Monday, April 23, 2007

Diskusi INSISTS: Akal dan Posisinya Dalam Islam: Kritik Terhadap Rasionalisme Mu'tazilah versi Harun Nasution

Start:     Apr 28, '07
Diskusi INSISTS:  Akal dan Posisinya Dalam Islam: Kritik Terhadap Rasionalisme Mu'tazilah versi Prof. Dr. Harun Nasution

Kedudukan akal dalam Islam sangat terhormat, bahkan melebihi agama-agama lain dalam memberi penghargaan kepadanya. Sebagai risalah Ilahiyyah terakhir, Islam mempersyaratkan kewajiban menjalankan agama bagi orang yang berakal. Artinya, orang yang hilang akalnya tidak diwajibkan mengerjakan perintah atau menjauhi larangan-Nya.Dalam al-Qur'an, kata-kata yang berakar pada 'aql bertaburan di berbagai surat. Kata-kata: afala ta'qilun (Maka tidakkah kamu menggunakan akalmu?; Tidakkah kamu berfikir?) terulang dalam al-Al-Qur'an tidak kurang dari 13 kali.

Kata la'allakum ta'qilun (agar kamu mengerti/memahami) terulang sekitar 8 kali; li qaumin ya'qilun (untuk kaum yang menggunakan akalnya/memikirkan) sekitar 8 kali; belum lagi kata-kata na'qilu, ya'qiluna biha, ya'qiluha, takunu ta'qilun, dsb. Penghargaan terhadap akal yang sedemikian agung dalam Islam, bukan berarti akal dibiarkan bebas berkelana liar tanpa batas dan arahan, terutama saat berhadapan dengan ketentuan wahyu.

Dalam aliran teologi Islam, dikenal madzhab Mu'tazilah yang kerap kehilangan kendali dalam pengagungannya terhadap kedudukan akal. Bahkan seringkali wahyu pun harus "tunduk" mengikuti kehendak akal manusia, seperti terlihat jelas dalam konsep baik dan buruk menurut Mu'tazilah yang didasarkan pada akal (al-husnu wal qubhu 'aqliyani), ketidakberdayaan Tuhan melakukan hal-hal yang "buruk", hingga urusan surga dan neraka yang seharusnya menjadi hak mutlak Tuhan pun di atur oleh akal, seperti yang tersusun dalam konsep al-ihbath wat takfir.

Penghargaan berlebihan terhadap akal juga terkesan mendominasi prinsip-prinsip keimanan Mu'tazilah yang lima (al-ushul al-khamsah), seperti prinsip tauhid, adil, janji dan ancaman, kedudukan di antara dua kedudukan dan amar ma'ruf nahi munkar.Anehnya, paham Mu'tazilah justru dijunjung tinggi oleh Prof. Harun Nasution. Ini terlihat jelas saat beliau membandingkan antara paham Asy'ariyyah dan Mu'tazilah:"Kalau kaum Mu'tazilah banyak percaya pada kekuatan akal manusia, kaum Asy'ariyyah banyak bergantung pada wahyu. Sikap yang dipakai kaum Mu'tazilah ialah mempergunakan akal dan kemudian memberi interpretasi pada teks atau nas wahyu sesuai dengan pendapat akal.

Kaum Asy'ariyyah, sebaliknya, pergi terlebih dahulu kepada teks wahyu dan kemudian membawa argumen-argumen rasionil untuk teks wahyu itu. Kalau kaum Mu'tazilah banyak memakai ta'wil atau interpretasi dalam memahami teks wahyu, kaum Asy'ariyyah banyak berpegang pada arti lafzi atau letterlek dari teks wahyu. Dengan lain kata kalau kaum Mu'tazilah membaca yang tersirat dalam teks, kaum Asy'ariyyah membaca yang tersurat".Demikianlah pemaparan Prof. Harun yang memuja paham Mu'tazilah dengan merendahkan madzhab Asy'ariyyah dalam bukunya "Islam ditinjau dari berbagai aspeknya" (hal. 42) yang dijadikan diktat wajib di perguruan tinggi Islam hingga kini.

Sehingga aliran Asy'ariyyah –yang dikesankan sebagai madzhab yang tidak rasionil--, beliau klaim tidak sesuai dengan kaum terpelajar Islam yang mendapat pendidikan Barat.Sudah proporsionalkah pemujaan Prof. Harun Nasution terhadap rasionalitas Mu'tazilah? Apa komentar Prof Rasjidi terhadap pemikian Harun ini? Bagaimanakah sebenarnya pendapat Mu'tazilah dan Asy'ariyyah tentang kedudukan akal dan wahyu? Apakah definisi akal sebenarnya? Dimanakah batasan-batasannya?

Kajian lebih lanjut dapat anda simak pada Diskusi Sabtuan di kantor INSISTS. Makalah dan tempat duduk terbatas untuk 40 orang.

Pembicara: Henri Shalahuddin, MA*
Waktu      : 10.00 – 12.00
Tempat    :  Kantor INSISTS
                  Jl. Kalibata utara II/84 Jakarta,
                  021-7940381


HENRI SHALAHUDDIN, S.Ag, MIRKH
Bojonegoro, 5 September 1975


Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. 1989 - 1995.

Institute for Islamic Studies Darussalam (ISID), Gontor, Majoring in Usul al-Din and Comparative Religion. 1995-1999 (Bachelor)

Master of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, majoring in Usul al-Din and Comparative Religion, International Islamic University Malaysia (IIUM). June 2001-August 2004

Teacher at Pondok Modern Darusalam Gontor East Java. April 1995 - November 2000.

Lecturer in Institute of Islamic Studies Darussalam (ISID) Gontor Indonesia (i.e. Islamic Theology, Comparative Religion). November 1999 - November 2000

Arabic teacher at al-Rashid (Senior High School), Bojonegoro East Java Indonesia for five months (December 2000-June 2002).

Arabic Teacher (Volunteer) at al-Amin (Primary School) Gombak Selangor, for three months, January - April 2002

A research assistant for Assoc. Prof. Dr. Abd. El Salam Beshr Mohamed, (lecturer at International Islamic University Malaysia, IIUM), from September - December 2003

Editor in Kachi Trading. Sdn. Bhd for publishing and printing IIUM for four months. March - July 2003.

Moderator for Indonesian Inter-parties Dialogue, between politicians, workers and students, Indonesia Embassy (KBRI) Kuala Lumpur, November 2003

Chief of KPPS-LN (The Coordinator Group for Indonesia General Election), Kuala Lumpur. April-September, 2004.

Mission of Indonesian Hajj, Desember 2004 - February 2005.

Secretary for Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization. 2005 - present

Free lance translator at Gema Insani Press (GIP) for publishing and printing. 2005 - present
______________________________

•    “Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama’ah min al-Usul al-Khamsah li l-Mu’tazilah” (Ahlussunah’s Attitude toward Five Principles of Mu’tazilah). A research to fulfill the requirement of first degree (Sarjana S1), october 5, 1999, ISID Gontor Indonesia, 120 pages. Its abstract was published by ‘Kalimah’ (Journal for Religion Studies and Islamic Thought), vol. 1, no. 1, September 2002, Faculty of Usul al-Din ISID Gontor. 2 pages

•    Interview on “Pluralisme Agama dan Civil Religion”, with Dr. Anis Malik Thaha (lecturer in IIUM, Department of Comparative Religion). This interview was published by ‘Kalimah’ (vol.2 May 2003, 7 pages) and ‘Republika’ (National Dayli Newspaper) on Friday, April 4, 2003.

•    “Dawr al-Ghazali fi Tatwir Manhaj ‘Ilmi l-Kalam min khilali Kitabihi al-Iqtisad fi l-I’tiqad” (=al-Ghazali’s Role in Developing of Islamic Theology based on his Book al-Iqtisad fi l-I’tiqad). Master thesis, IIUM Gombak Kuala Lumpur, 110 pages, November 2003. Its Abstract was published by TAJDID, IIUM journal, 8th year, February 2004, issue no. 15, as the best master thesis in Faculty of Usul al-Din.

•    Konsep Ahl al-Kitab dalam Tradisi Islam, Islamia Magazine, year 1, no. 4, January – March 2005, pp.71 – 80. Translated article: “The concept of The People of the Book (Ahl al-Kitab) in Islamic Religious Tradition”, written by Dr. M. Azizan Sabjan & Dr. Noor Shakirah Mat Akhir, School of Humanities Universiti Sains Malaysia, Penang.

•    Islam Demokratis-Sipil: Partner, Sumber Daya dan Strategi, al-Insan, Journal for Islamic studies, no. 3, vol. 2, 2006. pp. 114-119. translated article: “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies (Review)”, written by Kareem M. Kamel

•    Memaknai Liberalisme, kolom opini Republika, 5 April 2007
•    Poligami dan Gerakan Feminisme Global, Hidayatullah.com 4 Januari 2007.
•    Relativisme Kebenaran: Tren Baru Beragama Masyarakat Modern, makalah disampaikan pada diskusi sabtuan INSISTS, 17 Februari 2007.
•    Kebebasan dan Kebenaran, Catatan untuk Azyumardi Azra, Kolom Opini Republika, 11 September 2006.
•    Fanatisme Presiden Bush, kolom opini Republika, 20 Nov 2006.

Indahnya hidup berpasangan


Assalamu'alaikum,


Alhamdulillah, tanggal 23 Maret kemarin umur
saya bertambah (atau berkurang ?). Sekarang semuanya berjalan biasa
saja, tidak ada yang istimewa. Kalau dulu biasanya memang ada sedikit
perayaan kecil, misalnya traktir keluarga makan diluar. Tapi kali ini
tidak, selain karena saudara yang lain sibuk sendiri, juga karena
semakin bertambahnya keluarga jadi rasanya sedikit berat juga :p.

Tahun ini adalah yang pertama kalinya umur saya bertambah (berkurang ?) dengan didampingi teman sejati.
Saya masih ingat tahun kemarin ulang tahun saya, saya keliling Jakarta
dengan teman-teman rismata sambil bagi-bagi nasi kotak. Kali ini cukup
diam dirumah dengan Nina. Tanggal 23 Malamnya ketika saya hendak
berangkat ke peraduan alias tidur, saya melihat mata Nina sedikit
menerawang, seperti ada sesuatu yang dia pikirkan. Lama saya perhatikan
sampai akhirnya Nina sadar bahwa saya sedang memperhatikan dia.

"Lagi mikirin apa Nin ?"

Nina
tak menjawab pertanyaan saya dan hanya tersenyum. Tak berapa lama
kemudian mata Nina mulai berkaca-kaca dan bulir-bulir airmata yang
jernih pun mulai mengalir turun dari mata ke pipi. Saya cukup tersentak
melihat Nina yang tiba-tiba menangis.

"Nina, kamu kenapa ?! Indra punya salah sama kamu yah ?". Nina menggelengkan kepala.

"Yakin ?" tanya saya coba mendapatkan jawaban yang pasti.

Nina menjawab, "Ngga kok, ngga ada yang salah sama a'indra, justru Nina yang ada salah sama a'indra". Saya
makin bingung dibuatnya karena saya tak sedikitpun merasa bahwa Nina
punya salah dengan saya. Nina pun melanjutkan kalimatnya,

"Aindra, maaf ya....dihari ulang tahun aindra yang ke 26 ini Nina ngga bisa ngasih kado apa-apa....."

Saya
tersenyum sekaligus takjub mendengar Nina bicara seperti itu.
Sepertinya Nina tidak menyadari bahwa sebenarnya dialah hadiah ulang
tahun yang teristimewa yang pernah ada dalam hidup saya. Kehadirannya
semakin meneguhkan iman saya dan semakin yakin Allah Maha Adil.
Keberadaannya mampu menyeimbangkan ritme kehidupan saya.
Kesedehanaannya mengalahkan segala pesona dan kesabarannya mampu
melunakkan hati yang keras. Tutur katanya yang selalu lemah lembut dan
tak mampu berkata keras selalu berhasil membuat suasana hati menjadi
tenang dan tentram.


Selaras dengan apa yang ada di Al Qur'an, Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang
[QS 30:21]. Apa yang saya tulis ini tidaklah berlebihan bagi saya.


Kejadian diatas membuat saya
berpikir, Subhanallah, betapa Allah Maha Sayang terhadap
hamba-hamba-Nya walaupun masih banyak yang ingkar dan kufur akan
nikmatNya. Allah menciptakan semuanya berpasangan, Allah berfirman :

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui [QS 36:36]

Manusia
pun diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan agar segala kesulitan,
kemudahan dan kebahagian hidup ini dapat dijalani bersama. Agar
masing-masing berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabiqul khairat)
dan saling mengingatkan dalam kealpaan. Pernahkah terbayang di benak
kita bahwa kita akan hidup sendiri selamanya tanpa pernah sekalipun
merasakan indahnya hidup berpasangan. Rasanya sulit bagi manusia normal
untuk menolak salah satu bentuk kenikmatan yang diberikan oleh Allah,
yaitu hidup berpasangan.

dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. [QS 53:45]

Akhirnya Allah pun menegaskan tujuan dari berpasangan,

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.[QS 51:49]

Inilah
salah satu keindahan dari hidup berpasangan, agar kita selalu dapat
mengingat kebesaran Allah dan mensyukuri nikmat-Nya....

Fabiayyi alaa i Robbikumaa Tukaddzibaan....

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?......



Ya Zawjati...
Having Allah as my God,
Prophet Muhammad as my leader
and you as my wife
is the best gift in my whole life.
Alhamdulillahi Robbil 'alamin
....



Wassalamu'alaikum




Tuesday, April 17, 2007

Diskusi INSISTS: DAMPAK HERMENEUTIKA SCHLEIERMACHER DAN WILLIAM DILTHEY DALAM TAFSIR AL-QUR’AN: SUATU ANALISA

Start:     Apr 21, '07
Pembicara: Adnin Armas. Tempat: INSISTS ( Jl. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta Selatan. Tlp. 021-7940381). Peserta: Terbatas untuk 50 orang.

Catatan: Calon peserta harap mendaftarkan diri terlebih dahulu karena tempat terbatas.

Monday, April 16, 2007

Penghujatan Al Qur'an di Malang





“Di tangan saya, saudara, saya angkat demikian, supaya saudara mengetahuinya. melihatnya dengan jelas. Mengenali isi buku ini…"
(kamera lantas mengarahkan kitab yang ternyata tak lain adalah Al-Quranul Karim edisi terjemahan).

“Di dalam buku ini. Terdapat ajaran-ajaran yang menyesatkan berjuta-juta orang. Melalui ajaran dalam buku ini, membawa mereka dan menuntun mereka menuju Neraka.”
(jamaah lantas diminta berdiri)

“Ulurkan tanganmu. Arahkan pandangan hatimu kepada mereka yang masih jauh. Pada kesempatan ini, tunjuk, ulurkan tanganmu pada benda ini!. Benda yang mengakibatkan penyesatan begitu banyak orang. Yang menyebabkan menyebabkan radikalisme  sedemikian rupa. Yang menyebabkan pemberontakan-pemberontakan. Kebencian yang diajarkan….”
(Video terpotong. Selanjutnya, Al-Quran sudah berada di bawah. Sejajar dengan kaki para jamaah yang masih mengelilingnya sambil berdiri).

“Malam ini kita akan melakukan hal yang besar. Kita akan melakukan yang radikal, saudara-saudara!. Dengan berbelas kasihan pada Allah (bukan Alloh, red) , mari bersama-sama berdoa, kita mengusir… esensi roh-roh yang melekat pada buku ini. Dan kitakan di dalam nama Tuhan Yesus…..”
(Suara lantas gemuruh. Ada yang spontan bilang amen!.amen! Dan sebagian mengatakan sesuatu sambil menunjuk-nunjuk arah Al-Quran. Mirip merukyah jin.  Gemuruhnya suasana membuat suara sang imam tak terdengar secara jelas)

Klip ini berisikan penistaan Islam dan Al-Quran yang dilakukan oleh Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI), di Hotel Asida Kota Batu 19-21 Desember 2006 lalu. Yang saya upload ini adalah potongan dari full versionnya yang dipublikasi oleh Forum Arimatea. Berita-berita yang berkaitan dengan kasus ini bisa dibaca disini :

- Dan Al-Quran itu Lantas "Didoakan..."

- "Geger" Penistaan Islam di Malang

- Polisi Terus Menyelidiki Penistaan Agama


Tear it...
Destroy it...
Or throw it in the sea...
It will remain in our hearts...
'Til the last gasp we breathe !

Bagi yang ingin posting klip ini di website masing-masing, sangat dipersilahkan agar masyarakat luas bisa mengetahui yang sebenarnya terjadi. Yang saya upload ini besar filenya 2 mb. Jika perlu size yang lebih kecil lagi insya Allah bisa saya edit ulang lalu upload ulang, tapi kualitas gambar akan sedikit berkurang, kalo suaranya insya Allah masih jelas...
 
VCD Asli bisa didapat di :

FORUM ARIMATEA
Advokasi, Rehabilitasi, IMunisasi Aqidah yang Terpadu, Efektif dan Aktual
No.Tlp. 021-7079-1311, 0818-866978, 0816-1648517,
0815-992-6034, 0816-1927-135
Jl. Nanas No.25, Perum Bintara Jaya I
E-Mail : forum_arimatea@yahoo.com & info@arimatea.net


 

Saturday, April 14, 2007

Buku : Snouck Hurgronje dan Islam

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:P.SJ. Van Koningsveld
Judul : Snouck Hurgronje dan Islam
Judul asli : Snouck Hurgronje en Islam; Acht artkelen over leven en werk van een orientalist uit het koloniale tijdperk
Penulis : P.SJ. Van Koningsveld
Penerbit : PT. Girimukti Pasaka
Cet. I : 1989

Prof. Dr. Snouck Hurgronje (1857-1936) selama ini merupakan tokoh yang sangat kontroversial. Disanjung dipuja sebagai sarjana Islam yang cemerlang, tetapi juga dicaci maki sebagai seorang ahli muslihat yang hendak menghancurkan Islam dari dalam dengan pura-pura masuk Islam. Betapapun diakui oleh semua pihak bahwa pemerintah Belanda baru mempunyai garis kebijaksanaan tentang Islam didaerah jajahannya yang bernama Hindia Belanda (Indonesia) setelah Snouck Hurgronje menjadi penasehat pemerintah dalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam.

Christian Snouck Hurgronje, pada tahun 1884 mengadakan petualangan ke jazirah Arab, dan menetap di Jeddah sejak Agustus 1884 hingga Februari 1885, sebagai persiapan menuju Mekah, yang merupakan tujuan utama dari petualangannya. Snouck sampai di Mekah pada tanggal 22 Februari 1885 dengan menggunakan nama samaran Abdul Ghafar, karena memang Mekah tertutup untuk yang selain muslim. Dia menetap di Mekah selama enam bulan dan menghasilkan karya berjudul Makah. Namun akhirnya pada bulan Agustus, Snouck dipaksa keluar dari Mekah oleh konsul Prancis.

Selama ini di negeri Belanda, Snouck Hurgronje selalu dibicarakan dengan khidmat. Para sarjana Ketimuran seakan-akan menghindar dengan sengaja dari membahas segi-segi Snouck Hurgronje yang menimbulkan tanda tanya. Dia seakan-akan telah menjadi mitos yang tak boleh diganggu gugat. Tetapi seorang sarjana ahli bahasa Arab dan ke-Islaman dari almamater Snouck Hurgronje sendiri, Universitas Kerajaan Leiden, yaitu Dr. P.S.J Van Koningsveld dengan berani dan jujur mencoba mengorek segi-segi Snouck Hurgronje yang digelapkan, sehingga ia mendapat reaksi yang sangat hebat dari para pengagum Snouck.

Dalam buku Snouck Hurgronje dan Islam yang sengaja disusun oleh penulisnya untuk diterbitkan dalam terjemahan Indonesia oleh penerbit Girimukti Pasaka, Prof. Dr. Van Koningsveld mengumpulkan tulisan-tulisannya yang bertalian dengan tokoh kontroversial itu, sehingga para pembaca akan mendapat gambaran yang lebih menyeluruh. Kumpulan tulisan Van Koningsveld ini banyak mendapat pertentantangan dikalangan akademisi yang masih menjadi almamaternya di Leiden.

J.J Witkam, F. Schroder, Dr. L.I. Graf adalah orang-orang yang senantiasa menentang tulisan-tulisannya. Padahal mereka semua satu almamater dengan Van Koningsveld. Van Koningsveld adalah pembantu utama dalam pengkajian sejarah Islam di Fakultas Teologi Universitas Leiden. Banyak intrik-intrik yang terjadi selama pengungkapan kebenaran Van Koningsveld tentang fakta dan data sejarah Snouck Hurgronje.

Apakah Snouck Hurgronje itu seorang sarjana yang piawai, ataukah hanya seorang pegawai pemerintah kolonial yang hendak melestarikan penjajahan orang Kristen terhadap kaum Muslimin Indonesia? Apakah ia seorang "mufti Betawi" yang tulus, ataukah seorang palsu yang berdarah dingin yang mempergunakan ilmu pengetahuan sebagai alat penjajahan ?


PS : Buku ini saya dapatkan di Walisongo, Kwitang Jakarta Pusat. Harganya lupa, under 50rb....Walisongo akhir-akhir ini banyak menerbitkan buku-buku lama. Buku ini salah satunya

Monday, April 9, 2007

Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

Rating:★★★★★
Category:Other
Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

 
Istilah ”Islam inklusif” atau ”inklusivisme Islam" kini banyak digunakan dalam studi Islam. Banyak cendekiawan dan pejabat mulai mempopulerkan istilah tersebut. Prof. Nurcholish Madjid menyebut teologinya sebagai ”Teologi Inklusif”. Dr. Alwi Shihab juga menulis buku berjudul ”Islam Inklusif”. Banyak doktor dalam studi Islam yang secara resmi mengadopsi istilah ’Islam inklusif’ untuk menganalisis kaum Muslim. Dr. Fatimah Husein, dosen UIN Yogyakarta, misalnya, menulis disertasinya di Melbourne University, dengan judul: “Muslim-Christian Relations in The New Order Indonesia: The Exclusivist and Inclusivist Muslims Perspectives”.

Pada 20-22 Desember 2005, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menyelenggarakan acara ‘International Workshop for Islamic Higher Learning in Indonesia’, yang dalam TOR-nya menyatakan, “UIN, IAIN, STAIN have to be a center of learning that provides inclusive understanding of Islam, which are necessary for facing global situation.” Istilah “Islam inklusif”, ”Teologi Inklusif”, dan sejenisnya, mulai populer di kalangan cendekiawan Muslim, menyusul berakhirnya Konsili Vatikan II (1965). Banyak pengamat keagamaan yang kemudian membuat ulasan bahwa dalam Konsili tersebut Gereja Katolik telah mengubah teologinya dari “Teologi Eksklusif” menjadi “Teologi Inklusif.” Para analis agama itu menyatakan, bahwa Geraja Katolik tidak lagi memegang semboyan “extra ecclesiam nulla salus” (di luar Gereja tidak ada keselamatan), tetapi sudah mengakui bahwa “keselamatan juga bisa diperoleh
melalui agama lain.”

Tetapi, sejumlah pakar studi agama juga menolak analisis tersebut, dan menyatakan, bahwa Gereja Katolik tidak mengubah teologi eksklusifnya dalam Konsili tersebut. Perdebatan ini belum berakhir hingga kini. Tetapi, di kalangan kaum Muslim, istilah “Islam inklusif” dan sejenisnya telah diadopsi dan digunakan dalam kerangka pikir studi agama-agama. Ironisnya, istilah itu digunakan dengan serampangan dan diberi makna yang justru berbeda dengan apa yang dikenal dalam studi agama-agama, terutama dalam studi teologi Kristen.

Sebagai misal, dalam buku ‘Teologi Inklusif Cak Nur’ (2001), dikatakan, bahwa Teologi Inklusif merupakan alternatif dari "teologi eksklusif" yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Karena itu, dalam perspektif "Teologi Inklusif", klaim bahwa hanya agamanya saja yang benar dan menjadi jalan keselamatan, adalah teologi yang dianggap salah. Karena istilah ini sudah terlanjur dikembangkan dalam studi Islam di kampus-kampus Islam, maka perlu dikaji secara serius makna dan asal muasal istilah “Islam Inklusif” atau “Teologi Inklusif” tersebut, apakah memang sesuai dengan “Islamic worldview” atau tidak..

Untuk itu, masalah ini akan dikaji lebih jauh pada diskusi Sabtuan INSISTS pada 14 April 2007. Peminat dimohon menghubungi kantor INSISTS untuk mendaftarkan diri sebab tempat terbatas hanya untuk 50 orang.

Waktu      : 14 April 2007 Pukul 10.00-12.00
Tempat    : Kantor INSISTS, Jalan Kalibata Utara II/84
                 Jakarta. Tlp. 021-7940381
Pemateri :

Adian Husaini, MA, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1965. Pendidikan Islam diperoleh dari Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro (1971-1977), Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), dan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, LIPIA Jakarta (1988).

Gelar Master dalam bidang Hubungan Internasional diperoleh dari Pasca Sarjana Program Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul PRAGMATISME POLITIK LUAR NEGERI ISRAEL. Saat ini sedang menempuh pendidikan program Ph.D. di Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).

Aktivitas ilmiah dan organisasi adalah sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Juga menjabat sebagai Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam/KISDI, Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), dan Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pernah menjadi wartawan di Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma’had ‘Aly) Husnayain Jakarta.

Diskusi INSISTS: Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

Start:     Apr 14, '07
Kajian Kritis atas Paham "Inklusivisme Islam"

 
Istilah ”Islam inklusif” atau ”inklusivisme Islam" kini banyak digunakan dalam studi Islam. Banyak cendekiawan dan pejabat mulai mempopulerkan istilah tersebut. Prof. Nurcholish Madjid menyebut teologinya sebagai ”Teologi Inklusif”. Dr. Alwi Shihab juga menulis buku berjudul ”Islam Inklusif”. Banyak doktor dalam studi Islam yang secara resmi mengadopsi istilah ’Islam inklusif’ untuk menganalisis kaum Muslim. Dr. Fatimah Husein, dosen UIN Yogyakarta, misalnya, menulis disertasinya di Melbourne University, dengan judul: “Muslim-Christian Relations in The New Order Indonesia: The Exclusivist and Inclusivist Muslims Perspectives”.

Pada 20-22 Desember 2005, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menyelenggarakan acara ‘International Workshop for Islamic Higher Learning in Indonesia’, yang dalam TOR-nya menyatakan, “UIN, IAIN, STAIN have to be a center of learning that provides inclusive understanding of Islam, which are necessary for facing global situation.” Istilah “Islam inklusif”, ”Teologi Inklusif”, dan sejenisnya, mulai populer di kalangan cendekiawan Muslim, menyusul berakhirnya Konsili Vatikan II (1965). Banyak pengamat keagamaan yang kemudian membuat ulasan bahwa dalam Konsili tersebut Gereja Katolik telah mengubah teologinya dari “Teologi Eksklusif” menjadi “Teologi Inklusif.” Para analis agama itu menyatakan, bahwa Geraja Katolik tidak lagi memegang semboyan “extra ecclesiam nulla salus” (di luar Gereja tidak ada keselamatan), tetapi sudah mengakui bahwa “keselamatan juga bisa diperoleh
melalui agama lain.”

Tetapi, sejumlah pakar studi agama juga menolak analisis tersebut, dan menyatakan, bahwa Gereja Katolik tidak mengubah teologi eksklusifnya dalam Konsili tersebut. Perdebatan ini belum berakhir hingga kini. Tetapi, di kalangan kaum Muslim, istilah “Islam inklusif” dan sejenisnya telah diadopsi dan digunakan dalam kerangka pikir studi agama-agama. Ironisnya, istilah itu digunakan dengan serampangan dan diberi makna yang justru berbeda dengan apa yang dikenal dalam studi agama-agama, terutama dalam studi teologi Kristen.

Sebagai misal, dalam buku ‘Teologi Inklusif Cak Nur’ (2001), dikatakan, bahwa Teologi Inklusif merupakan alternatif dari "teologi eksklusif" yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Karena itu, dalam perspektif "Teologi Inklusif", klaim bahwa hanya agamanya saja yang benar dan menjadi jalan keselamatan, adalah teologi yang dianggap salah. Karena istilah ini sudah terlanjur dikembangkan dalam studi Islam di kampus-kampus Islam, maka perlu dikaji secara serius makna dan asal muasal istilah “Islam Inklusif” atau “Teologi Inklusif” tersebut, apakah memang sesuai dengan “Islamic worldview” atau tidak..

Untuk itu, masalah ini akan dikaji lebih jauh pada diskusi Sabtuan INSISTS pada 14 April 2007. Peminat dimohon menghubungi kantor INSISTS untuk mendaftarkan diri sebab tempat terbatas hanya untuk 50 orang.

Waktu      : 14 April 2007 Pukul 10.00-12.00
Tempat    : Kantor INSISTS, Jalan Kalibata Utara II/84
                 Jakarta. Tlp. 021-7940381
Pemateri :

Adian Husaini, MA, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1965. Pendidikan Islam diperoleh dari Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro (1971-1977), Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), dan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, LIPIA Jakarta (1988).

Gelar Master dalam bidang Hubungan Internasional diperoleh dari Pasca Sarjana Program Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul PRAGMATISME POLITIK LUAR NEGERI ISRAEL. Saat ini sedang menempuh pendidikan program Ph.D. di Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).

Aktivitas ilmiah dan organisasi adalah sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Juga menjabat sebagai Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam/KISDI, Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), dan Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pernah menjadi wartawan di Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma’had ‘Aly) Husnayain Jakarta.

Tuesday, April 3, 2007

Diskusi INSISTS: Freemason dan Gagasan Pluralisme Agama

Start:     Apr 7, '07
Freemason dan Gagasan Pluralisme Agama  

Faham bahwa pada intinya semua agama sama tidak terlepas dari kuatnya pengaruh gerakan Freemason. Pada tanggal 17 November 1875, beberapa pengikut Freemason membentuk The Theosophical Society di New York. Seiring dengan perjalanan waktu, The Theosophical Society berkembang pesat di berbagai negara. Pada akhir abad 19, The Theosophical Society memiliki 500 cabang dalam 40 negara di Asia dan Barat.

The Theosophical Society di Perancis didirikan pada tahun 1887 oleh Gérard Encausse (1865-1916), juga seorang Mason. Encausse yang dikenal sebagai Papus adalah guru pertama Rene Guénon (1886-1951).  Pemikiran Guénon mengenai gagasan spritualisme dan Tradisi agama-agama tidak terlepas dari pengaruh pemikiran Papus. Gagasan Guénon dikembangkan lebih jauh lagi oleh Frithjof Schuon (1907-1998).

Dalam pandangan Schuon, sekalipun dogma, hukum, moral, ritual agama adalah berbeda, namun nun jauh di kedalaman masing-masing agama, ada ‘a common ground’. Menurut Schuon, agama-agama bertemu pada level transendent. Gagasan bahwa semua agama pada intinya adalah sama, merupakan inti pemikiran Schuon.

Tidak sedikit dari pemikir Muslim yang mengadopsi gagasan Schuon. Dalam diskusi Sabtuan INSISTS pada tanggal 7 April 2007 di Kalibata Utara II, No. 84, Adnin Armas akan membahas gagasan Pluralisme Agama dan kaitannya dengan Freemason. Diskusi ini akan sangat menarik untuk diikuti karena memang tidak banyak pemikir Muslim yang mengungkap gerakan Freemason dan gagasan Pluralisme Agama.

Pembicara         : Adnin Armas, MA

Tanggal/Jam      : Sabtu, 7 April 2007 10:00 s/d 12:00 WIB

Tempat             : INSISTS – Jl. Kalibata Utara II/84 Tlp. 021-7940381

Konfirmasi         : Nandi 08176895797

Untuk masksimal 40 Peserta. 
________________________________

Adnin Armas, M.A menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo tahun 1992 dan melanjutkan ke Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), dalam bidang Filsafat. Memperoleh Sarjana dari International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) bidang Pemikiran Islam (Islamic Thought) dengan tesis berjudul Fakhruddin arRazi on Time pada tahun 2003.

Saat ini beliau adalah kandidat doktor di ISTAC UIAM aktif sebagai peneliti INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Karya beliau antara lain adalah: Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an; Pengaruh Orientalis terhadap Islam Liberal. Di samping itu beliau sangat aktif menulis artikel-artikel ilmiah di beberapa majalah dan surat kabar di Indonesia.

Currently a Ph.D candidate at ISTAC-IIUM, Adnin obtained B.A. from International Islamic University Malaysia in 1997 and M.A in Islamic Thought from ISTAC in 2003. He is a prolific writer on Liberal Islam and Secularisation and some of his published articles are:

- Menjernihkan Ide Kesatuan Agama (Republika, February 2003)

- Menelusuri Originalitas Gagasan Sekularisasi Nurcholish Madjid (Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 1, No. 2 (2003).

- Simbol Kegagalan Kristen Melawan Barat (Majalah Hidayatullah, December, 2003)

- Sekularisasi Menghempaskan Agama (Majalah Hidayatullah, February 2004)

- Pembela dan Penghadang Sekularisasi (Majalah Hidayatullah, March 2004)

- Tafsir al-Qur'an atau Hermeneutika al-Qur'an (Majalah Islamia, March 2004)

- Orientalisme dan Teori Pengaruh Terhadap Islam (Republika 6 May, 2004)

- Pengaruh Metodologi Bibel Terhadap Studi Al-Qur'an (Republika, 29 November 2004).

- Orientalis dan Studi Al-Qur'an: Tanggapan Atas Tanggapan (Republika, April 2005).

Books Published

- Christian and Orientalist Influences on Liberal Islam. An interactive dialogue with activists of the Liberal Islam Network, Jakarta: Gema Insani Press (GIP) 2003.

- Biblical Methodology in Qur'anic Studies: A Critical Analysis, Jakarta; Gema Insani Press (GIP) 2005.