Wednesday, October 28, 2009

Seri Kajian "Wahabi"




Istilah Wahabi mendadak terkenal. Tanpa ada angin dan hujan, tiba-tiba dikaitkan dengan teror bom. Uniknya, yang meluncurkan istilah "Wahabi" bukan orang yang selama ini dikenal intens ada sangkut-pautnya dengan Islam.

Kajian ini akan membahas tentang "Sejarah Gerakan dan Pemikiran Wahabi" yg akan diisi oleh Ust. Asep Sobari, Lc, lulusan Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponogoro dan Univ. Islam Madinah, tempat pemikiran Muhammad Syeikh Abdullah bin Wahab berkembang.

Seri 1 ini membahas tentang istilah "Wahabi" total kajian ada 5 seri yang bisa di download sini :

Seri 1 Kajian Wahabi - Asal usul istilah Wahabi

Seri 2 Kajian Wahabi - Biografi Muhammad bin Abdul Wahab

Seri 3 Kajian Wahabi - Tentang Najd dan Dakwah Wahabi disana

Seri 4 Kajian Wahabi - Tentang Ijtihad Muhammad bin Abdul Wahab

Seri 5 Kajian Wahabi - Tentang Takfir atau Pengkafiran


Semoga bermanfaat

Tuesday, October 20, 2009

"Inna lillahi wa inna iIaihi roji'uun"......Dengan ekspresi sedih, kata-kata itulah yang meluncur dari bibir Umar bin Abdul Aziz sesaat beliau dibaiat menjadi khalifah. Adakah yang mengucapkan hal yang sama ketika pejabat kita dilantik....

Ketika mendapat jabatan

Rating:★★★★★
Category:Other
Umar Bin Abdul Aziz adalah seorang Tabiin terhormat. Dia mendapat gelar Khalifah Rasyid yang ke lima karena memerintah sesuai dengan sistem Khulafaur Rasyidin. Dia naik tahta setelah Sulaiman bin Abdul Malik. Muhammad bin Ali bin Husain mengatakan tentang dirinya, “Kalian tahu bahwa setiap kaum memiliki orang yang yang menonjol? Yang menonjol dari Bani Umaiyah adalah Umar bin Abdul Aziz. Saat dibangkitkan di hari kiamat kelak, merupakan satu kelompok tersendiri.”

Menuntut ilmu
Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu pada saat usia masih kecil. Walapun begitu dia sudah bergaul dengan para pemuka ahli fikih dan ulama. Pada masa itu juga pernah menjabat gubernur Madinah sebentar.

Dibaiat menjadi khalifah
Dia dibaiat menjadi khalifah setelah wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik, sedang dia tidak menyukainya. Oleh karena itu dia mengumpulkan orang-orang di mesjid untuk salat berjamaah lalu berpidato. Setelah menyampaikan pujian kepada Alloh dan bersalawat kepada Nabi, dalam pidatonya dia mengatakan,

"Wahai manusia! Saya telah diuji untuk mengemban tugas ini tanpa dimintai pendapat, permintaan dari saya, atau musyawarah kaum Muslimin. Maka sekarang ini saya membatalkan baiat yang kalian berikan kepada diri saya dan untuk selanjutnya pilihlah khalifah yang kalian suka!"

Tetapi orang-orang yang hadir dengan serempak mengatakan, "Kami telah memilih engkau wahai Amirul Mukminin. Perintahlah kami dengan kebahagiaan dan keberkatan!"

Setelah itu dia lalu menyuruh semua orang untuk bertakwa, untuk tidak menyukai dunia dan menyukai akhirat, kemudian berkata,

"Wahai manusia! Barang siapa menaati Allah, wajib ditaati, siapa yang mendurhakai-Nya tidak boleh ditaati oleh seorangpun. Wahai manusia! Taatilah saya selama saya menaati Alloh dalam memerintamu dan jika saya mendurhakai-Nya tidak ada seorangpun yang boleh mentaati saya." Lalu dia turun dari mimbar.

Percakapan antara dia dengan putranya setelah menjadi khalifah
Sesampainya di rumah, Umar pergi ke tempat tidur untuk istirahat. Tetapi belum sempat membaringkan badannya, putranya, Abdul Malik datang menghampirinya. Ketika itu berumur 17 tahun. Dia mengatakan,

“Apa yang hendak engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?”

“Oh putraku, aku hendak istirahat sebentar, dalam tubuhku tidak ada kekuatan lagi.” jawab Umar.

Abdul Malik berkata lagi, “Apakah engkau istirahat sebelum mengembalikan hak yang dirampas dengan jalan curang kepada yang punya?”

Umar menjawab, “Putraku, tadi malam saya bergadang untuk mengurus pamanmu, Sulaiman dan nanti waktu Zuhur saya akan salat bersama orang-orang dan insya Allah akan mengembalikan hak-hak yang diambil secara curang itu kepada yang punya.”

Abdul Malik berkata lagi, “Siapa yang bisa menjamin dirimu akan hidup sampai Zuhur wahai Amirul Mukminin?”

Serta merta Umar berdiri, lalu mencium dan merangkul anaknya, serta mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang rusukku seseorang yang menolongku dalam beragama.”

Seketika itu juga dia memerintahkan untuk menyeru semua orang, bahwa barang siapa pernah dicurangi oranglain, agar melapor. Umar pun mengembalikan hak-hak yang dirampas dengan curang itu kepada yang punya.

Keadilannya
Umar pernah mengumpulkan sekolompok ahli fikih dan ulama dan mengatakan, “Saya mengumpulkan tuan-tuan ini untuk meminta pendapat mengenai hasil tindak curang yang berada pada keluargaku.” Mereka mengatakan, “Itu semua terjadi sebelum masa pemerintahanmu. Maka dosanya berada pada yang merampasnya.”

Umar tidak puas dengan pendapat itu dan mengambil pendapat kelompok lain, di dalamnya termasuk putranya Abdul Malik yang mengatakan kepadanya, “Saya berpendapat, hasil-hasil itu harus dikembalikan kepada yang berhak, selama engkau mengetahuinya. Jika tidak dikembalikan engkau telah menjadi patner mereka yang merampasnya dengan curang.” Mendengar itu Umar puas dan langsung berdiri untuk mengembalikan hasil-hasil tindak kecurangan itu.

Masa pemerintahannya hanya berlangsung sebentar. Hanya dua tahun setengah. Dia menemui Allah SWT dalam keadaan adil kepada rakyatnya....

Tuesday, September 15, 2009

Catatan Akhir Ramadhan....

Ya Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di ramadhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.

Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.

Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memudarkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami belum mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, meski setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.

Sebagian dari kami tak bisa memanfaatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana memupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.

Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memenjarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.

Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.

Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini. Bagi sebagian dari kami, Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.

Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika malam Ramadhan berakhir, seluruh makhluk-makhluk besar, di segenap langit, dan bumi, beserta malaikat ikut menangis. Mereka bersedih karena bencana yang menimpa umat Muhammad saw. Para sahabat bertanya, bencana apakah ya Rasul? Jawab Nabi. Kepergian bulan Ramadhan. Sebab di dalam bulan Ramadhan segala doa terkabulkan. Semua sedekah diterima. Dan amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya, penyiksaan sementara di hapus.”

Duh...kalau Nabi Muhammad saja bersedih hati ketika Ramadhan berakhir, lalu kenapa kita malah bersuka-cita ?

Ya Allah....Kami mohon ampun kepadaMu, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk terus melaju melawan kedzaliman dan hawa nafsu kami dibulan lainnya.

Allaahummaa innii a'uudzu bika min qalbin laa yakhsya', wa min 'ilmin laa yanfa', wa min 'ainin laa tadma', wa min du'aa'in laa yusma', wa min dzaalikal arba'

Ya Allah, saya berlindung kepadamu dari hati yang tidak khusyu', ilmu yang tidak bermanfa'at, mata yang tidak bisa meneteskan air mata/menangis, doa yang tidak dikabulkan, sungguh kami berlindung dari ke empat hal itu

Allahumma inni as’alukal huda wattuqa wal afafa wal ghina
Ya Allah, aku memohon petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri dan kecukupan kepada-Mu
[HR. Muslim 2721, Tirmidzi 3489]

Allahumma alhimni rusydi waqini syarra nafsi
Ya Allah, anugerahkanlah kebenaran kepadaku dan lindungilah aku dari kejahatan hawa nafsuku [HR. Tirmidzi 3483, al-Misykat 2476]

Ya Muqallibal qulub tsabbit qalbi ala dinika
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu
[HR. Ahmad 11697, Ibnu Majah 3834, Tirmidzi 2140]

Rabbanaa fagh fir lanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa say-yi-aatinaa wa tawaffanaa ma'al abraar
Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari pada kami kesalahan-kesalahan kami dan matikanlah kami bersama orang yang baik-baik

Rabbanaa wa aatinaa maa wa'attanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal qiyaamati innaka laa tukhliful mii'aad
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Engkau janjikan kepada kami melalui Rasul-Rasul-Mu, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat.Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.