Wednesday, July 28, 2010

Pak Joko sang tukang pijat dan anaknya




Foto pak Joko sang tukang pijat tuna netra keliling sama anaknya yang bernama Handoko yang setia mengantar kemana2. Kmrn2 saya baru dipijat sama pak Joko yang baik hati ini. Alhamdulillah seger.

Baru kali ini nih saya dipijet sama pak Joko. Kalo ketemu sih cukup sering, biasanya pak Joko dan anaknya suka duduk di pinggir jalan sambil nunggu panggilan pijet. Dua kali saya ketemu dia dan selalu saya ajak ngobrol, tapi baru kali ini akhirnya dipijet pak Joko :)

Buat yang tinggal di daerah Kemanggisan, Tanjung Duren boleh juga panggil pak Joko kl lagi pegel2. Itung2 bantu dapurnya tetap ngebul supaya Handoko jadi orang sukses dan bisa gantian membahagiakan ayahnya :)

D5000+18-55mm
ISO Speed Ratings: 1000
1/20 - f/5.6

http://www.fotografer.net/isi/galeri/lihat.php?id=1256473

Saturday, July 24, 2010

Latihan edit foto HDR


Foto pegunungan ini diambil pas menuju rumah bibinya Nina di daerah Manglayang Regency, masih di Cileunyi juga deket rumah kakeknya Naura tapi kalo ini masih nanjak keatas lagi. View nya Subhanallah keren banget ! Sayang yang ngambil foto newbie jadi apa ada nya ajalah heueheu :p

Foto sawah dan gunung diambil didaerah Cileunyi. Yang ada mobilnya mah itu depan rumah alias Kemanggisan. Mohon saran dan kripik pedesnya sodara2 para ahli HDR....

Saturday, July 10, 2010

Mencoba menulis kembali

Assalamu'alaikum !

Apa kabar ndra ? Alhamdulillah baik. Duh lama sekali ya saya meninggalkan MP ini. Entah kenapa saya rindu sekali menulis disini, walaupun web sejenis sudah banyak seperti FB dan lain-lain, entah kenapa masih merasa lebih nyaman disini. Lebih merasa at home, beda dengan suasana FB yang nampak crowded bagaikan di pasar :).

So gimana kabarnya ndra ? Hehe sekali lagi Alhamdulillah baik dan selalu berusaha terus mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Sekarang saya sudah diberikan oleh Allah pasangan hidup yang terbaik dan dikarunia seorang putri yang menggemaskan dan selalu ngangenin. Sekarang saya dan istri sedang berikhtiar membangun sebuah usaha dibidang cake & pastry. Sebenarnya ini kelanjutan ikhtiar saya yang dulu yaitu warnet dan cheesecakes. Tapi setelah 2 tahun berjalan, warnet harus game over karena biaya operasionalnya cukup tinggi.

Akhirnya sekarang kita ingin lebih fokus ke cake nya aja karena nampaknya ikhtiar yang ini lebih kebal di segala medan :). Istri saya sekarang pintar sekali memasak ! dan ini terjadi hanya setelah menikah dan melahirkan Naura. Sebelum itu ? paling cuma bikin nasi goreng untuk ayahnya hehe. Dan Alhamdulillah ini menjadi modal awal untuk membangun bisnis ini. Makanya setelah itu saya memasukan istri saya ke tempat kursus bikin kue.

Apa sih enaknya berwirausaha ? Seorang teman pernah bertanya seperti itu. Bagi saya, berwirausaha sudah menjadi kebutuhan dan bukan lagi mencari enaknya. saya memang lebih suka berwirausaha karena punya banyak keuntungan terutama dari segi waktu. Kalau dari segi penghasilannya itu tergantung seberapa besar usaha dan seberapa ciamik strategi kita untuk berwirausaha.

Kadang saya suka berpikir, hidup ini terlalu singkat kalau hanya digunakan untuk mencari uang. Bayangkan selama 5 hari pergi ke kantor jam 7-8 pagi lalu pulang jam 5 ditambah macet mungkin jadi jam 7 malam baru sampai rumah. Buat yang masih single ini mungkin masih mengasyikan, karena gaji besar plus ngga ada beban yang ditinggalkan dirumah seperti istri atau anak.

Tapi buat yang sudah menikah ini menjadi pemikiran tersendiri, apalagi kalau sudah mempunyai anak. Berapa waktu yang bisa kita habiskan untuk mereka ? Lebih besar mana porsi mengurus keluarga dibandingkan mengurus pekerjaan ? Pendidikan seperti apa yang akan diterapkan untuk anak kita nantinya ? Relakah kita sebagian besar waktu sang anak dihabiskan bersama mba/mbok yang bekerja dirumah ?

Beberapa orang mungkin punya pandangan yang berbeda tentang ini. Tapi pandangan saya ini, terutama dalam hal mengurus anak, terbentuk atas dasar pengalaman pribadi saya. Saya terlahir dari keluarga yang alhamdulillah baik-baik saja. Alm. ayah saya dulunya aktif di PERSIS (Persatuan Islam), ibu saya seorang ibu rumah tangga yang dalam hal ibadah sangat-sangat ketat dalam menerapkan pendidikan agamanya. Dari semenjak saya sd, dirumah sudah dibekali dua orang ustadz yang siap mengajar ngaji dua kali seminggu. Ketika saya smp pun saya dimasukan ke Al-Azhar.

Tapi ternyata ini semua tidak cukup menjamin bahwa saya akan menjadi anak yang baik. Mulai kelas dua smp saya mengenal dunia malam, pergi ke club, pulang pagi dan puncaknya adalah saya menjadi pecandu drugs selama 4 tahun. Lalu kemanakah pendidikan agama yang diberikan orang tua saya ? percumakah ? Sama sekali ngga percuma. Pendidikan itu masuk kedalam kuping saya tapi tidak mengendap didalam hati karena lingkungan yang ngga kondusif. Lingkungan Jakarta saat zaman saya smp saja sudah ganas sehingga mampu menarik saya ke lembah hitam apalagi sekarang ? apalagi sepuluh atau dua puluh tahun kedepan ?. Siapa yang bisa mengetahui hari esok akan lebih baik ?

Saya jadi teringat perkataan dari Ali bin Abi Thalib, "Didiklah anak-anakmu dengan pengajaran yang baik, sebab ia diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu". Perkataan Ali R.A ini rasanya cocok dengan keadaan saat ini. Kadang mungkin kita merasa bahwa pendidikan yang kita berikan untuk anak sudah cukup, padahal bisa jadi malah kekurangan mengingat zaman yang makin berkembang, teknologi yang makin canggih.

Saya sangat setuju dengan kalimat, "Experience is the best teacher". Pengalaman adalah guru yang terbaik, dan guru itu pulalah yang membentuk saya menjadi seperti ini sekarang. Tetap masih menjadi manusia dhaif yang terus berusaha menjadi sempurna, walaupun hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin dicapai oleh manusia biasa. But at least i try...

Well jadi panjang lebar yah :D..ah nampaknya saya memang masih ada rindu menulis lagi disini hehe. Semoga bisa istiqomah yah. Amin !

Wassalamu'alaikum