan kisah itu sering bertebaran di bulletin board friendster, juga pernah saya lihat di multiply ini. Ya, kisah yang menggambarkan suasana wafatnya manusia mulia di hadapan Fatimah dan Ali itu berhasil membuat orang yang membacanya terharu biru dan rindu dengan sosok Rasulullah saw.

Tapi ada yang janggal di kisah itu. Didalam artikel itu tidak dijelaskan siapa yang menceritakan kisah itu. Juga tidak jelas diambil dari riwayat-riwayat manakah kisah itu, padahal kisah itu menceritakan momentum wafatnya Nabi kita yang mulia yang sudah seharusnya kisah itu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kalau dalam ilmu hadits, perkara seperti ini dinamakan laa asla lahu (tidak ada sandarannya) karena tidak adanya kejelasan siapa perawi yang meriwayatkan kisah itu dan dari kitab apa kisah itu diambil.

Jadi apakah suasana Rasulullah saw ketika beliau wafat sama seperti artikel tersebut. Saya coba untuk mencarinya didalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang ditulis oleh KH Moenawar Chalil terbitan PT. Bulan Bintang Cetakan ke-7, tahun 1994. Buku ini berjumlah delapan jilid dan kisah tentang wafatnya Nabi Muhammad saw ada didalam buku ini di jilid ke tujuh halaman 193. Saya tidak menemukan kisah seperti artikel diatas dalam buku ini. Gema Insani Press juga telah menerbitkan kembali buku ini tahun 2001 dengan jumlah enam jilid.

Lalu siapakah yang ada disisi Rasulullah saw ketika beliau wafat, Fatimah dan Ali, ataukah Aisyah ?. Didalam buku rujukan saya tadi jillid ke tujuh hal. 193 dikisahkan ketika Nabi saw kesehatannya mulai terlihat membaik, para sahabat seperti Abu Bakar, Umar dan Ali meminta izin kepada Nabi saw untuk bisa pergi mengerjakan urusannya masing-masing karena hampir setengah bulan mereka selalu sibuk merawat Nabi saw sehingga banyak keperluan mereka sehari-hari yang terbengkalai. Maka Abu Bakar pergi ke rumah istrinya, Kharijah di Sunuh (nama suatu kampung di pinggir kota Madinah) dan dua sahabat lain, Umar dan Ali pun pergi meninggalkan rumah Rasulullah. Yang tinggal hanyalah Aisyah lalu kemudian datang Abdurahman bin Abi Bakar saudara laki-laki Aisyah. Dan ketika itulah Rasulullah saw wafat. Rasulullah saw wafat diwaktu matahari sedang terang-terangnya, pada hari Senin tanggal 13 Rabi'ul awwal tahun ke XI Hijriah, atau pada tanggal 8 Juni 632 Masehi [hal.196]. Para ulama ahli tarikh ada yang berselisih pendapat tentang tanggal wafatnya Nabi saw. Tapi bukan itu yang akan dibahas disini.

Mungkin hadits berikut akan lebih menjawab dipangkuan siapakah Nabi saw wafat. Dari hadits Abdullah bin Aun dari Ibrahim at-Taimi dari al-Aswad, dia berkata, Ditanyakan kepada Aisyah, mengenai perkataan orang-orang yang menerangkan bahwa Rasulullah saw telah memberikan wasiat kepada Ali maka ia berkata, "Apa yang diwasiatkan Rasulullah kepada Ali ?" Aisyah menjawab, "Beliau (Rasulullah) menyuruh agar bejana tempat buang air kecil dibawakan, kemudian ia bersandar dan akulah yang menjadi tempat sandarannya, tak lama kepala beliau terkulai jatuh dan ternyata beliau telah wafat tanpa aku ketahui. Jadi bagaimana mungkin orang-orang itu mengatakan bahwa Rasulullah saw memberikan wasiat kepada Ali ?" [Shahih al-Bukhari, kitab al-Wasaya 5/356 dari Fathul Baari, dan Muslim, kitab al-Wasiyah hadits no.1637]. Hadits tersebut ada didalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah yang ditulis oleh Ibnu Katsir, terbitan Darul Haq, Jakarta, Cetakan pertama tahun 2004 halaman 58.

Entah apa motivasi si pembuat artikel tanpa riwayat tersebut, yang jelas ada penyimpangan sejarah yang terjadi dan kalau dirunut dengan serius dan teliti tentang siapa yang berada di balik pembuatan kisah berbau propaganda tersebut, maka akan dengan mudah terjawab dan dengan mudah pula akan terlihat ada motivasi apa dibalik pembuatan kisah itu. Kelihatannya perkara ini hanyalah hal yang kecil bagi beberapa orang. Tapi dalam konteks ini kita sedang membicarakan sosok manusia mulia yang menjadi teladan bagi seluruh umat Islam di dunia, yang tentu dalam menceritakan setiap gerak-geriknya haruslah mempunyai dasar atau dalil yang shahih dan bisa dipertanggung jawabkan.

Dan yang lebih menyedihkan dibandingkan isi dari artikel itu sendiri adalah biasanya diakhir artikel yang laa asla lahu itu selalu dinstruksikan untuk disebar ke teman-teman yang lain. Harapan dengan disebarnya artikel itu mungkin ingin membuat temannya untuk ikut terharu dan lebih mencintai Rasulullah saw dan itu adalah niat yang sungguh baik. Sayangnya cara yang ditempuh kurang tepat. Padahal Al Quran telah jelas melarang hal tersebut, "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya." [QS. 17:36].

Dan hendaknya kita juga selalu ingat hadits yang satu ini agar lebih berhati-hati dalam meriwayatkan kisah atau hadits yang berhubungan dengan Rasulullah saw. Hadits yang diriwayatkan dari Salamah bin Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". [HR Bukhari (1/35) dll, HR. Imam Ahmad (4/47)].


Wassalamu'alaikum wr wb


Wednesday, December 14, 2005

Diskusi Kajian Islam, 17 Desember

Start:     Dec 17, '05 3:00a
Location:     Rumahku
Assalamu'alaikum wr wb


Insya Allah hari Sabtu tanggal 17 Desember, jam 3 (after Ashar on time) akan ada diskusi kajian Islam lagi dirumah saya. Tema yang akan diangkat di pertemuan ini adalah tentang kristologi dan sejarah natal. Mengenai pembicaranya, semula akan diisi oleh Drs.H. Sanihu Munir, SKM,MPH seorang kristolog dari Yayasan Mitra Center tetapi kemudian karena kesibukan beliau, maka batal. Selanjutnya tadinya akan digantikan oleh Drs. Abu Deedat Shihab M.H, Sekjen Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) Jakarta, tapi berhubung beliau sedang tidak sehat, maka akan digantikan oleh anggota timnya yaitu, Ust. Ahmad Saihu. Insya Allah, semoga kali ini bisa berjalan dengan lancar.

Untuk yang berminat hadir, tolong dikonfirmasikan lagi kepastian hadir atau ngganya, hari Jumat malam 16 Desember. Supaya makanannya ngga kekurangan/kelebihan :). Konfirmasi bisa ke mas Iwan atau lewat saya.


Wassalamu'alaikum wr wb

Monday, December 12, 2005

Islamic Books Review




Assalamu'alaikum wr wb,

Ini sebagian buku yang saya punya dan sempat saya review atau saya tulis resensi dan komentarnya. Sebagian besar dari buku-buku ini pernah saya pasang di kolom review, dan untuk lebih memudahkan, maka saya kumpulkan disini semuanya. Beberapa buku ada yang saya tulis reviewnya sendiri dan sebagian lainnya dari republika.co.id dan swaramuslim.net. Untuk supaya bisa baca resensinya, klik di setiap gambarnya. Mudah-mudahan review ini bisa berguna sebagai referensi buat yang mau beli buku-buku Islam. Insya Allah kedepannya akan ada tambahan resensi lagi. Have a nice books hunting, shopping, reading and spreading the knowledge :).

Oh ya, untuk tips merawat buku, silahkan klik disini dan untuk tips speed & effective reading, klik disini.

Wassalamu'alaikum wr wb

Friday, December 9, 2005

Tentang Metodologi Hadits Versi Orientalis

Rating:★★★★
Category:Other

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d


1. Studi Para Orientalis

Para orientalis barat itu meski ada satu dua yang niatnya baik dan jujur, namun umumnya adalah orang-orang yang punya niat tidak baik terhadap ajaran Islam. Kalau pun niatnya baik, tapi karena mereka tidak mengenal ajaran Islam dengan benar sesuai dengan manhaj Rasulullah SAW, maka baik metode maupun kesimpulan akhirnya selalu melenceng jauh dari objektifitas.

Dan yang lebih parah lagi, umumnya para orientalis itu tidak menguasai bahasa arab, tapi sering terdengar mereka melakukan kritik atas kitab-kitab bahasa arab. Ini jelas dari awal tidak logis dan sama sekali jauh dari kesan ilmiyah. Kalau pun ada satu dua yang mengerti bahasa arab itu, maka kemampuannya sangat menyedihkan. Sehingga pada dasarnya mereka tidak pernah mengerti dan tahu apa yang sedang mereka baca. Tapi dengan gigih selalu melontarkan kritik disana sini.

Dan yang palng parah, mereka pun tidak pernah bisa mandiri dalam pendapatnya. Bukti-bukti ilmiyah bercerita kepada kita bahwa para orientalis itu memiliki struktur dan level senioritas. Umumnya yang menjadi senior itu adalah yang paling memusuhi Islam, semacam Goldziher, H.A.R Gib, Greetz dan sejenisnya. Bila ada di barisan yuniornya yang menulis tentang Islam tapi agak condong untuk membela Islam, maka para seniornya akan memusuhi dan mencaci makinya serta akan mengatakan bahwa tulisan itu terlalu terbawa perasaan dan sentimentil.

Apalagi orientalis yang sampai masuk Islam semacam Maurice Buccile, maka pastilah akan dipojokkan oleh para seniornya. Karena itu jangan dikira kalau orientalis itu pasti objektif dan ilmiyah. Kebanyakan dari mereka justru sekedar bikin sensasi dan aktualisasi diri. Sehingga buat kita para orang Islam ini, jangan terlalu banyak berharap dengan apa yang mereka lakukan. Kalaupun mereka benar dan masuk Islam semua pun, Islam tidak akan menjadi lebih tinggi Izzahnya, karena yang meninggikan izzah Islam itu hanya Allah semata.


2. Kedudukan Shahabat

Kalau studi yang dikatakan itu sedang mencari dan membuktikan kebenaran hadits dari tingkat shahabat seperti Abu Hurairah kepada Rasulullah SAW, maka ini jelas-jelas perangkap besar yang siap mencaplok umat Islam yang tidak mengerti ilmu hadits.

Kelihatan jelas dan pasti bahwa studi itu memang untuk merusak pemahaman dan aqidah Islam. Mengapa ?

Karena dalam pandangan aqidah Islam ahlussunnah wal jamaah, para shahabat itu semuanya adalah `udul (adil). Mereka adalah orang-orang yang diridhai oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran telah disebutkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang diredhai.

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.(QS. At-Taubah : 100).

Kalau masih mempertanyakan kebenaran shahabat radhiyallahu anhum dalam meriwayatkan hadits, maka ini adalah usaha pembusukan aqidah Islam. Karena kedudukan para shahabat itu sangat vital dalam ajaran Islam. Mereka adalah jembatan antara umat Islam ini dengan Rasulullah SAW. Sehingga dengan menyerang posisi dan kedudukan para shahabat, orientalis itu ingin menebang pohon Islam dari akarnya.

Hal itulah yang pernah dilakukan oleh Ignaz Goldziher, seorang orientalis yahudi dari Hongaria. Dia menuduh bahwa metodologi kritik hadits yang ada selama ini lemah, karena hanya menggunakan kritik sanad dan tidak menggunakan kritik matan. Padahal sebenarnya kritik matan pun sudah dikenal dan digunakan dalam metodolgi para ulama Islam. Hanya saja yang dimaksud Goldziher itu tidak lain adalah bahwa matan sebuah hadits itu harus sesuai dengan `kemauannya` dia sendiri. Untuk itu dia mengatakan bahwa matan harus sesuai dengan politik, sains. Sosio kultural dan seterusnya.

Yang jadi contoh sasaran kritiknya apa lagi kalau bukan hadits shahih tentang Al-Aqsha yang berbunyi :

Tidak diperintahkan bepergian kecuali untuk mendatangi tiga masjid : Masjid Al-Aqsha, Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi". .

Goldziher yang yahudi itu menuduh bahwa hadits itu palsu. Dan dia mengarang cerita bahwa Abdul Malik bin Marwan (khalifah dari Dinasti Umayyah di Damaskus) merasa khawatir apabila Abdullah bin Zubair (yang memproklamirkan dirinya sebagai khalifah di Mekkah) mengambil kesempatan dengan menyuruh orang-orang Syam yang sedang melakukan ibadah haji di Mekkah untuk berbaiat kepadanya. Karena itu menurut Goldziher, Abdul Malik bin Marwan memerintahkan Az-Zuhri untuk mengarang hadits yang intinya untuk pergi haji tidak harus ke Mekkah tapi cukup ke Al-aqsha saja. Sungguh durjana Goldziher itu sampai tega-teganya mengarang cerita dan melontarkan tuduhan hina kepada tokoh-tokoh Islam. Padahal hadits itu shahih dan lolos seleksi Al-Bukhari yang terkenal ketat dalam mensortir hadits. Dan umat Islam seluruh dunia sepakat akan keshahihannya.

Tuduhan itu tentu saja dijawab oleh para ulama Islam, diantaranya adalah Dr. Musthafa Al-A`zhami, seorang pakar hadits dan guru besar di Univ. Riyadh Saudi Arabia. Beliau meruntuhkan tuduhan Goldziher dan berhasil membuktikan


3. Ilmu sanad dan riwayat hadits adalah ilmu yang sangat ilmiyah.

Barat belum pernah memiliki kemampuan untuk meneleiti suatu riwayat secara ilmiyah. Mereka tidak memiliki ilmuwan semacam Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa`i, Ibnu Majah, At-Tirmizy dan lainnya yang berkelana keliling dunia mengejar riwayat sebuah hadits. Bahkan hingga hari ini pun mereka tidak pernah bisa membayangkannya, apalagi melakukannya.

Jangankan bicara tentang kejadian belasan abad yang lampau, sekedar memastikan siapa yang membunuh JFK, presiden US itu pun sampai sekarang tidak jelas. Ada banyak riwayat dalam kasus pembunuhan mantan orang nomor satu di AS itu. Dan semuanya bila dibandingkan dengan satu hadits dalam ilmu hadits, semuanya termasuk dhaif jiddan bahan mursal dan maudhu`. Karena semua periwayatnya tidak ada yang memenuhi kriteria `Adil dan Dhabit.

`Adil dan Dhabit ? Ya, `Adil dan Dhabit adalah istilah yang tidak pernah dikenal dalam sejarah peradaban barat. Padahal standar `Adil dan dhabit itulah yang turut menentukan derajat sebuah hadits.

Lalu bagaimana sebuah peradaban yang belum bisa mengeja istilah `Adil dan Dhabit itu ingin mengajari metodologi periwayatan hadits ? Apakah tidak terlalu percaya diri ?

Bukankah para ilmuwan barat telah berani berbohong selama sekian abad kepada umat manusia tentang teori evolusi yang nyata-nyata tidak ilmiyah ? Bukankah semua lukisan tentang manusia purba itu ternyata hanya rekaan para seniman ? Lebih jauh lagi, bukankah lukisan Yesus itu jelas-jelas rekaan manusia. Apalagi dengan assesoris tambahan berupa kandang domba dan bunda Maria.

Lalu bagaimana mungkin peradaban yang `kaya` dengan kebohongan itu ingin mengajari metodologi ilmiyah, khususnya sejarah dan khususnya lagi tentang perkataan, perbuatan dan taqrir sosok seorang nabi terakhir ?

Kalau metologi ilmiyah dari bidang ilmu eksakta, barangkali kita masih mengakuinya. Karena memang kasat mata dan bisa diindera. Benar tidaknya pun langsung bisa dibuktikan. Tapi untuk urusan `kejujuran`, hanya mereka yang terbukti jujur saja yang berhak untuk berkata jujur.


Kritik Hadits Versi Orientalis

Kalau ada diantara orientalis yang pernah berusaha menciptakan metode kritik hadits, maka sudah bisa dipastikan arahnya, yaitu untuk menjegal metodologi yang selama ini ada. Dengan demikian akan terjadi perubahan besar dalam hukum-hukum Islam akibat dari berubahnya hadits shahih menjadi maudhu` atau yang maudhu` malah akan jadi shahih.

Dan akibat yang akan ditimbulkan sudah bisa anda bayangkan juga. Nantinya syariah Islam akan berubah 180% derajat. Sesuatu yang haram bisa jadi halal dan yang halal bisa jadi haram. Bahkan zina, khamar, judi, mut`ah, mencuri dan segala kemungkaran menjadi halal. Dan sebaliknya, jilbab, qishash, hudud dan menegakkan hukum Islam menjadi terlarang. Karena haditsnya telah berubah status. Dan perubahannya itu ditentukan oleh para orientalis. (syariahonline.com)


Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Tuesday, December 6, 2005

Buku : Tasawuf, antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Dr. Abdul Fattah Muhammad Sayyid Ahmad
Judul : Tasawuf, antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah
Penulis : Dr. Abdul Fattah Muhammad Sayyid Ahmad
Penerbit : Khalifa
Cetakan : I (pertama), Juni 2005
Tebal : vi + 479 halaman


Tasawuf, antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah

Tasawuf. Kata ini termasuk kata yang paling sering menimbulkan kontroversi. Dan sebagaimana layaknya hal-hal kontroversial lainnya, tentu saja tasawuf bergulir terus antara yang pro dan yang kontra dengannya. "Perbincangan" tentang tasawuf ini akan semakin hangat jika kata ini dikaitkan dan dihubungkan dengan dua tokoh penting dalam sejarah peradaban Islam. Tokoh pertama adalah Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali, atau yang lebih dikenal sebagai Imam Al-Ghazali. Sementara tokoh yang kedua adalah Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyah. Semoga Allah merahmati mereka semua.

Pihak yang pro dengan tasawuf biasanya akan menyanjung dan menjadikan Imam Al-Ghazali sebagai rujukan, dan sekali lagi; biasanya-menganggap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagai musuh bebuyutan. Demikian pula dengan pihak yang kontra terhadap tasawuf. Jika mereka ditanya, biasanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah salah satu rujukan utama mereka, dan Imam Al-Gjazali adalah tokoh yang harus diwaspadai.

Apa sebenarnya yang terjadi antara tasawuf, Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah? Benarkah Al-Ghazali "menggandrungi" tasawuf begitu rupa sehingga kehilangan daya kritisnya? Dan benar pulakah Ibnu Taimiyah sedemikian benci tasawuf hingga kehilangan rasa keadilan dalam mendudukan setiap persoalan? Jika anda ingin menemukan jawaban atas semua pertanyaan itu, maka buku "Tasawuf, antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah" ini akan memberikan jawabannya untuk anda.


From me :

Pertama kali melihat buku ini di toko buku seorang teman, rasanya saya ragu untuk membelinya. Tapi karena rasa penasaran saya dan juga berhubung dulu saya pernah ikut thariqat di suatu tempat di Tasik yang akhirnya saya banyak menemukan ketidak cocokkan disana, membuat saya tertarik untuk membawa pulang buku ini dan menelaah sendiri tentang tasawuf.

Penilaian saya tentang tasawuf tidaklah terlalu penting tapi yang pasti saya tidak menemukan kecocokkan disitu. Untuk buku ini, bisa saya bilang cukup netral dan jauh dari sikap hujat-menghujat. Penulis benar-benar pandai memainkan alur tulisan dan gaya bahasanya sehingga disatu tempat kita akan menyangka bahwa penulis adalah seorang pengikut tasawuf, tapi ditempat lain malah sepertinya berseberangan dengan tasawuf.

Tentu sudah jelas, bahwa bersikap adil dalam menilai segala hal adalah jalan pilihan terbaik. Semangat inilah yang hendak dihadirkan oleh penulisnya, Dr. Abdul Fattah Muhammad Sayyid Ahmad. Terlepas dari setuju atau tidak dengan kesimpulan yang diambil oleh penulis, namun yang pasti buku yang ditulis dengan 222 referensi ini menawarkan sebuah cakrawala baru bagi kita semua. Semoga ada ibroh yang bisa dipetik dari karya beliau ini.



Sunday, December 4, 2005

Buku : Kitab Tawwabin

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Ibnu Qudamah Al Maqdisi
Judul : Kitab Tawwabin
Penulis : Ibnu Qudamah Al Maqdisi
Penerbit : Al Mawardi Prima
Cetakan : I (pertama), Agustus 2005
Tebal : vi + 226 halaman


Jalan Tobat Para Hamba Pemuka

Dalam Alquran surat An Nur ayat 31, Allah SWT menekankan hamba-Nya untuk senantiasa bertobat. Karena, dengan selalu bertaubat, para hamba Allah akan beruntung. Selanjutnya Surat Al Hujurat ayat 11 menyatakan bahwa orang yang tidak bertaubat itu termasuk orang yang dzalim.

Secara sederhana, istilah tobat bisa diartikan sebagai kembalinya seorang hamba ke jalan yang benar, setelah menempuh perjalanan yang sesat. Tidak semua taubat bisa diterima oleh Allah SWT. Hanya taubat yang dilakukan secara sungguh-sungguh yang bisa membebaskan seorang hamba dari kezaliman. Allah SWT juga hanya bersedia menerima tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Hamba yang bersedia bertobat secara sungguh-sungguh adalah hamba yang menginginkan dirinya terbebas dari perbuatan salah dan dimurkai Allah SWT. Pada hakikatnya, tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah salah. Bahkan para nabi dan rasul pun memiliki kesalahan. Cuma, kesalahan para nabi dan rasul itu secara otomatis diampuni Allah SWT.

Buku ini memberi gambaran kisah tentang jalan yang dilalui para hamba terkemuka untuk kembali ke jalan Allah SWT. Sebelum mulai menyajikan kisah-kisah yang menawan, penulis membuat penjelasan ringkas seputar tobat. Dari penjelasan tersebut bisa disimak tentang langkah-langkah bertobat, tanda taubat yang diterima, kondisi yang menyebabkan seorang hamba bertobat, dan sebagainya.

Setelah memberi penjelasan soal tobat, barulah penulis memulai kisah para hamba terkemuka dalam menempuh jalan tobat. Kisah-kisah ini diklasifikasi menjadi delapan bagian. Yakni kisah malaikat, para nabi dan rasul, penguasa terdahulu, umat para nabi, para sahabat, para pemimpin umat, para wali Allah, dan para mualaf.

Malaikat yang dikisahkan pertobatannya adalah malaikat Harut dan Marut. Kedua malaikat ini pernah diutus Allah SWT untuk berperan sebagai manusia di bumi. Kedua malaikat ini seperti menjadi alat percobaan untuk menjawab kegalauan para malaikat atas rencana Allah SWT untuk menciptakan makhluk bernama manusia di bumi.

Begitu di bumi, Harut dan Marut kemudian dihadapkan pada berbagai pemandangan godaan. Singkat cerita, keduanya tergoda, sehingga mereka sadar dan bertobat. Dari kisah inilah kemudian para malaikat memahami betapa besarnya godaan yang harus dihadapi setiap manusia di dunia.

Kisah berikutnya menceritakan soal jalan tobat yang dilalui para nabi. Ada enam nabi yang kisah pertobatannya diabadikan dalam buku ini. Mereka adalah Nabi Adam AS, Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Dawud AS, Nabi Sulaiman AS, dan Nabi Yunus AS. Para nabi ini memang pernah ditegur langsung oleh Allah SWT atas kesalahan yang mereka lakukan. Namun kesalahan-kesalahan para nabi itu kemudian diampuni Allah SWT.

Seluruhnya, dalam buku ini terdapat 98 kisah menarik yang menceritakan tobatnya para hamba Allah SWT. Kisah-kisah yang diambil dari perjalanan hidup para nabi dan malaikat yang ditulis dalam buku ini, disebutkan rujukan sumber otentiknya berupa ayat Alquran dan Sunah. Sehingga kita sangat terbantu untuk melacak kebenaran kisahnya.

Secara umum memang kisah-kisah yang termuat dalam buku ini diambil dari Alquran dan Sunah. Dengan demikian, kebenaran inti ceritanya relatif terjamin. Cuma memang penulis mengungkapkan kembali kisah-kisah pertobatan ini dengan bahasa penulisnya sendiri. Hal ini membuat jalan cerita gampang diikuti.

Banyak sekali hikmah yang bisa dipetik dari kisah-kisah yang tersaji dalam buku ini. Selain berupa inspirasi untuk menempuh kembali jalan yang benar, kisah-kisah ini juga memberi gambaran yang jelas bahwa semua hamba Allah mempunyai potensi bersalah. Hal ini akan merangsang para pembaca untuk segera mengingat kesalahannya dan secepatnya menempuh jalan tobat dan memohon ampunan dari Allah SWT.