Friday, March 30, 2007

Shalahuddin dan Peringatan Maulid

Rating:★★★★★
Category:Other

Shalahuddin dan Peringatan Maulid
http://www.republika.co.id


Setiap Rabi'ul Awwal, umat Muslim sibuk menyiapkan varian agenda dalam rangka memperingati kelahiran Rasulullah SAW yang jatuh pada tangal 12 Rabi'ul Awal. Namun tak ada yang tahu, apa semangat digagasnya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama kali dilakukan Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Mesir.

Ia mengusulkan ide itu pada Sultan Mesir, Muzaffar ibn Baktati, yang terkenal arif dan bijaksana. Ia sangat menghormati sosok Shalahuddin, yang di kemudian hari membawa kemenangan bagi tentara Muslim dalam Perang Salib. Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah dari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M).

Gagasan Shalahuddin sederhana. Pada masa itu masjid Al Aqsha diambil alih dan diubah menjadi gereja. Kondisi tersebut diperparah oleh keadaan pasukan Islam yang mengalami penurunan ghirah perjuangan dan renggangnya ukhuwah Islamiyah.

Dari situlah Shalahuddin memiliki gagasan untuk menghidupkan kembali semangat juang dan persatuan umat dengan cara merefleksikan dan mempertebal kecintaan kepada Rasulullah. Selanjutnya digelarlah peringatan Maulid Nabi yang disambut luar biasa oleh seluruh kaum Muslimin kala itu. “Semangat Shalahuddin untuk memperingati Mauild Nabi dalam rangka mengajak ummat Islam untuk back to Quran dan Sunnah. Akhirnya peperangan dimenangkan oleh pasukan Islam. Peringatan Maulid ini banyak manfaatnya,” jelas ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Syukri Zakrasyi.

Apa yang digelorakan Shalahuddin membuahkan hasil di kemudian hari. Jerusalem berhasil direbut. Di bawah kepemimpinannya, Perang Salib diakhiri dengan sedikit jumlah korban. Tak seperti saat tentara Kristen menduduki Jerusalem dan membunuh semua Muslim yang tersisa, pasukan Shalahuddin mengawal umat Kristen dan memastikan jiwa mereka selamat saat keluar dari Jerusalem. Begitulah akhlak Islam seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tidak mentang-mentang menang dan berkuasa, maka bebas melakukan penindasan.

Muslim Indonesia pantas meniru sejarah Rasulullah dan sejarah lahirnya peringatan maulid Nabi. Sedikit banyak, situasi Muslim saat ini hampir sama dengan situasi umat Islam masa Shalahuddin Al-Ayubi. Selain terpuruk secara politik, ekonomi, sosial, budaya, dan akidah, juga tidak ada kebanggaan sebagai Muslim.

Berkaca lagi pada pribadi Nabi SAW, itulah semangat yang diusung Shalahuddin. Itu pula agaknya yang harus kita lakukan saat ini. ''Dalam kondisi bangsa yang penuh ujian seperti sekarang ini, sangat pantas jika kita melihat figur Rasulullah SAW terutama dalam membangun masyarakatnya yang berlandaskan nilai-nilai Ilahi. Beliau itu memiliki akhlak yang sangat terpuji: jujur, tanggungjawab dan kebersamaan,'' ujar Prof Dr KH Didin Hafidhuddin Msc, direktur Pasca Sarjana Univeristas Ibnu Khaldun Bogor.

________________________________

Beberapa hukum merayakan Maulid :

- Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi ? (
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)

- Hukum Memperingati acara Maulid Nabi (Di sarikan dari surat kabar " Al-Adhwa' ", dan diterjemahkan oleh : Abu Ja'far El-Thoyyar Fir'adi Nasruddin ,Lc)

- Maulid, Haul dan Tahlil : Bid'ah ? (www.syariahonline.com)

- Bidah Maulid Nabi (www.syariahonline.com)

- Apakah "BARJANJI" Itu? (www.syariahonline.com)

Semoga bermanfaat !



Thursday, March 29, 2007

Sabili : "Banci Marak Bencana Merebak"

Rating:★★★★★
Category:Other
TELAAH UTAMA
Edisi 19 Th XIV
5 April 2007
17 Rabi'ul Awal 1428
 

Banci Marak Bencana Merebak

Bak barang dagangan yang sedang laris, tayangan waria makin marak di layar kaca. Dalam kehidupan nyata, sama saja. Sejak 2004, kaum waria tercatat sudah tiga kali menggelar kontes. Pertanda apa ini?
 
Ketika memasuki ruangan Yayasan Srikandi Sejati yang nempel pada kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di bilangan Pisangan, Jakarta Timur, Nancy (53) langsung menyapa, “Dari Sabili, ya?”

Selanjutnya, waria kelahiran Bandung, 1 April 1954 ini mengenalkan Sabili pada ketiga waria yang ada di ruangan 2 X 3 meter itu. Tampak juga seorang dokter. Penampilan Nancy berbeda dengan yang lainnya. Waria bernama asli Nandy Iskandar ini mengenakan jilbab. Sedangkan ketiga waria lainnya berdandan menor seperti umumnya waria.

Sabili diminta masuk ke ruangan itu. Yang dimaksud ruangan adalah kamar yang hanya tersedia dua kursi dengan satu meja yang dipenuhi booklet penerangan HIV/AIDS. Demikian pula dindingnya. Bahkan ada manequin alat kelamin pria. “Ini buat contoh cara masang kondom,” Nancy menjawab keheranan Sabili.

Ketika wawancara berlangsung, para waria berlalu lalang. Dengan ramah, Nancy menjawab pertanyaan Sabili seputar kegiatan lembaganya dan latar belakang kehidupan waria yang sempat lolos seleksi anggota HAM beberapa waktu lalu.

Nancy adalah salah satu potret fenomena waria yang makin tumbuh berkecembah di Indonesia. Di layar kaca, kita kerap disuguhi tontonan waria. Sebut misalnya sosok Irfan Hakim. Tak tanggung-tanggung, selain sering memainkan peran sebagai perempuan di acara Ngelenong Nyok, Irfan juga berperan sebagai perempuan di sinetron Putri Ke-4 di sebuah stasiun TV swasta. Dalam sinetron ini, ia berperan sebagai Erika, seorang gadis yang tinggal di sebuah rumah kos bersama tiga anak lainnya yang semuanya wanita.

Irfan Hakim bisa dibilang artis yunior yang sering memainkan peran wanita. Jauh sebelum alumnus IAIN Sunan Gunung Djati ini tampil, kita sudah mengenal Tessy. Artis bernama asli Kabul Basuki ini sejak awal memang sudah menggeluti dunia lawak dengan ikon perempuan. Dan, sampai kini pun ia tetap enjoy dengan dunianya itu. “Ya, rezeki saya dari situ!” ujarnya, pada Sabili yang menghubunginya via telepon pekan lalu.

Jauh sebelum Tessy muncul, dunia hiburan dihadiri oleh sosok Dorce Gamalama. Waria yang bernama asli Dedi Yuliardi Ashadi kelahiran Solok, Sumatra Barat, 21 Juli 1963 ini termasuk artis serba bisa. Kini ia memandu acara Dorce Show di sebuah televisi swasta.

Sejak kecil, Dorce sudah menggeluti dunia seni. Karir musiknya diawali dengan menyanyi bersama kelompok Bambang Brothers. Kala itu ia masih duduk di bangku SD. Di SMP ia semakin tidak tertarik pada pelajaran sekolah dan lebih memusatkan perhatian pada karir menyanyi. Selain itu, ia juga mulai menyadari kecenderungannya untuk tertarik pada pria. Hal ini juga ia manfaatkan untuk membuat penampilannya di panggung tambah menarik, yaitu melawak dengan berpura-pura menjadi wanita. Ketika itulah ia mendapatkan nama panggilan Dorce Ashadi dari Myrna, pemimpin kelompok tari waria Fantastic Dolls.

Karena semakin merasa terperangkap dalam tubuh seorang laki-laki, ia kemudian memutuskan untuk operasi ganti kelamin menjadi seorang wanita. Walaupun mendapat tentangan dari berbagai pihak, hal ini juga diberitakan luas oleh media massa dan membuat Dorce semakin terkenal. Setelah muncul di TVRI stasiun daerah Surabaya, ia mulai muncul juga di TVRI pusat Jakarta dan diundang untuk tampil di berbagai kota di Indonesia. Acara ini diikuti film Dorce Sok Akrab dan Dorce Ketemu Jodoh, dan kontrak rekaman lainnya.

Menurutnya, ia mendapat inspirasi untuk nama Gamalama dari suatu perjalanan untuk menyanyi di Ternate bersama Benyamin Suaeb, di mana ia melihat gunung Gamalama. Setelah naik haji, ia juga menambahkan nama Halimatussadiyah.

Sosok lainnya yang bergelut di dunia ini adalah Aming. Pria kelahiran 7 November 1980 mempunyai nama lengkap Aming Sugandhi. Ia selalu memainkan peran sebagai perempuan lewat acara komedi Extravaganza di sebuah stasiun TV swasta. Selain mereka, masih banyak artis lainnya yang berjenis kelamin laki-laki dan sering memainkan peran sebagai perempuan. Dalam hukum Islam, mereka ini termasuk takhannuts atau laki-laki menyerupai wanita.

Selain di layar kaca, fenomena waria ini sejak lama sudah menunjukkan identitasnya secara terang-terangan di dunia nyata. Dari hari ke hari, keberadaan kaum waria di Indonesia, terasa makin banyak. Di Jakarta saja, saat ini tercatat ada lebih dari enam ribu waria yang terdata oleh Yayasan Srikandi Sejati yang juga digawangi oleh para waria sendiri.

Belum lagi mereka yang masih tertutup dan dikucilkan keberadaannya, karena dianggap sebagai aib oleh keluarganya. Para waria, kebanyakan hidup berkelompok antara 10 orang sampai 30 orang. Di Jakarta, mereka tersebar di berbagai wilayah.

Para waria yang cukup sukses menapaki hidupnya berprinsip, harus berani melakukan terobosan-terobosan, jika ingin diakui dan tidak menjadi cemoohan. Berbekal keberanian, segelintir waria mulai berani muncul di hadapan publik dengan kesan bersih, pintar dan tetap cantik.

Hal itu diwujudkan pula melalui pemilihan putri waria, yang sudah diadakan tiga kali sejak 2004, meskipun mengundang kontroversi. Pada 2004 pernah digelar Kontes Miss Waria Indonesia. Megi Megawati terpilih sebagai pemenang.

Selanjutnya pada pertengahan 2005, digelar Kontes Pemilihan Miss Waria Indonesia di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat. Sebanyak 30 waria dari berbagai daerah mengikuti kontes ini. Mereka unjuk kebolehan dengan bernyanyi dan menari. Olivia Lauren, kontestan dari Jakarta, terpilih sebagai Miss Waria Indonesia 2005. Penyematan mahkota langsung dilakukan Miss Waria Indonesia 2004 Megi Megawati. Menurut Ketua Dewan Juri Ria Irawan, salah satu penilaian adalah kesempurnaan fisik peserta yang menyerupai wanita. "Pemenang akan dikirim ke ajang internasional," kata Ria Irawan, kala itu.

Acara ini sempat mendapat respon. Di luar gedung, sekitar seratus anggota Front Pembela Islam (FPI) memrotes Kontes Miss Waria ini. Mereka meminta acara tersebut dibubarkan. Menurut Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat FPI Soleh Mahmud, acara ini telah menghina Islam. "Ini adalah kontes waria jadi-jadian, bukan waria yang diakui keberadaannya oleh Islam," kata Soleh. Setelah beraksi sekitar dua jam, mereka kemudian bernegosiasi dengan panitia. Namun, pemilihan Miss Waria 2005 tetap dilanjutkan.

Para penyelenggara kontes waria ini seperti tak pernah kapok. Pada 2006, mereka kembali menggelar Pemilihan Putri Waria 2006. Kali ini Merlyn Sopjan yang bernama asli Aryo Pamungkas terpilih sebagai pemenang.

Begitu gigihnya acara ini dilangsungkan sangat bisa dipahami. Para penyelenggara mendapatkan dukungan langsung dari para petinggi negeri ini. Seperti acara Pemilihan Putri Waria 2006, mereka mendapat dukungan langsung dari mantan Presiden Abdurahman Wahid dan Gubernur DKI Sutiyoso. “Saya hanya menagih janji Gus Dur yang pernah bilang dia Bapak Bangsa,” papar Megie yang bernama asli Totok Sugiarto. Dialah tokoh paling penting dalam penyelenggaraan pemilihan miss waria 2006.

Dukungan juga datang dari kalangan liberal. Seperti diberitakan Jawa Pos (Kamis, 1/7/2004), Ulil Abshar Abdalla pernah mengeluarkan siaran pers bersama dengan LSM Pelangi (Perhimpunan Lesbian dan Gay Indonesia) di Kantor YLBHI Yogyakarta pada 30 Juni 2004, untuk pembuatan UU khusus mengenai perlindungan lesbian dan gay.

Selain itu, fenomena maraknya artis di layar kaca juga bisa berdampak buruk. “Dampaknya buruk sekali. Ini menjadi semacam angin segar bagi para waria atau bencong. Orang melihat itu hal biasa. Sebagai sebuah pilihan yang diserahkan kepada orangnya, mau silakan, tidak mau tidak apa-apa. Padahal perbuatan itu perbuatan terkutuk. Dalam hadits sudah dikatakan, Allah melaknat perbuatan seperti itu. Allah melaknat laki-laki yang keperempuan-perempuanan, dan sebaliknya,” terang Dosen Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Dr Daud Rasyid.

Menurut doktor bidang hadits dari Universitas Kairo, Mesir ini, dari segi moral waria sudah menyalahi kaidah-kaidah Islam. Seorang laki-laki tidak boleh memakai pakaian perempuan, sebagaimana disebutkan sebuah hadits shahih.

Selanjutnya, menurut Daud Rasyid, praktik kebencong-bencongan ini menyalahi kaidah-kaidah moral. “Dalam kaidah moral kita, perempuan ada batasan-batasannya. Laki-laki juga ada batasan-batasannya. Jadi sangat tidak etis laki-laki tampil, apalagi di depan publik dengan pakaian-pakaian perempuan. Ini mengundang amarah Allah SWT karena itu merupakan bagian perbuatan yang berdosa,” tegasnya.

Ironisnya, sebagian dari mereka yang sering melakukan peran lawan jenisnya itu justru tidak mengetahui bahwa profesi yang mereka geluti dilarang. Ketika ditanya apakah profesinya dipermasalahkan secara agama, Kabul Basuki yang lebih tenar dengan panggilanTessy menjawab, “Agama yang mana?” Tessy juga heran kalau perbuatannya itu terlarang dalam Islam. “Diharamkan? Wah, saya baru dengar. Saya nggak pernah dengar hal itu,” ujar Kabul pada Sabili ketika dikonfirmasi tentang hadits yang melarang seorang laki-laki menyerupai wanita.

Berbeda dengan Tessy, Irfan Hakim justru mengetahui bahwa perbuatannya tidak boleh secara agama. Menurutnya, perbuatannya itu hanya sebatas di panggung. "Tapi kalau sampai dalam keseharian, agak miris juga ya. Itu kan sebenarnya dilarang kan oleh agama,” ujarnya pada Sabili.

Produser acara Catatan si Tessy, Boim Lebon juga mengaku kurang sreg dengan maraknya waria di layar kaca. “Saya sebenarnya kurang setuju kalau mengekspos waria-waria. Saya ada perasaan kurang sreg aja gitu,” ujarnya.

Lalu mengapa dia menggawangi acara Catatan si Tessy? “Kalau kita pakai Tessy karena dia dari dulu udah begitu ya. Kalau di TV lain, dia suka pakai buah dada-buah dadaan, di kita nggak boleh. Kalau dia pakai baju perempuan ya udahlah. Tapi kalau sampai kayak banci bener, sebetulnya kebijakan di RCTI nggak boleh ada banci-banci sekarang,” imbuh penulis Serial Lupus ini.

Dosen IAIN Sunan Gunung Djati Dr Daud Rasyid mengkhawatirkan fenomena maraknya waria ini. “Musibah-musibah ini kalau boleh dikatakan, merupakan jawaban atas kumpulan dosa-dosa yang begitu hebat di negeri kita. Begitu beragam, dari kanan, dari kiri. Maksiat ini jadi numpuk. Dari timbunan dosa-dosa yang dilakukan manusia, akhirnya pada gilirannya adalah murka Allah,” ujarnya.

Daud Rasyid berpesan, “Di zaman yang banyak terjadi musibah, justru kita berusaha mengurangi perbuatan-perbuatan yang sifatnya maksiat dan mengundang murka Allah. Fenomena terakhir ini menjadikan kita semakin terancam. Meski itu alasannya sekadar untuk penampilan atau tuntutan seni, itu dalam Islam tidak bisa diterima. Dalam Islam kesenian itu ada batasannya. Salah satunya dalam hal busana, tidak boleh laki-laki memakai kostum yang biasa dipakai perempuan. Demikian juga sebaliknya.”

Beginilah jadinya kalau kita tidak mengindahkan aturan Allah. Banci marak, bencana pun merebak.

Hepi Andi Bastoni
Laporan: Faris Khoirul Anam
http://www.sabili.com/telut.htm


Fenomena Tulisan Allah Akhir-Akhir Ini

Rating:★★★★★
Category:Other

Assalamualaikum Pak Ustadz yang dirahmati Allah,

Akhir-Akhir ini banyak pemberitaan munculnya lafal Allah di berbagai kejadian. Mulai dari jilatan api di Lapindo, pohon yang membentuk lafal Allah di Pekan Baru hingga bulu kucing yang terdapat lafal Allah di Tangerang.

Pertanyaan saya:

1. Apakah fenomena itu memang kuasa dari Allah agar kita selalu mendekatkan diri kepadanya?

2. Ataukah hanya kerjaan makhluk-makhluk diluar manusia yang menginginkan kemusyrikan? Sebab bukan tidak mungkin pohon atau kucing tersebut akan dicari-dicari orang untuk dimintai keberkahan maupun hal musyrik lainnya.

Terima kasih atas jawabannya.

Wassalamualaykum warrahmatullahi wabarokatuh.

Fanny Tirtasari
fanny_tirtasari at eramuslim.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Fenomena seperti itu memang sering kali kita temui. Misalnya pohon-pohon yang kalau dilihat dari sudut pandang tertentu akan membentuk tulisan mirip lafdhul-jalalal, Allah. Atau juga yang konon muncul pada jilatan api lumpur Lapindo baru-baru ini.

Pertanyaannya, pertanda apakah semua ini? Apakah ada isyarat tertentu dari Allah SWT, ataukah peristiwa alam biasa yang terjadi secara kebetulan?

Maka diskusi kecil di warung kopi pun tidak sepi dari perbincangan ini. Termasuk di milis dan di forum ustadz menjawab ini. Buktinya, anda telah mengirim pertanyaan ini dan kami -mau tak mau- harus menanggapinya.

Kami jadi teringat semasa kecil umat Islam heboh mendengar berita bahwa Neil Amstong mendengar adzan di bulan saat mendarat tahun 1968. Konon, menurut berita itu, saat mendengar pertama kali, Amstrong belum tahu bahwa suara 'asing' yang didengarnya itu adalah suara panggilan shalat umat Islam.

Berita ini kontan mendapat sambutan luar biasa di tengah umat Islam. Para ustadz dan penceramah asyik mengangkat fenomena ini dalam berbagai kesempatan. Intinya, bahwa semua itu pertanda bahwa Islam adalah agama yang benar.

Tapi sayangnya, terakhir tersiar kabar konfirmasi bahwa berita itu sengaja dihembuskan oleh pihak yang tidak suka pada umat Islam Dan kemudian Amstrong sendiri yang menampik berita bohong itu. Duh, kasihannya umat Islam, mudah sekali dipermainkan orang.

Fenomena munculnya tulisan Allah SWT ini perlu kita cermati secara teliti dan hati-hati. Sebabkemudahan rekayasa di zaman digital ini sangat mudah dilakukan, meski bukan berarti kita menuduh semua itu adalah rekayasa komputer.

Tapi yang perlu kita pertimbangkan adalah seberapa besar nilai positif dan produktif yang kita dapat dari semua penampakan itu? Apakah kalau ada kucing yang bulunya bertuliskan Allah, lalu umat Islam semakin rajin shalat dan ibadah? Apakah kalau api di Lapindo secara kebetulan ditangkap kamera dan bertuliskan Allah, lalu umat Islam berhenti dari melakukan maksiat, korupsi dan berbuat zhalim? Apakah kalau ada susunan awan di langit membentuk tulisan Allah, lalu keadilan bisa ditegakkan?

Kalau tidak, lalu apa manfaat dari semua fenomena itu?

Sesungguhnya, tanpa harus ada tulisan lafadz Allah, pada tubuh kita sendiri sudah lengkap tanda-tanda kebesaran Allah. Sebagaimana firman Allah sendiri:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushshilat: 53)

Bahkan di ayat ini, tidak disebutkan hanya pada tempat tertentu, tetapi di semua tempat, bahkan di semua diri manusia. Pada semua itu ada tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Tetapi ayat ini tidak menyebutkan bahwa tanda itu adalah berbentuk tulisan Allah.

Tanda-tanda itu maksudnya adalah tanda kebesaran Allah SWT. Di mana orang-orang yang cerdas dan tahu teknologi akan berdecak kagum atas semua kesempurnaan ciptaan itu. Dan dari mulut mereka keluar ungkapan:

Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191)

Namun kekaguman itu hanya berlaku buat orang-orang yang mengerti dan bisa mengambil pelajaran. Dengan memikirkan semua kesempurnaan ciptaan Allah itu, akhir para ilmuwan yang beriman akan semakin bertambah imannya. Semakin cinta dan patuh kepada Allah, serta semakin kuat dalam mengejar kebahagiaan negeri akhirat.

Sedangkan buat orang yang hatinya kesat dan beku, jangankan renungan tentang kebesaran Allah dan ciptaan-Nya, bahkan Al-Quran yang merupakan miraclepun mereka ingkari.

Jadi kesimpulannya, Allah sudah menurunkan begitu banyak tanda kekuasaannya, baik dalam bentuk ayat (tanda) kauniyah seperti fenomena kesempurnaan ciptaan-Nya, atau pun ayat Qauliyah, yaitu 6000-an ayat, 114 surat dan 30 juz ayat Al-Quran yang tak terbantahkan.

Logikanya, kalau yang 6000-an ayat itu saja diacuhkan, apalagi yang hanya tulisan lafadz Allah di awan, api, bulu kucing, pohon dan sebagainya. Tentunya, nyaris tidak menambah apa-apa.

Rawan Syirik

Selain kurang memberi manfaat yang nyata, ada sebagian kalangan yang sampai melarang kita mengangkat masalah seperti itu, karena dikhawatirkan malah akan menimbulkan masalah baru, yaitu kemusyrikan. Dan kejadian ini memang nyaris selalu membayangi.

Tidak aneh kalau dikhawatirkan nanti akan ada orang yang mengkeramatkan kucing yang bulunya bertuliskan Allah, bahkan mungkin akan mengirim sesajen, minta jodoh, minta diangkat jadi pegawai negeri atau malah minta kode buntut. Astaghfirullahal-adhim!

Karena itu untuk amannya, sebaiknya kita lebih konsentrasi untuk mengupas ayat-ayat Allah yang lebih ilmiyah, dengan kajian yang lebih mengarah kepada keaguan Allah dalam penciptaan-Nya. Dan jangan lupa pula untuk lebih sering lagi mengupas ayat Allah yang bersifat qauliyah. Yaitu kita belajar ilmu tafsir dari para ulama yang mu'tabar.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

http://www.eramuslim.com/usm/fqk/460b17de.htm

Tuesday, March 27, 2007

Buku : Muqaddimah

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: History
Author:Ibnu Khaldun
Judul : Muqaddimah
Penulis : Abd-ar-Rahman ibn Muhammad Ibn Khaldun (Ibnu Khaldun)
Penerbit: Pustaka Firdaus (021-7972536)
Penerjemah : Ahmadie Thoha
Halaman : 852


Refleksi 600 Tahun Wafatnya Ibnu Khaldun
Pangkal Kejatuhan dan Kejayaan Bangsa

Meski namanya telah diabadikan untuk sebuah universitas di Bogor, masih ada di antara kita mungkin belum mengenal sosok serta pemikiran sejarawan agung dan pemikir ulung yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai bapak sosiologi. Dialah Abd-ar-Rahman ibn Muhammad Ibn Khaldun yang hidup antara tahun 1332 hingga 1406 Masehi.

Di bulan November ini setidaknya tiga konferensi antarbangsa telah dan bakal digelar dalam rangka memperingati 600 tahun wafatnya ilmuwan besar ini. Yang pertama pada 3-5 November lalu di Madrid, Spanyol atas kerja sama Islamic Research and Training Institute IDB dengan Universidad Nacional de Educacion a Distance (UNED) dan Pusat Kebudayaan Islam setempat. Yang kedua baru saja terselenggara Sabtu 11 November 2006, di kampus Johann Wolfgang Goethe-Universitaet Frankfurt, Jerman, di mana penulis berkesempatan hadir. Sedang yang terakhir bakal diadakan pada 20-22 November mendatang di ISTAC Kuala Lumpur, Malaysia dengan tema: Ibn Khaldun's Legacy and Its Contemporary Significance.

Ibnu Khaldun hidup saat imperium Islam bagian barat (termasuk Afrika Utara) di ambang kehancuran. Andalusia terpecah-belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kaum Murabitun (Almoravid) dan Muwahhidun (Almohad) saling rebut wilayah dan pengaruh. Sementara kaum Kristen Spanyol waktu itu tengah mengkonsolidasi kekuatan mereka dan menyusun strategi untuk melancarkan serangan besar-besaran demi merebut kembali semua daerah yang diduduki kaum Muslim ---peristiwa kelam yang dinamakan reconquista.

Bermula dengan Toledo (1085), lalu Cordoba (1236) dan Seville (1248), dan terakhir Granada (1492), satu per satu wilayah Islam jatuh ke tangan orang-orang Kristen. Kondisi sosial-politik yang tak menentu itu tentu saja banyak memengaruhi perjalanan karier maupun pemikiran Ibnu Khaldun.

Barangkali karena kesibukannya sebagai pejabat negara dan keterlibatannya dalam politik, Ibnu Khaldun tidak banyak menghasilkan karya tulis. Hanya tercatat beberapa buku kecil seputar logika dan filsafat (Lubab Al Muhashshal), tentang tasawuf (Syifa' As Sa'il li Tahdzib Al Masa'il), dan sebuah otobiografi (At Ta'rif). Namun, ia meninggalkan sebuah karya raksasa berjudul: Tarjuman Al 'Ibar wa Diwan Al Mubtada' wal Khabar fi Ayyam Al'Arab wal Barbar wa man 'asharahum min dzawis-Sulthan AlAkbar.

Bagian pendahuluan dari kitab inilah yang melejitkan namanya ke seantero jagad. Tak aneh, sebab Muqaddimah-nya itu tak ubahnya bagaikan kapsul yang memuat ekstrak prinsip-prinsip yang bekerja di balik aneka manifestasi ilmu pengetahuan, pencapaian, dan pengalaman masyarakat manusia dari masa ke masa.

Pandangan yang relevan

Karya yang ditulis Ibnu Khaldun dalam penjara itu telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris. Berikut ini beberapa pandangan Ibnu Khaldun yang masih sangat relevan kini untuk menjadi bahan renungan kita yang sedang berusaha bangkit meraih kejayaan.

Masyarakat dan negara yang kuat adalah masyarakat dan negara yang padanya terdapat tiga perkara. Pertama, solidaritas kebangsaan yang kokoh, di mana sikap dan perilaku mendzalimi, membenci dan menjatuhkan satu sama lain bertukar menjadi saling memberi, saling menghargai, dan saling melindungi. Ibnu Khaldun menyebutnya ashabiyyah atau group feeling --meminjam terjemahan Rosenthal. Kedua, kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya. Ketiga, kebangkitan suatu bangsa dan kejayaan negara berawal dari dan hanya akan langgeng apabila orang-orangnya selalu optimis dan mau terus-menerus bekerja keras. Kesuksesan tidak dicapai sekonyong-konyong, ujar Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, iii/49.

Ibnu Khaldun menganalogikan proses kelahiran dan kehancuran suatu negara dengan kehidupan manusia. Ada tahap-tahap yang mesti dilalui, masing-masing dengan pasang-surut dan pahit-manisnya. Menurut Ibnu Khaldun yang memandang proses sejarah dalam kerangka siklus (ketimbang proses linear ataupun dialektikal), runtuhnya suatu imperium biasanya diawali dengan kedzaliman pemerintah yang tidak lagi memedulikan hak dan kesejahteraan rakyatnya (iii/43) serta sikap sewenang-wenang terhadap rakyat (iii/22). Akibatnya timbul rasa ketidakpuasan, kebencian dan ketidakpedulian rakyat terhadap hukum dan aturan yang ada.

Situasi ini akan semakin parah bila kemudian terjadi perpecahan di kalangan elite penguasa yang kerap berbuntut disintegrasi dan munculnya petty leaders (iii/45). Yang paling menarik adalah observasi Ibnu Khaldun pada pasal 11: bahwa ketika negara sudah mencapai puncak kejayaan, kemakmuran dan kedamaian, maka pemerintah maupun rakyatnya cenderung menjadi tamak dan melampaui batas dalam menikmati apa yang mereka miliki dan kuasai. Itulah petanda kejatuhan mereka sudah dekat.

Namun, kejatuhan suatu bangsa hampir selalu didahului atau diikuti oleh kenaikan bangsa lain yang mewarisi dan meneruskan tradisi maupun peradaban sebelumnya. Sebagai pengganti yang belum semaju dan secanggih pendahulunya, bangsa yang baru muncul ini cenderung meniru bangsa yang pernah menjajahnya hampir dalam segala hal, dari cara berpikir dan bertutur hingga ke tingkah laku dan soal busana. Proses ini bisa berlangsung tiga sampai empat generasi.

Bangsa yang dikalahkan cenderung meniru bangsa yang menaklukannya karena mengira hanya dengan begitu mereka dapat menang kelak. Jika kejayaan suatu bangsa hanya bertahan empat atau lima generasi, hal itu dikarenakan generasi pertama adalah 'pelopor', generasi kedua 'pengikut', generasi ketiga 'penerus tradisi' (tradition keepers), sedangkan generasi keempat berpaling dari tradisi (tradition losers).

Berbeda dengan para penulis sejarah sebelumnya, Ibnu Khaldun dalam analisisnya berusaha objektif. Pendekatan yang dipakainya tidak normatif, akan tetapi empiris-positivistik. Uraiannya berpijak pada das Sein dan bukan das Sollen, pada apa yang sesungguhnya terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.

Dr. Syamsuddin Arif Ph.D
Orientalisches Seminar Frankfurt, Jerman
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=271691&kat_id=16


Diskusi INSISTS: "Apa Bedanya Mu'tazilah dan Islam Liberal ?"

Start:     Mar 31, '07
Dalam pandangan kaum muslimin, al-Qur'an diyakini sebagai firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW; yang tertulis dalam mushaf, ditransformasikan secara mutawatir dari generasi ke generasi dan membacanya terhitung sebagai ibadah.

Mu'tazilah adalah aliran rasionalis (dalam pengertian lebih mendahulukan akal dari pada wahyu) yang dikenal dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam. Secara harfiah nama Mu'tazilah berarti yang mengasingkan diri. Kebanyakan ahli sejarah sepakat bahwa aliran ini bermula dari perdebatan Washil ibn Atha’ dengan gurunya al-Hasan al-Basri tentang kedudukan pelaku dosa besar, apakah dia kafir atau tetap mukmin.

Perdebatan ini dipicu dengan statemen aliran al-Khawarij yang menggolongkan pelaku dosa besar adalah kafir dan statemen al-Murji’ah yang mengatakan bahwa mereka tetap mukmin. Sedangkan imam al-Hasan al-Basri mengatakan bahwa mereka itu adalah fasiq. Sementara Washil ibn Atha’ mengatakan bahwa kedudukan mereka bukan kafir dan bukan mukmin, tetapi berada di antara dua kedudukan (al-manzilah baina manzilatain).

Perdebatan tersebut berakhir dengan memisahkannya Washil dari halaqah gurunya dan mengasingkan dirinya (I’tazala) di salah satu sudut masjid Basra. Kemudian langkah Washil ini diikuti oleh beberapa orang. Sehingga pada akhirnya imam al-Hasan al-Basri mengatakan: “Washil telah mengasingkan diri dari kita (laqad i’tazala anna Washil)”. Maka semenjak itu Washil dan pengikutnya disebut Mu'tazilah. (Henri Shalahuddin, Mawqif Ahli l-Sunnah wa l-Jama’ah min al-Ushul al-Khamsah li l-Mu’tazilah: Dirasah Naqdiyyah (Pandangan Ahlussunah wal Jama'ah terhadap Prinsip Ushul Khamsah Mu'tazilah: Studi Kritis), skripsi s1, 1999, Fakultas Ushuluddin, Departemen Perbandingan Agama, ISID, Pondok Modern Darussalam Gontor, 121 hal, belum dipublikasikan).

Di antara pandangan Mu'tazilah yang masyhur adalah bahwa al-Qur'an merupakan firman Allah SWT; namun kedudukan al-Qur'an menurut mereka adalah makhluk, bukan azali dan qadim seperti yang diyakini oleh kaum muslimin umumnya. Pandangan ini kemudian dipaksakan menjadi madzhab resmi negara oleh dinasti Abbasyiah selama 62 tahun, dari tahun 170H hingga tahun 232H, yaitu pada masa-masa khilafat al-Makmun, al-Mu’tasim dan al-Watsiq.

Ribuan ulama Ahlussunnah yang menolak paham makhluknya al-Qur'an dihadapkan ke mahkamah, disiksa, dipenjara bahkan dibunuh; seperti yang menimpa Imam Ahmad ibnu Hanbal (pendiri madzhab Hanbali dalam fiqih).

Namun demikian, belum ada satupun ulama yang menganggap Mu'tazilah telah keluar dari batasan Islam, seperti halnya kelompok Ahmadiyyah. Sebab bagaimanapun Mu'tazilah tetap mengakui kewahyuan al-Qur'an, tidak pernah meragukan kedudukan mushaf Usmani, tidak mempermasalahkan bahasa Arab sebagai mediator bahasa wahyu dan (-apalagi-) menganggapnya sebagai produk budaya maupun teks manusiawi seperti yang telah jamak disuarakan Islam Liberal dan diajarkan di berbagai perguruan tinggi yang terkooptasi paham liberal.

Bahkan banyak di antara pemuka Mu'tazilah yang tetap bermakmum di belakang ulama yang bermartabat, seperti al-Qadhi Abdul Jabbar (w 415H/1023M), pemuka Mu’tazilah yang bermadzhab Syafii; Muhammad ibn Abdul Wahhab ibn Salam al-Jubai, pemuka Mu’tazilah yang selalu memuliakan Khulafa' Rasyidun penerus Nabi; Ahmad ibn Ali ibn Bayghajur (w 326H), cendekiawan Mu’tazilah di bidang ilmu bahasa Arab dan Fiqh yang terkenal kezuhudannya, ––menurut Ibnu Hazm–– juga bermadzhab Syafii.

Anehnya, Islam Liberal seringkali mengklaim bahwa paham dan aliran Islam liberal mewarisi tradisi Mu'tazilah. Apakah klaim mereka ini dipertanggungjawabkan secara ilmiah? Benarkah konsep Islam liberal tentang al-Qur'an tidak berbeda dengan Mu'tazilah?

Dimanakah perbedaan kedua konsep ini secara substantif? Bagaimanakah pemuka Mu'tazilah menafsirkan al-Qur'an?

Apakah mereka juga menggunakan tafsir feminis atau menggunakan metode kritik historis seperti yang sering digunakan tokoh-tokoh liberal?

Silahkan mengikuti ulasan lebih lanjut dalam diskusi sabtuan INSISTS. Diskusi ini juga akan membahas Tafsir al-Kasysyaf 'an Haqaiq al-Tanzil wa 'Uyunil Aqawil fi Wujuh al-Ta'wil yang ditulis oleh pemuka Mu'tazilah, Abul Qasim Jarullah Mahmud ibn Umar al-Zamakhsyari tentang ayat-ayat yang menjadi isu sentral Islam liberal, seperti hukum waris, jilbab, iddah, hudud dsb.

Pembicara : Henri Shalahuddin, MA
- S1 di Institut Studi Islam Darussalam Gontor Jatim, 1995-1999
- S2 di International Islamic University Malaysia, 2001-2004

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Maret 2007
Waktu : 10.00 – 12.00
Tempat : Kantor INSISTS Jl. Kalibata Utara II/84 Jakarta


* Tidak dipungut biaya, konfirmasi kehadiran ke 021-7940381 atau 08176895797, tempat duduk terbatas (maksimal) 40 orang dan tersedia makalah. Kehadiran anda akan mempercepat proses pencerahan dan kebangkitan ummat.
 

Monday, March 26, 2007

INSISTS : Kursus Tafsir Al Qur'an

Start:     Mar 27, '07
End:     Apr 27, '07
Location:     Kantor INSISTS. Jl. Kalibata Utara II/84



Materi Kursus:

  1. Otentisitas al-Qur’an: dari zaman Nabi Muhammad saw hingga kini; bagaiamana al-Qur’an selamat dari upaya manusia untuk meruntuhkannya, mulai Musailamah al-Kadzzab sampai kaum orientalis kontemporer.
  2. Definisi tafsir al-Qur’an, ta’wil, pentingnya belajar ilmu tafsir al-qur’an, dan syarat-syarat mufassir; serta bagaiamana tantangan hermeunitika modern terhadap tafsir al-Qur’an.
  3. Sejarah pengumpulan al-Qur’an dan jawabab atas tuduhan orientalis seputar masalah ini.
  4. Pengertian surat-surat al-Qur’an,pengertian ayat dan surat, dan urutan surat dalam al-Qur’an, serta I’jazul Qur’an.
  5. Pengertian Makki dan madani, muhkam dan mutasyabih, qath’iy dan dzanny, asbab an-nuzul dan nasikh-mansukh.
  6.  sejarah ilmu tafsir al-Qur’an dan mengenal para mufassir yang berwibawa beserta karya-karya dan ciri khasnya.
  7. Tafsir ayat-ayat hukum (ayatul ahkam): studi kasus ayat tentang jilbab dan perkawinan lintas-agama.
  8. Praktik menafsirkan al-Qur’an: surat al-Fatihah (analisis I’rabul Qur’an)
  9. Tafsir bil-ma’tsur, tafsir bil’ilmi, tafsir tekstual-kontekstual
  10. Test dan diskusi 
  • Dosen     : Ust. Henri Shalahudin MA, Ust. Adnin Armas MA
  • Peserta    : Minimal 5 orang
  • Tempat    : Kantor INSISTS: Jl. Kalibata Utara II/84 – Jakarta Selatan
  • Waktu       : Sabtu siang, mulai pukul 13.30 wib s/d 15.30 wib
  • Biaya        : Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) untuk 10 kali pertemuan
Untuk tanggal mulai kursusnya dan info lebih lanjut bisa menghubungi Kantor INSISTS. Jl. Kalibata Utara II/84 Telp 021 7940381

Pada awal bulan Mei 2007, INSISTS insya Allah akan meluncurkan INSISTS Membership Program. Program ini bertujuan untuk memberikan kemudahan serta  prioritas dalam berbagai hal yang terkait dengan program-program INSISTS untuk para member.Dengan berbagai prioritas yang ada, INSISTS siap melayani dan memberikan kontribusi yang terbaik bagi member INSISTS. Yang terpenting dengan program ini diharapkan Ukhuwah antara INSISTS dengan membernya dapat terjalin lebih erat.

Selama menjadi member, fasilitas yang akan didapatkan member di antaranya: mendapatkan Jurnal ISLAMIA, mendapatkan diskon pembelian buku-buku peneliti INSISTS, diskon seminar, diskon workshop, mendapatkan news letter berkala, pelayanan informasi melalui email dan SMS, dan lain-lain.
Membership ini akan di bagi menjadi 2 segmen yakni segmen umum dan segmen mahasiswa. Semoga dengan adanya program ini, kesinambungan dakwah Islam dapat terealisasi dengan lebih baik. Untuk info selanjutnya dapat menghubungi sekretariat INSISTS.



Tuesday, March 20, 2007

Kritik terhadap Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Rating:★★★★★
Category:Other
Diskusi Sabtuan INSISTS
Sabtu, 24 Maret 2007
Pukul 10.00 - 12.00
Pembicara : Adnin Armas, MA
Topik : "Membedah Ensiklopedi Nurcholish Madjid"
Tempat: Kantor INSISTS       
Jl. Kalibata Utara II/84
Telp 021 7940381
____________________________


Kritik terhadap Ensiklopedi Nurcholish Madjid
Oleh: Adian Husaini, MA

Tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa bagi sebagian orang di Indonesia, sosok Nurcholish Madjid telah menjadi ’idola’ dalam arti yang sebenarnya. Meskipun telah meninggal pada 29 Agustus 2005 lalu, Nurcholish Madjid telah menjadi gantungan hidup berbagai orang. Ia telah dikultuskan, bahkan diberhalakan. Ia telah di-Firaun-kan. Sosoknya terus dipuja dan pendapat-pendapatnya terus disebarkan ke tengah masyarakat, tanpa kritik yang berarti. Seolah-olah dia adalah manusia suci tanpa kesalahan dalam pemikirannya. Seolah-olah dia adalah pemikir terbesar dalam sejarah Indonesia yang pendapat-pendapatnya membawa kesejahteraan dan kemajuan bagi umat Islam.

Upaya untuk memberikan penghormatan secara berlebihan kepada Nurcholish Madjid juga terlihat dalam penerbitan buku Ensiklopedi Nurcholish Madjid, yang diluncurkan Februari 2007 lalu. Upaya ini bisa dilihat sebagai upaya serius dan sistematis dengan dukungan dana yang sangat besar. Buku ini antara lain disponsori penulisannya oleh PT Astra Internasional Tbk. Penulis buku ini, Budhy Munawar-Rachman, juga membuat pengakuan:

”Selama proses penyuntingan yang memakan waktu kerja full time setahun, saya merasakan menfaat besar training filosofis dan teologis – dan utang budi intelektual – yang telah diberikan oleh dua guru besar filsafat saya, Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ dan Romo Prof. Dr. Martin Harun OFM. Mereka telah membimbing saya bagaimana melakukan kajian hermeneutis atas suatu teks filosofis keagamaan. Pelajaran yang mereka berikan telah menghasilkan buah kemampuan meyunting teks-teks Cak Nur ini, sehingga bisa tersaji baik seperti ini.”

Penulis buku ini juga mengaku sangat berhutang budi kepada Nurcholish Madjid. ”Terus terang, Cak Nur telah menyelamatkan iman saya dari ketidakpercayaan akibat gempuran renungan-renungan filosofis yang sangat kritis terhadap apa pun yang dianggap sebagai pemikiran mapan,” tulis Budhy yang juga penulis buku Islam Pluralis.

Tanpa menafikan berbagai kelebihan yang ada pada Nurcholish Madjid, pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid juga harus dikaji secara kritis. Majalah Suara Hidayatullah (edisi Maret 2007) menurunkan wawancara dengan Ahmad Rifa’i (66 tahun), anggota Dewan Pengawas Yayasan Paramadina, yang secara kritis mengakui bahwa liberalisme yang digaungkan Nurcholish Madjid lebih banyak membawa mudharat. Rifa’i juga membongkar praktik percaloan perkawinan antar-agama di Paramadina yang dimotori oleh Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer dan kawan-kawan, yang ternyata melibatkan jumlah uang yang tidak sedikit. Dari pelayanan perkawinan antar-agama ini, orang membayar Rp 10-15 juta, dan uangnya tidak masuk ke kas yayasan. Ketua Dewan Pembina Yayasan, Azyumardi Azra kemudian memutuskan melarang praktik semacam itu di Paramadina.

Sikap kritis dan proporsional terhadap pemikiran-pemikiran Nucrholish Madjid sangat diperlukan, agar generasi Islam berikutnya tidak kehilangan gambaran yang jernih dan adil tentang para pemikir Islam di Indonesia. Jangan sampai muncul persepsi bahwa pemikiran Nurcholish Madjid adalah rangkaian dari sejarah pemikiran Islam yang dibawa para pejuang dan pendakwah Islam di Indonesia, yang dimotori oleh ulama-ulama bermazhab Syafii.

Perlu kita ingat, dalam buku Fiqih Lintas Agama yang ditulis Nurcholish Madjid dan kawan-kawan, sosok Nurcholish Madjid begitu dibesar-besarkan, sementara sosok Imam Syafii dikecilkan – suatu tindakan yang sangat zalim dan tidak beradab. Bagaimana mungkin bisa dikatakan satu tindakan yang beradab jika dalam buku ini dikatakan, bahwa “Kaum Muslim lebih suka terbuai dengan kerangkeng dan belenggu pemikiran fiqih yang dibuat imam Syafi’i. Kita lupa, imam Syafi’i memang arsitek ushul fiqih yang paling brilian, tapi juga karena Syafi’ilah pemikiran-pemikiran fiqih tidak berkembang selama kurang lebih dua belas abad. Sejak Syafi’i meletakkan kerangka ushul fiqihnya, para pemikir fiqih Muslim tidak mampu keluar dari jeratan metodologinya.”

Sementara di dalam Ensiklopedi Nurcholish Madjid kali ini – yang penerbitannya sudah direstui oleh Nucrholish dan keluarganya -- disebutkan bahwa ”Cak Nur menganut suatu paham liberal-syariah”, dan ”ia sangat kental dengan usaha pengembangan hermeneutika Al-Quran.” Juga, ditulis, ”Dengan pengembangan hermeneutika Al-Quran ini, Cak Nur membuat suatu pembaruan yang liberal, yang sudah menjadi agendanya sejak 1970-an, hanya saja sekarang dilakukannya dengan cara yang tidak kontroversial, karena menggunakan hermeneutika Al-Quran.”

Jika disebutkan bahwa Nurcholish Madjid memang mengembangkan hermeneutika Al-Quran, kita bisa bertanya, buku apakah yang pernah ditulis oleh Nurcholish Madjid tentang hermeneutika Al-Quran? Teori apakah yang pernah dirumuskannya? Ternyata, kita tidak akan pernah menemukannya, karena Nurcholish memang tidak menulis buku hermeneutika secara serius dan ilmiah. Para ilmuan pengkaji hermeneutika di Indonesia apalagi di dunia, juga tidak menempatkan Nurcholish Madjid sebagai ilmuwan yang otoritatif di bidang ini.

Hal ini tentu berbeda dengan Imam Syafii yang menulis berbagai kitab tentang Ushul Fiqih, tentang fiqih, dan sebagainya, yang dijadikan rujukan para ulama Islam selama ratusan tahun, sampai hari ini. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Ghazali, dan ribuan ulama lainnya, mengakui otoritas Imam Syafii di bidang ini. Tetapi, bagi Nurcholish Madjid dan kawan-kawannya para penulis buku Fiqih Lintas Agama, Imam Syafii dianggap sebagai batu penghalang besar bagi misi liberalisasi mereka, sehingga mereka melakukan kezaliman intelektual yang akhirnya akan menistakan diri mereka sendiri.

Namun, para pendukung Nurcholish Madjid seperti sudah menutup diri terhadap kritik. Mereka enggan menarik buku Fiqih Lintas Agama dan lain-lain. Mereka terus memujanya secara berlebihan. Pada 22 Desember 2006, beberapa bulan sebelum peluncuran Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo menulis satu ulasan di Harian Kompas berjudul: “Pembaruan Islam: Ensiklopedia Nucrholish Madjid”. Dawam Rahardjo menulis, bahwa buku itu merupakan upaya sistematisasi tentang “Nurcholisisme”, dan dia menyimpulkan, “Nurcholish tidak sekedar menjadi tokoh pembaru pemikiran Islam, tetapi juga seorang guru bangsa.”

Padahal, jika ditelaah dengan cermat, banyak hal yang secara ilmiah sulit dibenarkan dalam Ensiklopedi ini. Misalnya, klaim buku ini bahwa ”isu pluralisme yang dikembangkan Cak Nur, bersumber dari Ibnu Taimiyyah.” Bagi yang mendalami pemikiran pluralisme Nurcholish Madjid dan pemikiran keagamaan Ibnu Taymiyyah, tentu akan tertawa geli membaca kalimat ini. Mungkin saja ada sepotong dua potong kalimat Ibnu Taymiyyah dan Nurcholish Madjid yang seolah-olah mengandung makna pluralisme agama. Tetapi, itu sama artinya, dengan menyamakan bahwa manusia sama dengan kambing, hanya karena melihat kedua makhluk itu sama-sama mempunyai telinga.

Seperti yang disebutkan oleh Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam kritiknya terhadap pemikiran Nurcholish Madjid, salah satu persoalan mendasar pada pemikiran Nurcholish Madjid adalah problem epistemologis. Metode berpikir apa yang sebenarnya digunakan oleh Nurcholish Madjid dalam memahami Al-Quran dan Sunnah. Jika dia menggunakan hermeneutika, bagaimana sosok bangunan metodologisnya, hermeneutika yang mana yang dia pakai?

Karena itu, dalam Ensiklopedi ini, kita tidak mendapatkan bangunan pemikiran yang utuh.  Apalagi, Nurcholish sering menggunakan istilah-istilah secara serampangan, sesuai dengan kemauannya sendiri. Misalnya, dimuat dalam buku ini, jawaban Nurcholish di Jurnal Ulumul Quran terhadap pertanyaan yang menyebutnya sebagai orang yang sangat liberal : ‘’Kalau begitu, memang Al-Quran itu liberal. Jadi untuk menjadi liberal, orang harus Al-Quranik !’’

Tentu saja, Nurcholish membuat definisi sendiri tentang makna kata ‘liberal’. Tetapi, jika istilah-istilah itu sudah dimaknai sendiri, memang tidak perlu didiskusikan secara ilmiah. Sebab, dalam diskusi ilmiah, harus ada kesepakatan makna. Sebagaimana tidak bisa didiskusikan, misalnya, jika ada orang bicara bahwa Al-Quran bercorak komunis, hanya karena ada ayat yang membela kaum tertindas. Kekacauan penggunaan istilah oleh Nurcholish ini sudah lama dikritik oleh Prof. HM Rasyidi.

Begitu juga dalam penggunaan istilah sekularisasi. Bagi Nurcholish, seperti juga dibahas dalam buku ini, sekularisasi misalnya, dia definisikan sebagai ‘’pembebasan diri dari tutelege (asuhan) agama, sebagai cara beragama secara dewasa, beragama dengan penuh kesadaran dan penuh pengertian, tidak sekedar konvensional belaka.’’ Pengertian kalimat itu saja sudah kontradiktif. Jika diri manusia sudah dibebaskan dari asuhan agama, bagaimana dia bisa beragama dengan penuh kedewasaan?

Definisi sekularisasi itu diambil begitu saja oleh Nurcholish dari kalimat Harvey Cox dalam bukunya ”The Secular City”, dimana Cox menyatakan: ”Secularization is the liberation of man from religious and metaphysical tutelage, the turning of his attention away from other worlds and towards this one.”

Contoh lain, penggunaan dan pemaknaan istilah yang rancu adalah dalam pemaknaan kata ’Islam’. Ditulis dalam buku ini, bahwa yang menjadi sumber gagasan tentang universalitan Islam itu justru adalah pengertian dari perkataan ‘’islam’’ itu sendiri, sebagai ‘’sikap pasrah kepada Tuhan’’. Pada dasarnya agama yang sah – al-din, ketundukan, kepatuhan, atau ketaatan, seperti yang sudah disebut di atas – tidak bisa lain dari sikap pasrah kepada Tuhan (al-islam). Tidak ada agama tanpa sikap pasrah. Berdasarkan teologi ini, semua agama yang benar, adalah agama yang mengajarkan sikap pasrah kepada Tuhan – mengajarkan al-islam dalam arti generiknya. Agama Islam secara par excellence tampil dalam rangkaian dengan agama-agama al-islam yang lain. Walaupun dalam kenyataannya, agama-agama lain itu, tidak disebut dengan nama islam, sejalan dengan lingkungan, bahasa, bahkan mode of thinking-nya.

Gagasan Nurcholish tentang makna generik islam sebagai “agama berserah diri ini, jika kita cermati, paralel dengan pemikiran teolog terkenal Katolik Karl Rahner tentang “anonymous Christianity” (Kristen tanpa nama). Gagasan ini berbicara tentang validitas agama-agama non-Kristen sebelum datangnya misi Kristen pada mereka. Begitu Bibel sudah sampai pada mereka, maka agama-agama non-Islam menjadi tidak valid lagi. Gagasan Rahner tentang teori ”anonymous Christianity” agak lebih tegas dibanding gagasan ” Islam generik”-nya Nurcholish.

Dalam gagasannya ini, Nurcholish tidak menegaskan lebih jauh, mana saja agama yang mengajarkan sikap pasrah itu. Bagaimana posisi agama-agama selain Islam sekarang ini, apakah masih bisa disebut agama al-islam? Dan yang terpenting, bagaimana cara untuk pasrah kepada Tuhan? Lebih penting lagi, siapa yang dimaksud dengan ‘Tuhan’ itu? Jika orang Hindu pasrah kepada Tuhan-nya dengan caranya sendiri, apakah bisa dia disebut ‘muslim’? Nurcholish juga tidak membahas, misalnya, bagaimana posisi kewajiban keimanan kepada Nabi Muhammad saw? Apakah orang Yahudi dan Kristen yang pasrah kepada Tuhan tetapi tidak beriman kepada kenabian Muhammad saw, bisa disebut ‘muslim’? Apa definisi dan cara ‘pasrah’? Semua itu tidak ditegaskan secara gamblang oleh Nurcholish.

Yang jelas, disebutkan dalam buku ini, Nurcholish membantah pandangan para mufassir klasik, bahwa kedatangan Al-Quran itu menghapuskan (me-mansukh-kan) keabsahan kitab-kitab sebelumnya. Kata Nurcholish, pandangan semacam itu, hanya tafsiran dan prasangka para penafsir.

Sebenarnya, pandangan Nurcholish itu perlu diklarifikasi. Al-Quran memang mewajibkan untuk mengimani kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi. Tapi, Al-Quran juga menyebutkan dengan tegas, bahwa kaum Yahudi telah melakukan tindakan yang sangat dimurkai oleh Allah, yaitu mengubah-ubah kitab mereka (Lihat, misalnya, QS 2:59, 2:75, 2:79, dsb.). Karena itu, umat Islam wajib beriman kepada Taurat, tetapi tidak diwajibkan untuk beriman kepada ‘Torah’ dan Kitab-kitab Yahudi lainnya sekarang ini. Sebab, Yudaisme saat ini, bukanlah agama yang dibawa oleh Nabi Musa, meskipun sebagiannya mungkin mengandung ajaran yang dibawa Nabi Musa a.s.

Salah satu gagasan Nurcholish yang penting untuk dikritisi adalah cara dia menerjemahkan kalimah tauhid. Ia menyebut kata Allah berasal dari kata “al-ilah”, Tuhan itu. Sehingga dia menerjemahkan Laa ilaaha illal-Llah dengan “Tiada tuhan kecuali Tuhan itu”. Penerjemahan ala Nurcholish, bahwa Allah menjadi “Tuhan itu”, dalam konsepsi Islam, tidaklah tepat. Sebab, dalam Islam, kata “Allah” adalah nama (proper-name). Bagi Islam, ”Allah” adalah nama. Karena itu, kata “Allah” tidak boleh diterjemahkan. Kalau orang masuk Islam, maka dia harus membaca syahadat: “Saya bersaksi, tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Bukannya: “Saya bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan itu” dan “Yang terpuji adalah utusan Allah.” Muhammad artinya memang yang terpuji. Tapi, karena sudah menjadi nama diri, maka tidak boleh diterjemahkan.

Tradisi tidak menyebut nama Tuhan di Barat berasal dari tradisi Yahudi, yang hingga kini tidak berhasil memecahkan cara membaca empat huruf mati nama Tuhan, yaitu ‘YHWH’. Jika ketemu nama Tuhan itu, kaum Yahudi menyebutnya dengan ‘Adonai’ (Tuhan). Karena itu, kaum Yahudi-Kristen di Barat menyebut Tuhan mereka dengan ‘God’ atau ‘Lord’. ‘God’ bukan nama, tapi sebutan untuk Tuhan. Cara NM menerjemahkan Allah menjadi ‘Tuhan itu’ bisa dilihat dari tradisi Yahudi/Kristen.

Dengan berbagai penafsiran baru tentang Islam tersebut, tidaklah salah jika Majalah Tempo edisi 29 Juli 1972 memberi cap gerakan pembaruan Nurcholish Madjid sebagai “Neo-Islam di Indonesia”. Neo-Islam tentu saja artinya adalah “Islam yang baru”; Islam yang tidak sama dengan Islam sebelumnya; Islam yang tidak sama dengan Islam yang dipahami para ulama dan umat Islam selama ini.

Dari segi kemasan, Ensiklopedi Nurcholish Madjid yang diluncurkan pada Februari 2007 lalu, ini memang menawan. Tetapi, seperti disebutkan oleh penulisnya, Ensiklopedi ini bukanlah ensiklopedi ilmiah. Buku ini disebut ensiklopedi karena dibuat besar, empat jilid dengan total halaman sekitar 4.000.

Bisa dikatakan, ‘ensiklopedi’ ini laksana pasar yang memuat apa saja yang pernah ditulis atau diucapkan Nurcholish. Laiknya suatu pasar, di sana disediakan barang apa saja; mulai madu, gula, Al-Quran, cabe, garam, pupuk kandang, pakaian, sampai racun tikus. Karena itu, pembaca buku ini perlu benar-benar memahami dan membedakan, mana yang ‘madu’, ‘cabe’, ‘pecel’ dan mana yang ‘racun tikus’.

Sebagai laiknya ‘pasar’, buku ini mengandung banyak hal. Jadi, silakan pilah dan pilih mana yang ‘madu’ dan mana yang ‘racun tikus’. Memang agak repot jika ’madu’ sudah bercanpur ’racun’. Namun, pada sisi lain, buku ini menjadi tantangan yang menarik bagi para pengkritik ide pembaruan Islam, agar bisa membuat buku yang lebih baik. Bukan hanya dari segi substansi, tetapi juga kemasan. Sebab, dalam hukum pemasaran dikenal jargon, bahwa kemasan lebih penting dari isi. Sesuatu produk yang jelas-jelas mengandung racun (seperti nikotin) karena dikemas dengan bagus dan dipromosikan dengan gencar, ternyata banyak juga peminatnya. Wallahu a’lam.

[Depok, 16 Maret 2007]


Diskusi INSISTS: "Membedah Ensiklopedi Nurcholish Madjid"

Start:     Mar 24, '07
Diskusi Sabtuan INSISTS
Sabtu, 24 Maret 2007
Pukul 10.00 - 12.00
Pembicara : Adnin Armas, MA
Topik : "Membedah Ensiklopedi Nurcholish Madjid"
Tempat: Kantor INSISTS
Jl. Kalibata Utara II/84
Telp 021 7940381

Friday, March 16, 2007

Islamic Book Fair, 11 Maret 2007


Jalanan depan Century macet berat, jadi kita parkir di masjid al Bina dan jalan menyusuri hutan Senayan :D

Inilah suasana IBF 2007 kemarin. Acaranya sendiri seperti biasa sangat ramai. Saya ke IBF 2007 ini dua kali, yang pertama dengan Nina yaitu hari Senin dan yang kedua dengan kakak saya Aria dan temannya Boyke hari Minggu, hari terakhir IBF. Untuk acaranya jujur menurut saya kurang rame dibanding tahun kemarin, jelas aja tahun kemarin itu bintang tamunya adalah Aidh Al Qarni :).

Tapi biar bagaimanapun acaranya, yang penting bagi saya adalah harga buku-bukunya yang diskonnya gede-gedean :D.

Friday, March 9, 2007

Buku : Ensiklopedi Tokoh Orientalis

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Abdurrahman Badawi
Judul buku: Ensiklopedi Tokoh Orientalis
Penulis: Abdurrahman Badawi
Penerjemah: Amroeni Drajat
Penerbit: LKiS Yogyakarta
Tebal : 448 halaman



Keberadaan kaum orientalis bagi dunia Islam telah menimbulkan perdebatan panjang. Sebagian umat Islam menolak mentah-mentah terhadap kajian yang dilakukan kaum orientalis, karena dipandang telah melecehkan Islam. Hal ini berangkat dari sebagian kesimpulan kaum orientalis yang mewartakan bahwa Islam sebagai agama "saduran" dari agama-agama dan budaya sebelumnya. Kesimpulan seperti ini jelas berkaitan dengan sikap ideologi dan kecemasan kaum orientalis dalam beragama, selain agama yang mereka anut adalah musuh, dan harus dihancurkan.

Perlawanan umat Islam terhadap kaum orientalis model ini, biasanya melakukan counter dengan ajarn agama pula. Bahwa untuk meruntuhkan tesis kaum orientalis yang negatif tersebut, umat Islam harus senantiasa menghidupkan tradisi Islam seperti pada masa jayanya, zaman Rasulullah dan para sahabat. Semua konsep hidup yang baik dapat digali dari agama sendiri tanpa harus memakai konsep barat.

Buku Ensiklopedi Tokoh Orientalis ini berusaha mengenalkan kepada masyarakat tentang profil 205 tokoh orientalis, fokus kajian, aktifitas dan pandangan dan penilaian mereka terhadap Islam. Beberapa nama dalam buku ini, bagi pemerhati bidang islamic thought, tentu telah dikenal seperti, Ignaz Goldziher, Joseph Schacht, Christian Snouck Hurgronje, Theodore Noldeke dan masih banyak lagi nama lainnya. Walaupun hasil penelitian yang mereka lakukan perlu diwaspadai, tetap saja usaha yang mereka lakukan tidak main-main. Banyak diantara para orientalis itu yang menguasai bahasa arab dan bahkan menjadi guru di universitas di dataran timur tengah.

Christian Snouck Hurgronje misalnya, pada tahun 1884 mengadakan petualangan ke jazirah Arab, dan menetap di Jeddah sejak Agustus 1884 hingga Februari 1885, sebagai persiapan menuju Mekah, yang merupakan tujuan utama dari petualangannya. Snouck sampai di Mekah pada tanggal 22 Februari 1885 dengan menggunakan nama samaran Abdul Ghafar, karena memang Mekah tertutup untuk yang selain muslim. Dia menetap di Mekah selama enam bulan dan menghasilkan karya berjudul Makah. Namun akhirnya pada bulan Agustus, Snouck dipaksa keluar dari Mekah oleh konsul Prancis.

Usaha yang dilakukan para orientalis memang tidak main-main dalam usahanya untuk meruntuhkan Islam. Genderang perang pemikiran (ghazwul-fikri) terhadap umat Islam telah ditabuh sejak lama. Simaklah apa yang diikrarkan oleh Samuel Zwemmer, seorang orientalis Yahudi pada Konferensi Misionaris di kota Yerussalem, Palestina (1935), Zwemmer mengatakan, "Misi kolonialisme dan misionaris terhadap Islam bukanlah menghancurkan kaum Muslimin. Namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar dia menjadi orang Muslim yang tidak berakhlak. Dengan begitu akan membuka pintu bagi kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam".

Harry Dorman dalam bukunya, Towards Understanding Islam (New York: 1948), mengungkapkan pernyataan seorang misionaris, "Boleh jadi dalam beberapa tahun mendatang, sumbangan besar misionaris di wilayah-wilayah Muslim tidak akan begitu banyak memurtadkan orang Muslim, melainkan lebih banyak menyelewengkan Islam itu sendiri. Inilah bidang tugas yang tidak bisa diabaikan". Maka tunggu apalagi ? siapkan senjata (knowledge) dan kokohkan benteng keimanan. Inilah saatnya ghazwul-fikri.

Pujian Amerika, Senyuman Musdah Mulia

Rating:
Category:Other
Hidayatullah.com—Meronalah wajah Siti Musdah Muliah. Ia mengaku terperanjat mendengar namanya disebut-sebut Amerika. Bukan apa-apa, siapa tak kenal Amerika? Kampiun demokrari, sang polisi dunia yang sangat ternama.

“Saya hanya diberi waktu satu hari untuk mengurus visa dan berbenah sebelum terbang ke Amerika," ujarnya dikutip Antara di Washington DC, sesaat sebelum menerima penghargaan dari Menteri Luar Negeri Amerika, Condoleezza Rice. Senang dan terkejut mungkin campur jadi satu. Apalagi ketika kedutaan Amerika Serikat di Jakarta menghubunginya dan mengatakan, dirinya diangga terpilih menjadi satu-satunya wanita di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari Amerika Serikat.

Ia, katanya dianggap sukses menyuarakan, membela dan mengembalikan hak perempuan di mata agama dengan cara melakukan 'pembaruan hukum Islam' –termasuk-- undang-undang perkawinan. Karena itulah, pada Hari Perempuan Dunia tanggal 8 Maret kemarin, Musdah menerima penghargaan International Women of Courage dari Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice di kantor kementerian luar negeri Amerika Serikat (AS), Washington.

Tapi Musdah bukan satu-satunya penerima penghargaan. Masih banyak wanita lain menerimanya. Diantaranya dari kawasan Asia Pasifik. Ada yang dari Zimbabwe, Latvia, Arab Saudi, Argentina, Maladewa, dua orang dari Afganistan, dan dua dari Iraq.

Penghargaan tahunan tersebut pertama kali diberikan pemerintah Amerika Serikat kepada perempuan dunia. Katanya, 'yang dianggap berani membuat perubahan demi kemajuan perempuan di negaranya'.

Musdah, adalah salah satua dari 100 wanita yang terpilih dari 100 nama yang diusulkan di seluruh dunia. "Saya hanya ingin mengembalikan prinsip Islam, yang humanis dan ramah terhadap perempuan," kata Musdah seolah merendah.

Dalam pidato sambutannya, Condoleezza Rice mengatakan, perjuangan untuk mendapatkan kesetaraan jender tidak mudah. Negara demokrasi, seperti, Amerika Serikat pun, membutuhkan waktu lebih dari 130 tahun untuk memberikan hak pilih bagi perempuan.

Bergerilya

Siti Musdah Mulia adalah salah satu tokoh Islam Liberal yang pernah bikin heboh di Indonesia ketika mengusulkan counter legal draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) sekitar tahun 2004. Counter Legal Draft (CLD) Kompilasi Hukum Islam ini dinilai banyak kaum Muslim 'melabrak' pemahaman tentang hukum perkawinan, waris, dan wakaf dalam Islam.

Diantara teks-teks krusial yang diusulan Tim Musdah Mulia ketika itu antara lain; disebutkan bahwa pernikahan bukan ibadah, perempuan boleh menikahkan dirinya sendiri, poligami haram, boleh nikah beda agama, boleh kawin kontrak, ijab kabul bukan rukun nikah dan anak kecil bebas memilih agamanya sendiri. Pendekatan gender, pluralisme, HAM dan demokrasi bukanlah pendekatan hukum Islam.

Tentu saja bukan sepi masalah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut draft ini sebagai bid’ah (penyimpangan) dan taghyir (perubahan) dari hukum Islam. MUI menyebut CLD-KHI sebagai upaya memanipulasi nash-nash Al-Qur’an.

Tak urung, kasus ini membuat Menteri Agama saat itu, Prof. DR. H. Said Agiel Al Munawar, menyampaikan teguran keras kepada Tim Penulis Pembaruan Hukum Islam, melalui suratnya tanggal 12 Oktober 2004, No.: MA/271/2004, untuk tidak lagi mengulangi mengadakan seminar atau kegiatan serupa dengan mengatasnamakan tim Departemen Agama dan semua Draft CLD-KHI agar diserahkan kepada Menteri Agama RI.

Bahkan Menteri Agama RI yang baru, Maftuh Basyuni langsung membatalkan CLD-KHI pada tanggal 14 Februari 2005. Dan Siti Musdah Mulia sebagai Ketua Tim Penyusun CLD-KHI dilarang pemerintah menyebarluaskan gagasannya.

Berhentikah Musdah? Tentu saja tidak. Ia bersama kawan-kawannya yang se ide–tentu saja dibantu The Asia Foundation lembaga donasi dari Amerika yang sering mendukung gagasan liberalisme-- terus mengasongkan gagasannya. Ia bahkan muncul kembali bersama para penulis buku Fiqih Lintas Agama. Yang oleh sebagian kaum Muslim dianggap banyak membuang makna teks dan menggunakan aspek konteks secara amburadul.

Dengan pujian Amerika yang baru saja ia sandang, nampaknya menjadi spirit baru Musdah untuk terus bergerilya. Walau, ia sesungguhnya tau, dampaknya, ia harus berhadapan dengan kaum Muslim di Negerinya sendiri.

"Pemahaman saya sering dicap terlalu kebarat-baratan dan saya tidak akan terkejut, sekembali dari Amerika Serikat, saya akan dicap sebagai antek Amerika," kata Musdah seolah telah siap dengan segala resikonya.

Tenar Setelah “Menghujat”

Kasus Musdah Mulia bukanlah hal baru. Khususnya Amerika dan Barat, pujian-pujian serupa ibarat permen yang akan terus diberikan disaat dibutuhkan. Sebelum Musdah, ada nama Salman Rusdie dengan The Satanic Verses nya. Juga  Irshad Manji, seorang warga Muslim asal Kanada yang kini tinggal di Belanda. Namanya begitu tenar setelah gagasannya yang mengatakan, cendekiawan Barat seharusnya tidak takut lagi mengkritik Islam.

Irsyad Manji adalah seorang aktivis yang juga penganut lesbianisme. Manji begitu tenar dan dipuja sebagai pahlawan di dunia Barat karena kritik agresif mereka terhadap Islam. Meski Manji begitu menyakit perasaan kaumnya sendiri, di dunia Muslim.

Bagi pers asing, Manji dianggap ‘seorang provokator berjalan untuk Islam tradisional’. Tahun 2003 ia mempublikasikan bukunya "The Trouble with Islam Today". Isinya banyak menghujat Islam.

Sebelumnya ada nama Nasr Hamid Abu Zayd, intelektual muslim asal Mesir. Nasr Hamid Abu Zayd adalah pemikir liberal Mesir yang dihukumi 'murtad' oleh 2000 ulama Mesir atas beberapa pemikirannya yang cukup berbahaya. Ia kemudian lari di tampung di Negeri Belanda. Di sana, ia kemudian diberi puja-puji. Dan semakin liarlah pemikirannya.

Tapi itu hanya permulaan, kata cendekiawan Muslim Adian Husaini. Sebab, masih akan banyak nama yang akan menerima penghargaan oleh Amerika dan Barat di masa depan. Mengutip pepatah Arab, Adian mengatakan, “Khaalif, tu’raf!.” Jika ingin terkenal, gampang saja. Berfikirlah nyleneh!. Nah, boleh jadi Amerika juga akan mengundang Inul sebagaimana Musdah Mulia. [cholis akbar/hidayatullah.com]

Buku : Akar Gerakan Orientalisme

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Dr. Adnan M. Wizan
Judul asli : al-Istisyraq wa al-Mustasyriqun
Judul Terjemahan : Akar Gerakan Orientalisme
Penulis : Dr. Adnan M. Wizan
Penerbit : Fajar Pustaka Baru
Tromolpos 5 Banguntapan,
Mutihan No. 154, Rt.04 Rw.18
Wirokerten, Banguntapan
Yogyakarta 55194
Telp/Fax : (0274) 380714
E-Mail : fajar_pustaka@lycos.com



Orientalisme adalah suatu gerakan yang memiliki akar kuat dalam memusuhi Islam. Sebagaimana yang terjadi sejak masa Nabi, para pengingkar kebenaran Islam senantiasa menunjukkan sikap-sikap yang mendiskreditkan dan melakukan propaganda-propaganda permusuhan terhadap umat Islam. Permusuhan itu kini berlanjut dan diteruskan oleh generasi orientalis hingga sekarang. Para orientalis, karena takut memerangi umat Islam secara langsung melalui perang fisik sebagaimana ditunjukkan oleh sejarah dalam perang salib, mereka kemudian mengalihkan serangannya lewat gagasan dan ide, atau yang biasa disebut "Perang Pemikiran" (al-Ghazwul Fikr).

Ini berarti orientalis merupakan kelanjutan dari perang salib. Dengan kedok kajian ilmiah-objektif mereka bermaksud menjauhkan umat Islam dari ajaran-ajaran sucinya, bahkan berusaha mengendalikan umat Islam dan orang-orang Timur pada umumnya dibawah kendali kekuasaan mereka.

Buku ini mengungkapkan kebenaran yang telah disalah-artikan oleh kalangan tertentu, serta menguak realitas gerakan orientalisme dengan propaganda dan kajian ilmiah yang terselubung. Lewat buku ini pula, akan diketahui sejarah, maksud dan tujuan, kepentingan-kepentingan, serta orientasi dan paradigma orientalisme modern, yang harus dimengerti oleh setiap orang yang ingin memelihara otentisitas kebenaran Islam serta hendak menjaga martabat harga diri sebagai umat yang merdeka dan bebas dari penjajahan.


Thursday, March 8, 2007

Buku : Para Pengkhianat Islam

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Maryam Jameelah

Judul asli : Traitors Of Islam (Terj. Para Pengkhianat)
Penulis : Maryam Jameelah
Penerbit : Pustaka Thariqul Izzah
Kompleks Griya Kedung Badak
Blok F No. 12-A Bogor 16161
Telp : 0251-638607
Fax : 0251-636195
E-Mail : buku-pti@indo.net.id

Salah satu cara musuh-musuh Islam untuk menghancurkan kaum Muslim adalah menyusupkan "ulama-ulama" maupun "intelektual muslim" yang berbaju Islam tetapi pemikirannya kufur. Ulama-ulama dan kaum intelektual modernis ini memperoleh gemblengan langsung dari para orientalis, yang sejatinya membenci Islam. Anak-anak asuh peradaban Barat ini dibesarkan di alam lingkungan sekular-kapitalis, dan disusui dengan pemikiran-pemikiran kufur yang menyesatkan.

Cara ini jauh lebih berbahaya bagi kaum Muslim, karena mayoritas Muslim menganggap mereka adalah ulama-ulama dan tokoh-tokoh Muslim yang layak menjadi panutan. Propaganda dan kesesatan yang mereka lontarkan serta merta akan diikuti oleh para pengikutnya, tanpa mempertimbangkan lagi benar salahnya pemikiran yang mereka sampaikan.

Buku ini mengungkapkan pemikiran-pemikiran "asing" yang mereka lontarkan, sekaligus membeberkan beberapa contoh figur yang selama ini kita anggap sebagai pembaharu, tetapi hakekatnya adalah musuh-musuh yang membenci Islam dan kaum Muslim. Mereka telah memposisikan dirinya sebagai kaki tangan negara-negara kafir, dan sepak terjangnya dilakukan dalam rangka memelihara kepentingan-kepentingan majikan-majikan mereka.

Tokoh-tokoh yang dibahas dibuku ini adalah :

                                                      
Sayyid Ahmad Khan                     Dr. Taha Hussain                  M. Abdul Kalam Azad 
             

                                       

Musthafa Kemal Atatürk                   Sayyid Ameer Ali                Syaikh Ali Abd Ar-Raziq

 

 


Sharing tentang istri yang ngidam


Assalamu'alaikum,





Ngidam ya ? hhmm...kata ini seringkali saya dengar dari awal menikah
sampai Nina hamil. Puncaknya ya ketika keluarga besar tahu bahwa Nina
udah hamil, makin beterbanganlah kata-kata "ngidam" ini. Tapi entah
kenapa dari dulu saya sulit untuk percaya bahwa ngidam itu adalah
sesuatu yang wajib dipenuhi. Apalagi kalau ada saudara atau teman yang
membumbui dengan kata-kata "ngiler / ngeces". Familiar kan ? ya ada
beberapa orang yang percaya bahwa kalau sang istri ngidam sesuatu dan
ngga dipenuhi, nanti si anak pas lahir akan sering ngiler atau ngeces.
Duh bukannya gimana-gimana ya, tapi mungkin karena didikan ibu saya
juga yang mengajarkan bahwa sesuatu yang diluar ajaran al Qur'an dan
Sunnah, maka tidak wajib dipercaya.



Sebenarnya Nina pun pernah mengalami dengan apa yang disebut ngidam
(mungkin). Misalnya suatu malam Nina terbangun sekitar jam 12an dan
ketika matanya baru saja terbuka tiba-tiba dia bilang "kayanya makan
pecel lele enak ya a'indra?". Jelas aja saya dengernya kaget, kok
sempet-sempetnya nyawa belum ngumpul tapi udah nyebut pecel lele. Dan
hal-hal semacam ini sebenarnya cukup sering terjadi dan bukan pecel
lele aja lho .
Bagi beberapa orang yang saya ceritakan tentang itu, banyak yang
langsung bilang "wah ngidamnya repot juga ya?". Tapi setelah saya
pikir-pikir kayanya itu bukan ngidam deh. Soalnya seringkali Nina makan
itu sedikit tapi frekuensinya sering dan dia selalu melewatkan makan
malam dengan nasi karena biasanya setelah maghrib kondisi badan Nina
mulai menurun dan langsung tidur dan bangun lagi tengah malam. Jadi
menurut saya ini hal yang wajar. Buktinya ketika saya bilang,



"Ayaang...(suit suiit)....pecel lelenya udah tutup kalo tengah malem gini, gimana kalo kita makan yang ada aja ?"
, Nina pun mengangguk tanda setuju .



Begitu juga kalau sedang di perjalanan, setelah makan siang diluar.
Kadang-kadang kurang dari sejam setelah makan siang Nina udah minta
jajan ini-itu. Biasanya kalau udah begini, saya akan bertanya dengan
nada lembut,



"Ayaang...(suit suiit
lagi ah)....emang kamu udah laper lagi ? kan tadi baru makan. Hayoo
dibedakan ya antara laper dan hawa nafsu...tapi kalo kamu emang udah
laper lagi ayo deh kita cari makanan lagi"
.




Mungkin
kedengerannya tega bener gitu ya ? sebetulnya ngga kok, karena sering
juga ketika keinginan itu saya penuhi malah akhirnya makanan yang udah
dibeli tadi ngga diabisin. Sayang kan...kata ibu dulu waktu saya kecil,
nanti pak taninya nangis kalau nasinya dibuang-buang...hehe..



Hal-hal semacam ini saya nikmatin aja dan ngga dibawa pusing.
Alhamdulillah Nina pun cukup mengerti keadaan untuk meminta sesuatu.
Saya jadi teringat cerita dari teman kalau ngga salah, tentang temannya
lagi ketika suatu malam istrinya itu minta dibelikan sesuatu dan kalau
ngga dipenuhi bisa menangis atau murung seharian. Akhirnya sang
suaminya ini dengan tulus mencarikan apa yang diinginkan istrinya ini
tengah malam dan hujan deras. Tapi akhirnya yang didapat bukanlah apa
yang diinginkan si istri malahan berita duka cita, yaitu sang suami
tergelincir ketika mengendarai motornya hingga jatuh dan.....meninggal. Hanya sesal yang mendalam yang tersisa. Tragis memang...




Seorang teman juga pernah bercerita bahwa istrinya yang positif hamil 2
minggu sekarang ada di Surabaya dan akan ada disana selama 2 bulan dan
meninggalkan teman saya itu di Jakarta hanya karena sang istri ngidam
makanan kampungnya, Surabaya. Padahal mereka baru 3 bulan
menikah.....Saya hanya kasihan dengan teman saya itu yang setiap
harinya pulang kantor jam 8-9 malam dengan kondisi lelah. Pastilah
ingin dilayani sang istri tercinta dengan membuatkan teh manis hangat,
kopi atau semacamnya. Tapi apa daya, "Maklumlah ndra istri lagi ngidam", kata teman saya pasrah .....



Tapi dari kisah ini saya mendapat pelajaran yaitu sebagai suami ketika
menghadapi istri yang sedang hamil haruslah mempertebal kantong
cintanya, kesabarannya dan pandai memanjakan istrinya secara
proporsional. Tapi juga sebagai istri yang sedang hamil sebaiknya mampu
membaca situasi dan kondisi tanpa harus terbawa hawa nafsu.



Nah...buat para calon ayah....sharing cerita dong tentang istrinya yang
lagi hamil, atau yang sudah jadi ayah boleh juga sharing tips and
tricknya disini ...





Wassalamu'alaikum











Wednesday, March 7, 2007

Alhamdulillah ngidamnya enak.....!


Assalamu'alaikum,




Alhamdulillah kehamilan Nina sekarang sudah memasuki 3 bulan
setengah.
Cukup banyak perubahan dari diri istri sebelum dan sesudah hamil.
Memasuki masa kehamilan 3 bulan ini, jam "kamar" Nina jadi makin
bertambah, sesudah maghrib dia pasti sudah dikamar dan istirahat karena
seharian dari jam 6 pagi sampai Dzuhur didapur terus. Juga
siklus makan Nina juga bertambah. Porsinya sih dikit tapi jangan tanya
frekuensinya....sering banget! hehehe...Saya sampai sempat kewalahan
dan terheran-heran ngeliat pola makan dia. Misalnya jam 1 siang dia
makan nasi lengkap dengan lauk pauk, nah nanti jam 2an dia udah bisa
makan yang lain seperti siomay, bakso dsb. Trus juga nanti jam 4an pun
begitu....Tapi ya maklum juga sih ya, sekarang kan dia makan bukan buat
dia sendiri tapi untuk dua orang .



Oh ya, memasuki kehamilan 3 bulan, Nina jadi sering banget masak.
Padahal dulu di awal nikah, saya ngga pernah tahu kalau dia bisa masak.
Paling banter yang saya tahu saat itu dia bisa masak nasi goreng, mie
goreng, air, dadar. That's it. Nah ketika masuk 3 bulan, mulai deh
jurus-jurus rahasianya Nina supaya makin dicintain suami dikeluarin.
Mulai dari Chicken cordon bleu, Calamari (cumi goreng tepung), sampai
nasi tutug oncom bisa dia buat. Subhanallah....saya sampai bingung
sejak kapan Nina belajar masak ya ?



Nah sejak itulah kita berdua punya kebiasaan baru yaitu setelah sholat
shubuh kita pergi ke pasar untuk mencari bahan-bahan yang mau dimasak.
Ibu saya juga sekarang mempercayakan sepenuhnya urusan dapur ke Nina.
Kata ibu terserah deh mau masak apa tinggal bilang.
Alhamdulillah....jadinya sekarang Nina suka ber-eksperimen dengan
masakan-masakan yang sebelumnya cukup asing dirumah saya. Terakhir Nina
bikin cumi tinta hitam (hiiy!) yang dari namanya saja saya cukup parno
dengernya. Tapi pas dimakan...enak !. Bahkan Nina juga meng-klaim bisa
membuat steak tenderloin dan juga steak kakap. Nah kalo steak kakap ini
dia terinspirasi dari sebuah warung steak di Bandung namanya Road Cafe
(yang tinggal di Bandung pasti tau deh!). Itulah dua rencana Nina yang
belum terealisasikan sampai saat ini .



Ibu saya juga pas awal-awal Nina senang berkutat didapur sempat heran,
kok tiba-tiba jadi gini ya menantunya hehehe. Kata ibu mungkin anaknya
nanti perempuan nih, abis ngidamnya masak terus. Dulu saya sempet parno
juga lho ketika denger cerita-cerita temen ada yang istrinya ngidam
macem-macem diwaktu yang tak terduga (tengah malem dsb), tapi
alhamdulillah yang ini ngidamnya bikin semua senang ! . Dan kalau kata saya sih,
mau nantinya perempuan atau laki-laki silahkan gimana Allah aja deh baiknya, yang penting
ngidamnya Nina ini membuat badan saya jadi naik dan makan enak
terus! hihihii....duh makin cinta deh kalau udah gini sama istriku si koki cinta ehuheuhuehe! .
Nah buat para wanita yang belum nikah, ayo pada belajar masak biar
nanti suaminya betah makan dirumah, yang baru nikah dan udah bisa masak coba cari
resep-resep baru biar suami makin cinta! .





Wassalamu'alaikum











Monday, March 5, 2007

Buku "Tren Pluralisme Agama", raih Islamic Book Fair Award 2007

Rating:★★★★★
Category:Other
Buku "Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis", karya Dr Anis Malik Thoha yang diterbitkan oleh Penerbit Perspektif (Kelompok GIP), memperoleh penghargaan Juara I, di Islamic Book Fair Award 2007. Juara II penghargaan untuk buku kategori non fiksi ini diperoleh Maria Ulfah dengan judul bukunya "Fikih Aborsi".

Sedangkan juara III diperoleh Adian Husaini dengan karyanya "Hegemoni Kristen Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi" (Penerbit GIP). Buku "Hijrah dalam Pandangan Islam", karya Dr. Ahzami Samiun Jazuli (Penerbit GIP), memperoleh juara III kategori buku terjemahan.

Pengumuman Islamic Book Fair Award yang berlangsung ini disampaikan Sabtu kemarin (3 Maret 2007), oleh anggota Dewan Juri, Nina Armando. Sebagai Ketua Dewan Juri adalah Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Jakarta. Sedangkan anggota Dewan Juri lainnya antara lain adalah Dr. Fuad Jabali dan Helvy Tiana Rosa. Sedangkan yang meraih sebagai tokoh perbukuan 2007 adalah Gola Gong. Dalam acara yang dihadiri sekitar 100 orang aktivis perbukuan itu hadir Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla dan Ibu Menteri Pemuda dan Olah Raga Mira Adyaksa Dault.

Acara Islamic Book Fair Award 2007 ini berlangsung bersamaan dengan pembukaan Islamic Book Fair 3-11 Maret 2007 di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta.

Seperti diketahui, Dr. Anis Malik Thoha dengan karyanya 'Tren Pluralisme Agama' (edisi bahasa Arab) tahun 2006 kemarin memperoleh penghargaan sebagai karya ilmiah terbaik, Ismail al-Faruqi Publications Award di IIUM, Kuala Lumpur. Tahun lalu, buku "Wajah Peradaban Barat, dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal" (GIP), karya Adian Husaini memperoleh penghargaan sebagai buku terbaik di Islamic Book Fair Award 2006 untuk kategori buku non fiksi.

Islamic Book Fair merupakan ajang Pameran Buku Islam paling besar. Tahun ini merupakan tahun ke-6 yang digelar di Istora Senayan, Jakarta. Pameran ini dibuka oleh istri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mufidah Jusuf Kalla dengan mengusung tema "Indahnya Syariah dalam Kehidupan".

Tak kurang 167 peserta pameran dari berbagai penerbit buku Islam di Indonesia hadir. Dari buku ensiklopedi Islam, pemikiran kontemporer sampai kisah-kisah anak ikut dipamerkan dalam pameran kali ini. [nuim/cha] hidayatullah.com

Sunday, March 4, 2007

Grand Launching Buku : "Catatan Kilau Cahaya" (Alamanda Shantika)

Start:     Mar 9, '07
Ngobrol Asyik bareng Alamanda Dan Ridwan
Mukri, dalam acara LAUNCHING DAN BEDAH BUKU

"Catatan Kilau Cahaya" (Alamanda Shantika)

"Esq 4 Teens" (Ary Ginanjar Agustian &
Ridwan Mukri)

ISLAMIC BOOK FAIR
ISTORA SENAYAN (RUANG ANGGREK)
JUMAT, 9 MARET 2007
PUKUL 13.00-15.00

Host by : Irfan Hakim

Nantikan!!
Door Prize voucher ESQ training 4 teens
dan hiburan asyik lainnya!

Book Signing setiap Sabtu dan Minggu.

Kunjungi Stand ARGA Publishing @ Islamic
Book Fair 2007

Friday, March 2, 2007

Jadwal Acara di Islamic Book Fair, 3-11 Maret 2007

Start:     Mar 3, '07
End:     Mar 11, '07
Islamic Book Fair Jakarta 1428/2007 Monday, 05 March 2007
All Day ISLAMIC BOOK FAIR JAKARTA 1428/2007

3 s.d 11 Maret 2007
Istora Senayan Jakarta.


SABTU, 3 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Pembukaan 6th Islamic Book Fair 2007
13:00-15:00 WIB Talkshow Melatih SQ Anak melalui Media Bersama Ust. Arsil
Ibrahim
16:00-18:00 WIB Launching Buku dan Talkshow
19:00-21:00 WIB Perempuan, dari Cinta sampai Seks, dari Nikah Mut'ah sampai
Nikah Sunnah, dari Bias Lama sampai Bias Baru. Pemakalah : M. Quraish Shihab

MINGGU, 4 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Launching Buku : Selamatkan Islam dari Muslim Puritan
13:00-15:00 WIB - Launching Buku & Talkshow Bersama Neno Warisman - Mewujudkan
Jakarta dengan Syariah
16:00-18:00 WIB Kebangkitan Zionis di Indonesia - Pembicara: Hery Nurdi,
Pembedah: Rizki Ridyasmara

SENIN, 5 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Field Trip - Lomba Anak
13:00-15:00 WIB Semifinal Festival Nasyid
16:00-18:00 WIB Indahnya SYariah dalam Pendidikan "Tantangan Pendidikan Anak
Islam di Era Globalisasi"
19.00-21.00 WIB Bedah buku Be the Best 'not be Asa' oleh Karebet Wijayakusuma

SELASA, 6 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Field Trip - Lomba Anak
13:00-15:00 WIB Semifinal Festival Nasyid
16:00-18:00 WIB Indahnya Syariah dalam Kepribadian "Aku Seorang Muslimah"
Bersama : Ratih Sang, Mediana Hutomo
19:00-21:00 WIB Talkshow Lebih Dekat dengan Majalah Tatsqif, Dr. Amir Faishol
Fath

RABU, 7 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Field Trip - Lomba Anak
13:00-15:00 WIB Sejarah Penerapan Syariah Islam di Indonesia Bersama Hizbut
Tahrir Indonesia
16:00-18:00 WIB Indahnya Syariah dalam Ekonomi Keluarga "Mengatasi Masalah tanpa
Masalah secara Syariah" Bersama Ahmad Gozali
19:00-21:00 WIB Open Your Mind to be Success
Bintang Tamu : Ust Syahrul Syah

KAMIS, 8 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Field Trip - Lomba Anak
13:00-15:00 WIB Indahnya Syariah dalam Seni dan Budaya "Saya Seniman Islam"
Bersama Rano Karno dan Yana Julio
16:00-18:00 WIB Bedah Buku : Poligami, Solusi Masalah
19:00-21:00 WIB Final Festival Nasyid IBF 2007

JUMAT, 9 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Kreasi Anak Muslim ; Workshop Ayo Berkreasi Muslim
13:00-15:00 WIB Final Cerdas Cermat IBF 2007
16:00-18:00 WIB - 14 Langkah Membangun Kerajaan Bisnis Rasulullah oleh Prof. Dr.
Laude kamaludin - Talkshow "Makin Cantik Aja" Pembicara: Teh Ninih (Ummu Ghaidah
Muthmainah)
19:00-21:00 WIB Talkshow Majalah Gontor "Boarding School" KH.Abd.Syukri Zarkasi

SABTU, 10 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Launching dan Bedah Buku Hikmah dari Langit Bersama : Ust Yusuf
Mansur, Budi Handrianto
13:00-15:00 WIB Talkshow dan Launching Buku Diari Permata Hati - Pembicara : Ery
Soekresno, Ummi Kulsum
16:00-18:00 WIB Ketika Cinta Bertasbih (Sastra) - Pembicara Habiburrahman El
Shirazy
19:00-21:00 WIB Talkshow Buku: Shalat Pengobatan dan Penyembuhan

MINGGU, 11 MARET 2007
10:00-12:00 WIB Wanita, Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan Pembicara Ustadz
Hartono Ahmad
13:00-15:00 WIB Bedah Buku: Fiqh Sunnah untuk Wanita Bersama : Farid Dhofir
16:00-18:00 WIB Pagelaran (Konser) Festival Nasyid
19:00-21:00 WIB Tausiyah dan Talkshow KH. Abd. Gymnastiar (AA Gym)