Wednesday, June 28, 2006

Tanya dong : Connect ke internet lewat HP yang murah ?

Halo warga MP yang semoga dalam keadaan sehat semua, langsung aja ya. Saya mau konek notebook ke internet pake HP, yang murah itu apa dan bagaimana caranya yah ? Apakah Flexi, Mentari, Esia atau yang lain ? Soalnya saya pernah coba pake GPRS Simpati tapi mahalnya ampun-ampunan deh !. Mohon sarannya yah. Terima kasih, thank you, gracias, syukron.

Tuesday, June 27, 2006

Buku : Confessions of An Economic Hit Man

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:John Perkins
Judul buku : Confessions of An Economic Hit Man
Penulis : John Perkins
Penerbit : Abdi Tandur, Jakarta
Halaman : 278


Buku ini merupakan pengakuan dosa dari Perkins setelah belasan tahun bekerja untuk kepentingan segelintir orang-orang kaya di AS. Profesi dia saat itu disebut sebagai economic hit man (preman ekonomi). Di mana dia bekerja sebagai konsultan yang bertugas merampok negara miskin untuk kepentingan perusahaan AS.

Memakai istilah preman, karena memang kerjanya mirip preman atau mafia yang menggunakan segala cara untuk menggolkan keinginannya, termasuk menyuap dengan wanita, bahkan juga membunuh. Dan yang dibunuh, bukan sembarang orang, melainkan Presiden sebuah negara. Perkins ditasbihkan sebagai preman ekonomi pada 1971-1981. Awalnya, dia direkrut, dilatih, dan kemudian bekerja di bawah koordinasi Badan Keamanan Nasional (NSA). Tapi dalam operasionalnya, Perkins dipekerjakan secara terselubung di perusahaan swasta AS, seperti Monsanto, General Electric, Nike, General Motors, dan Wal-Mart.

Tugas pertama Perkins adalah membuat laporan fiktif kondisi negara berkembang agar lembaga-lembaga bantuan seperti IMF, Bank Dunia, dan USAID mau mengeluarkan utang. Kelak utang tersebut akan berupa utang untuk proyek infrastuktur yang dikerjakan oleh perusahaan besar di AS, seperti Bechtel dan Haliburton. Tugas kedua, Perkins harus membangkrutkan negeri penerima utang. Caranya adalah dengan terus memberikan utang dalam jumlah besar, sehingga negara tersebut terjebak dalam perangkap utang. Setelah tersandera utang, AS memanfaatkan secara ekonomi maupun politik internasional.

Bagaimana nasib mereka yang menolak keinginan AS? Bunuh. Itu yang terjadi pada Presiden Panama, Omar Torrijos, dan Presiden Ekuador, Jaime Roldos. Dua presiden yang menolak bekerjasama dengan AS itu dilenyapkan dengan kedok kecelakaan mengerikan. Operasi para preman ini memang bertingkat. Level pertama, menggelontorkan utang untuk kemudian memeras negara tersebut. Jika pemerintahan negara itu menolak, masuk level dua, yakni jagal (the jackal) beroperasi dengan membunuh sebagaimana di Ekuador. Jika upaya membunuh gagal, masuk level ketiga: operasi militer. Irak adalah contohnya..

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia masuk level pertama. Dimulai dari tiga bulan keliling Indonesia pada 1971, Perkin ditugasi membuat skenario bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita naik drastis. Kemudian angka fantastis itu dilaporkan ke Bank Dunia dan IMF. Maka mulailah pemerasan kekayaan Indonesia setelah sebelumnya menjerat dengan utang yang mustahil untuk dilunasi. Presiden AS Richard Nixon saat itu berpesan agar Indonesia diperas sampai kering, dan jangan sampai jatuh ke tangan Uni Sovyet. Hasilnya, AS menyedot minyak, mengeruk emas, dan eksploitasi aset lain untuk kepentingan mereka, sementara kita terengah-engah membayar utang.


Kebab, PR & Hadits



Assalamu'alaikum,



Alhamdulillah warung kebab saya sudah berjalan kurang lebih 3 minggu.
Tanggal 11 Juni adalah hari pertama saya berdagang dan di hari pertama
itu penjualan memang cukup sedikit. Untuk ukuran yang kecil terjual 8
kebab dan yang ukuran besar terjual 6 kebab. Adalah hal yang wajar
ketika produk yang cukup baru, asing, saya lempar ke pasaran di
lingkungan saya dan belum mendapatkan respon. Tapi justru keterasingan
produk itulah yang saya anggap bisa menjadi nilai lebih.


Sebenarnya sebelum memulai usaha kebab pun saya mendapatkan tawaran
untuk join membuka usaha burger. Tapi setelah beberapa hari survey di
daerah rumah saya, justru produk itulah yang paling banyak ditemui. Di
Kemanggisan, terdapat lima sekolah yang terdiri dari dua sekolah dasar,
satu smp, satu sma plus satu taman kanak-kanak. Kelima tempat itulah
insya Allah yang akan menjadi target market saya. Terlihat cukup
menggiurkan bukan, tapi tidak juga. Karena saya masih harus
menyesuaikan waktu kerja pegawai dengan waktu bubaran sekolah yang
kelimanya punya waktu yang berbeda-beda. Maka untuk sementara waktu
saya menumpang di depan toko oli sekitar Kemanggisan. Waktu jualnya pun
terbatas karena mengikuti toko tersebut yang tutup jam lima, dan saya
baru bisa berjualan sekitar ba'da maghrib.

Malam minggu yang
kedua, saya mengundang teman-teman sd saya untuk berkunjung dan
alhamdulillah saya mengundang hanya dua orang tapi yang datang jadi
enam orang, maka jadilah malam itu penjualan terlaris sampai saat ini,
alhamdulillah. Besoknya, dua orang dari teman saya itu datang lagi
membawa temannya yang baru dan teman saya itu bilang ke saya sambil
mesem-mesem bahwa katanya kebabnya enak, makanya dia balik lagi sambil
bawa temannya yang lain. Bagi saya yang pernah mengenyam sedikit ilmu
Public Relations, saya semakin yakin bahwa metode advertising yang
paling efektif untuk produk makanan adalah "word of mouth".


Salah satu contohnya adalah produk Bread Talk yang sampai saat ini
belum pernah saya lihat iklannya di berbagai media, tetapi berhasil
membuat gerai-gerai mereka selalu dipenuhi antrian. Contoh lainnya
adalah Starbucks yang jarang sekali anda lihat iklannya di televisi
atau media cetak. Atau mungkin mau contoh yang lebih dekat ? Mari kita
tengok roti bakar Edi di lingkungan Al Azhar Pusat yang setiap malam
minggu selalu penuh sesak dan juga nasi goreng bhakti di daerah Blok S.
Pernahkan kita melihat iklan produk mereka di media ?


Ada satu buku menarik tentang PR ini yang ditulis oleh pasangan ayah
anak Al Ries dan Laura Ries, berjudul "The Fall of Advertising &
The Rise of PR". Judulnya memang seru, seakan-akan ingin mengatakan
bahwa dunia periklanan telah mendekati ajalnya dan sudah saatnya PR
(Public Relations) berkuasa. Menurut pengamatan Al Ries, dalam abad
ke-21 ini memang telah terjadi perubahan dramatis dari pemasaran yang
berorientasi iklan ke pemasaran berorientasi public relations. Anda
tidak dapat lagi meluncurkan merek baru dengan iklan, karena iklan
tidak punya kredibilitas. Anda hanya dapat meluncurkan merek baru
dengan PR. Dengan PR anda bisa menyampaikan kisah secara tidak langsung
melalui pihak ketiga, terutama media. Dengan bertaburnya iklan di media
massa, bahkan di sepanjang jalan, iklan justru telah kehilangan dayanya
karena konsumen sudah jenuh, bahkan muak dengan segala yang disodorkan
di hadapan mata mereka. [The Fall of Advertising & The Rise of PR, Gramedia Pustaka 2004]


Salah satu letak keberhasilan PR adalah kepercayaan atau keshahihan
dengan meneliti secara tidak langsung ke sumber berita. Kalau dalam
ilmu hadits, ada ilmu yang dinamakan Al jarh wa Ta'dil. Ilmu ini
membahas tentang para perawi misalnya sekitar masalah yang membuat
mereka tercela atau bersih dalam menyampaikan suatu hadits. Seperti
ketahui, syarat perawi itu sangatlah berat. Sehingga apabila satu
perawi ketahuan cacatnya yang cukup signifikan, maka dijamin status
hadits yang dibawakannya pun bisa menjadi matruk atau hadits yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang tertuduh dusta, banyak lupa atau
banyak mengkhayal [Subhi Ash-Shalih, Ulum al-Hadits wa Musthalahu].
Begitu juga sebaliknya, ketika kita menerima suatu berita tentang
makanan dari seseorang yang pernah merasakan makanan tersebut atau
minimal sudah kita kenal dekat, maka berita itu akan lebih mudah kita
terima berita.

Hampir setiap kali saya melayani para
pembeli, saya sering bertemu dengan orang yang sama di hari kemarinnya
dan hari itu datang lagi dengan membawa teman yang berbeda. Melihat
fenomena seperti ini, saya pernah memberikan tiga kebab gratis ke tiga
teman saya dan juga kepada para pedagang atau penghuni rumah disekitar
tempat saya berdagang. Syaratnya hanya satu, mohon diberitakan ke teman
atau sanak saudara yang lain bahwa disini ada kebab. Alhamdulillah
efeknya sedikit demi sedikit mulai terasa :). Tapi maaf, program free
kebab ini sudah berakhir, jadi untuk yang masih penasaran, kehadirannya
tetap saya tunggu. Tiada kesan tanpa kehadirannmu ! [Words from, Kartu ulang tahun anak-anak]. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini :).


Wassalamu'alaikum












Monday, June 26, 2006

Kajian kantoran : Bahaya Wabah SEPILIS (Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme)

Start:     Jun 28, '06
Location:     Masjid GKBI, Wisma GKBI Lt. 6
"Bahaya Wabah SEPILIS (Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme)"

Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang HARAM nya liberalisme, pluralisme, dan sekularisme dapat dipandang sebagai upaya memberi perlindungan terhadap akidah umat dari berbagai ide yang akan menggerogotinya. Fatwa ini dapat menjadi salah satu pendorong proses pembentukan kehidupan masyarakat yang berlandaskan pada akidah yang benar. Karena ini sangat membahayakan kaum muslimin.

Rabu , 28 Juni 2006
Ba'da Dzuhur Berjamaah pukul 11.50 - 13.00

Bersama :

Adian Husaini, MA, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1965. Pendidikan Islam diperoleh dari Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Bojonegoro (1971-1977), Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro (1981-1984), Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), dan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, LIPIA Jakarta (1988).

Gelar Master dalam bidang Hubungan Internasional diperoleh dari Pasca Sarjana Program Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul "Pragmatisme Politik Luar Negeri Israel". Saat ini sedang menempuh pendidikan program Ph.D. di Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).

Aktivitas ilmiah dan organisasi adalah sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Juga menjabat sebagai Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam/KISDI, Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), dan Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Pernah menjadi wartawan di Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma’had ‘Aly) Husnayain Jakarta.

Kajian tentang ini akan diadakan di :

Masjid GKBI
Wisma GKBI Lantai 6
Jl. Jend. Sudirman No. 28, Jakarta 10210


Photobucket - Video and Image Hosting

Sunday, June 25, 2006

Kuliah di INSISTS

Assalamu’alaikum,


Alhamdulillah hari Sabtu tanggal 24 Juni kemarin adalah yang kedua kalinya saya mengikuti kuliah tentang pandangan hidup Islam bersama INSISTS dan yang bertindak sebagai pemateri adalah pak Adnin Armas. Topik yang dibahas dalam kuliah perdana adalah konsep Tuhan. Sebenarnya banyak sekali yang diutarakan oleh pak Adnin tentang konsep Tuhan itu. Pembahasan hari itu tidak hanya seputar itu saja, pemikiran-pemikiran dari Jacques Derrida, Michael Foucault dan Muhammad Arkoun pun dibedah. Pada saat yang sama pula konsep-konsep mereka dibenturkan dengan karya-karya Syed Naquib Al-Attas, semisal "Prolegomena To The Metaphysics Of Islam". Buku yang sangat bagus tapi sayang masih berbahasa inggris. Fotocopy dari buku ini dibagikan ke audiens secara berkala setiap minggunya.

Jujur saja, di hari pertama kuliah itu materinya terasa sangat berat bagi audiens, karena berbagai macam istilah-istilah filsafat banyak dikeluarkan dan sedikit akademis. Tapi saya rasa memang itulah konsekuensi ketika kita akan mendapatkan pemahaman yang benar tentang konsep-konsep dalam Islam. Untuk sampai kepada inti materi, pak Adnin bisa menghabiskan 15 menit hanya untuk membahas definisi dari suatu istilah, dan ini memang sangat diperlukan. Oleh karena itu, ternyata banyak yang setuju dengan saya bahwa waktu kuliah ini dirasakan sangat terlalu singkat.

Untuk membahas konsep Tuhan saja, pak Adnin mesti menjelaskan apa definisi dari kata “konsep” itu sendiri selama hampir setengah jam lebih. Apalagi ketika harus menjelaskan definisi “Tuhan”. Juga ketika akan membahas konsep agama, yang para ahli sampai saat ini belum bisa menjelaskan secara pasti apa arti agama. Di topik ini pemikiran Frithjof Schuon tentang konsep agama pun dibahas.

Biasanya kita selesai kuliah jam 4 sore, mundur satu jam dari waktu yang ditetapkan yaitu jam 3. Selesai kuliah kita shalat ashar berjamaah dan setelah itu kita berdiskusi santai, tidak ada kesan formal. Para peserta yang lain pun ternyata senang bercanda. Tapi menurut saya, disinilah transfer ilmu yang sesungguhnya. Pak Adnin banyak cerita mengenai perubahan pemikiran di IAIN dan latar belakangnya. Beliau juga bercerita sepak terjangnya ketika harus berhadapan dengan orang-orang liberal di Jakarta (Ciputat) dan di Malaysia. Seru sekaligus prihatin mendengar cerita pak Adnin.

Sebenarnya saya ingin sekali menulis lebih detail tentang isi kuliah itu disini. Tapi dikarenakan materinya cukup menguras pikiran, sehingga saya sendiri bingung untuk menuliskannya secara detail. Mungkin istilah singkatnya, insya Allah saya mengerti apa yang dijelaskan pak Adnin, hanya saja saya belum mampu menuliskannya kembali. Tapi alhamdulillah, rekan kita di multiply, mas Satrio yang juga mengikuti kuliah tersebut membawa voice recorder dan berhasil merekam kuliah yang berlangsung kurang lebih dua jam itu. Insya Allah setelah dirapikan filenya dan minta izin ke pak Adnin, kita akan publikasikan file tersebut. Pak Adnin pun akan memberikan semua makalah yang digunakan selama kuliah itu kepada saya setelah semua kuliah selesai. Jadi buat temen-temen yang ingin makalahnya, sabar ya, masih ada empat pertemuan lagi :). Oh ya jangan lupa, INSISTS juga akan mengadakan seminar sains Islam. Info lebih lanjut bisa dilihat disini dan disini.


Wassalamu'alaikum






Monday, June 19, 2006

Sebuah ikhtiar


Assalamu'alaikum

Kayfa haluk
akhi wa ukhti ? semoga selalu dalam keadaan sehat dan dilindungi oleh
Allah Sang Pemberi nikmat. Amin. Lama ngga terdengar kabarnya ya. Tapi
sepertinya memang saya saja yang sedikit sok sibuk :). Saya hanya mau
bercerita sedikit disini, semoga ada ibrah yang bisa diambil dari
tulisan ini.

Tanggal 18 September tahun 2004, seorang teman dari sd,
pernah menuliskan testimonialnya di account friendster saya. Isinya
singkat saja, tapi cukup menarik bagi saya. Begini isinya : "lelaki
yg tidak bisa diam..namun baikhati..weheeeee..kenalnya dah dr sd..dr
dulu ampe skrg tetep keukeuh berwirausaha..way to go indra!!".
Entah kenapa ketika saya menerima testimonial itu dari dia, saya malah berpikir apa iya saya segitu keukeuhnya berwirausaha ?. Tapi faktanya setelah berpikir lagi ke belakang kok ternyata memang begitu ya?.

Pertama
kali saya bekerja yaitu di sebuah event organizer (e.o) di daerah Radio
Dalam. Ketika itu saya bisa masuk kesana adalah karena saya sering
membantu salah satu acara mereka, sehingga hubungan saya dengan e.o itu
semakin dekat dan akhirnya saya bekerja disana selama 2 tahun. Padahal
awalnya dulu sebelum bekerja dimana-mana, saya punya cita-cita ingin
sekali punya usaha sendiri, biarpun kecil tapi yang penting punya
sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu, saya pun harus mengubur impian
saya itu dan bersikap lebih realistis bahwa untuk mencapai itu semua
memang harus bekerja dengan orang lain terlebih dahulu. Istilahnya
ngumpulin modal.

Setelah
2 tahun bekerja di e.o itu, impian "nakal" itu pun kembali lagi.
Setelah modal didapat, relasi bisnis "dijerat" dan ilmu diikat, saya
memutuskan membuka usaha sendiri di bidang yang sama. Berdirilah
perusahaan e.o kecil-kecilan dengan bendera Escalate Production bersama
5 orang teman saya. Terdengar asing, tapi memang saat itu e.o saya
lebih banyak bergerak di luar kota. Selain di Jakarta, Bandung, Batam,
saya pernah juga tugas di Balikpapan, saat itu saya bahkan sempat
kontak dengan mas Dedy Subandi rekan dari MP juga. Sayang kita belum diizinkan ketemu ya mas :).

Setahun
berjalan dengan bendera Escalate Production, saya semakin merasa ada
yang salah dengan ritme kehidupan saya. Malam menjadi siang, siang
menjadi malam. Keluar masuk club menjadi hal yang biasa. Hari libur
merupakan hari kerja saya yang paling maksimal dan biasanya saya baru
bisa sedikit meluruskan kaki setelah hari Minggu. Jadi kalau orang lain
punya term i don't like Monday, saya malah sebaliknya. Karena itulah hari libur saya.

Setahun
terakhir dengan Escalate Production saya mulai mengurangi orderan
event. Karena entah kenapa, saya mulai bosan, penat dan hampir muak
dengan pekerjaan saya itu. Saat itu saya berpikir, bagaimana nanti
kalau saya punya anak istri ? Saya ngga mau anak istri saya nanti
melihat saya pulang ketika mereka sholat shubuh. It's a shame. Tindakan
saya mengurangi order event ini akhirnya disadari oleh kelima partner
saya. Mereka terus menanyakan kapan ada kerjaan lagi, padahal tawaran
kerjasama alhamdulillah seringkali datang ke saya, cuma sering saya
tolak dengan seribu macam alasan. Akhirnya karena saya merasa dzalim
terhadap kelima partner saya itu, saya putuskan Escalate Production
harus bubar. Padahal saat itu tawaran yang cukup menggiurkan datang
dari salah satu Mall terbesar di Batam untuk menggarap program tahun
baruan di Mall tersebut. Tapi tidak ! saya telah memutuskan bahwa e.o
tidak akan menjadi lahan nafkah untuk saya dan keluarga saya nantinya.
Terlalu banyak yang haram disana dan saya tidak ingin nanti anak istri
saya makan dari hasil itu.

Setelah Escalate bubar, hari-hari
saya menjadi sangat-sangat lapang. Saya banyak menghabiskan waktu
dengan membaca buku, browsing dsb. Saat itu belum terpikir akan kerja
apa saya setelah ini. Alhamdulillah tawaran kerja masih ada beberapa
yang datang ke saya. Biasanya tawaran itu datang dari teman-teman lama
saya jaman sd smp. Tapi satupun tidak ada yang menarik perhatian saya.
Hampir dua tahun sudah saya berleha-leha. Bagi sebagian orang memang
saya ini dianggap "pengacara" alias pengangguran banyak acara. Tapi
tidak juga, justru pada masa-masa kosong itulah pengetahuan saya
tentang Islam semakin bertambah dan saya anggap itu bukanlah bagian
dari berleha-leha dan menganggur. Insya Allah ada hikmah disitu.

Tapi
alhamdulillah, berkat ridha Allah, saat ini saya kembali mempunyai
pekerjaan. Tentunya wirausaha lagi. Berdagang kebab Turki ! ya inilah
yang sekarang saya lakukan. Proses penantian setahun akhirnya terjawab
sudah. Kebab yang saya jual ini menggunakan gerobak ber-roda. Di awal
buka warung kebab ini, setiap hari saya harus bolak-balik mendorong
gerobak dari rumah ke lokasi jualan. Sebuah pekerjaan yang belum pernah
saya lakukan sebelumnya, tapi entahlah, perasaan malu, lelah mendorong
gerobak itu terhapuskan dengan perasaan nyaman dalam berwirausaha yang
kali ini. Insya Allah usaha ini halal dan cukup mudah untuk dikontrol.
Oh ya tapi jujur aja nih, malam pertama mendorong gerobak, besoknya
pundak saya rasanya seperti mau lepas !. Tapi ngga papa deh, kan nanti
kalau sudah menikah jadi ada mijitin heheheh :D.

Entah apalagi
yang akan dikatakan oleh teman sd saya tadi ketika nanti saya
berpromosi ke dia :D. Mungkin ini yang diamanatkan oleh Allah kepada
saya. Saya seringkali memohon agar diberikan jalan untuk mencari nafkah
lewat jalan yang halal sehingga kehalalan itu menyebar ke keluarga saya
nanti dan menjadikan keluarga saya diridhai Allah dalam setiap
langkahnya. Ini juga saya anggap merupakan salah satu ikhtiar saya
untuk mencari ma'isyah untuk persiapan nanti :).

Mungkin inilah
ikhtiarku, ikhtiar yang insya Allah tidak akan berhenti. Masalah
kedepannya akan berhasil atau tidak, itu bukanlah menjadi urusanku lagi
melainkan urusan Allah Sang Maha Kuasa. Mohon doanya ya. Dengan
Bismillahhirrahmannirrahim, ana undang antum sekalian apabila ada waktu
untuk berkunjung ke warung kebab ana dan mencobanya :). Semoga berkenan.



Wassalamu'alaikum








Monday, June 12, 2006

Seminar Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus Sains Islam

Start:     Jul 1, '06
Location:     Hotel Sofyan Betawi, Jl. Cut Mutia No. 9 Jakarta Pusat
Seminar Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus Sains Islam

A. Latar Belakang

Peradaban Barat dengan sains modern sebagai pendukungnya telah menyisakan problema yang serius berkaitan dengan hakikat asal usul serta tujuan ilmu. Sains modern cenderung mengabaikan intuisi serta menolak wahyu dan agama sebagai sumber ilmu. Dalam sains modern, otoritas hanya merujuk kepada persepsi inderawi dan rasio yang spekulatif. Realitas telah dibatasi pada alam dunia. Ini adalah konsekwensi logis dari sumber ilmu sains modern Barat yang hanya terbatas kepada panca-indera dan rasio. Selain itu, sains modern telah menjadikan keraguan sebagai sebuah metode yang benar.

Perspektif rasionalisme dan empirisisme yang menjadi jiwa sains modern tidak banyak disadari oleh kalangan Muslim. Padahal, paradigma antroposentris tidaklah sesuai dengan pandangan-hidup Islam. Bagi seorang Muslim, realitas mencakup bukan saja yang kasat mata, tetapi juga yang tidak kasat mata. Alam nyata yang menjadi objek kajian dalam sains bukanlah satu-satunya alam. Alam nyata ini adalah relatif yang wujudnya bergantung kepada Tuhan. Jadi, untuk mengetahui hakekat realitas, tidak cukup hanya dengan panca-indera dan rasio. Perbedaan ontologis tentang realitas melahirkan perbedaan epistemologis. Wahyu dalam Islam bisa menjadi sumber ilmu.

Berangkat dari kesadaran pentingnya sains modern dikaji menurut pandangan Islam, INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization) sebuah lembaga yang mempunyai komitmen dalam pengembangan pemikiran dan peradaban Islam di Indonesia akan menyelenggarakan kegiatan seminar tentang Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus Sains Islam.

Seminar ini bukan saja akan menampilkan secara mendalam konsep Islam mengenai realitas, epistemologi dan sains Islam, tetapi juga akan mengkritisi asumsi-asumsi dasar dalam peradaban Barat dan sains modern.

B. Tempat:

Hotel Sofyan Betawi jalan Cut Mutia no. 9 Jakarta Pusat

C. Waktu:

1 Juli 2006, pukul: 09.00 – 14.00

D. Acara dan Pembicara

1. Pandangan Hidup Islam Sebagai Fondasi Epistemologi Islam, oleh Hamid Fahmy Zarkasyi, MA, M.Phil (Direktur INSISTS, Direktur CIOS [The Center for Islamic and Occidental Studies] ISID Pondok Modern Gontor)

2. Epistemologi Barat dan Islam, oleh Adnin Armas, MA (Direktur Eksekutif INSISTS)

3. Islamization of Science, oleh Dr. Adi Setia (Dosen di Universitas Antarbangsa Kuala Lumpur)

Moderator: Adian Husaini, M.A (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

E. Fasilitas:

Makan siang, sertifikat dan makalah

D. Biaya:

Mahasiswa: Rp. 80.000
Umum: Rp. 150.000

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran silahkan menghubungi kantor INSISTS, Jl. Kalibata Utara II/84 telp. 7940381, email: info@insistnet.com

Thursday, June 1, 2006

Selamat datang, INSISTS !

Rating:★★★★★
Category:Other
Oleh Wisnu Pramudya *)
hidayatullah.com


Mereka bergelar master dan doktor. Disiplin menjaga 'ubudiyah serta syari'ah dalam keluarganya. Mereka menguasai seluk-beluk pemikiran dan peradaban Barat tapi tak pernah silau dengan Barat

Izinkan saya memperkenalkan sekumpulan pemuda kepada Anda sekalian. Mereka berotak encer, dan berendah hati terhadap guru dan ulama. Mereka menguasai minimal dua bahasa asing (Arab dan Inggris). Tidak sedikit yang kemudian juga menguasai bahasa Latin, Jerman, Ibrani, dan beberapa lainnya), dan sebagian di antaranya hafizh Qur`an.

Mereka bergelar master, doktor, dan berdisiplin menjaga kehidupan 'ubudiyah-nya serta syari'ah dalam keluarganya. Last but not least, mereka menguasai seluk-beluk pemikiran dan peradaban Barat-berikut segala manfaat yang diberikan dan juga penyakit-penyakit yang disebarkannya-sama kuatnya dengan penguasaan mereka tentang seluk-beluk pemikiran dan peradaban Timur, dan sudah tentu tentang 'ulumud-din, dan Al-Islam.

Bulan-bulan ini mereka dalam proses pulang kampung setelah berkelana menimba ilmu. Sebagian besar mereka belajar di Kuala Lumpur, di tempat yang bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Di institut ini, mereka dibawa oleh guru utamanya, Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas, bergaul seakrab mungkin dengan metodologi dan epistemologi Barat, bukan hanya lewat buku, tetapi langsung dengan orientalis-orientalis tulen yang menjadi dosen-dosen mereka.

Pada saat yang sama, Prof Al-Attas menanam kaki mereka sedalam-dalamnya pada worldview Islam, kemudian langsung membenturkan keyakinan mereka akan Qur`an dan Sunnah menghadapi berbagai peradaban dunia. Dengan cara itu, para pemuda ini tumbuh menjadi sangat kaya akan keterampilan dan pemahaman mengenai detil-detil kurva berbagai peradaban-termasuk Barat, namun semakin hari semakin yakin dan percaya diri, bahwa al-Islaamu ya'lu wa laa yu'la 'alaih (Islam itu tinggi dan tak ada yang lebih tinggi daripadanya). Mereka bisa menerima secara arif manfaat-manfaat yang diberikan peradaban lain-termasuk Barat-namun di saat yang sama mereka mampu mengupas koreng-korengnya yang membahayakan umat manusia.

Meski mereka semakin akrab dengan W.C. Smith, Hans Kung, Fritjof Schuon, Arthur Jeffery, Harvey Cox, Montgomery Watt, Derrida, Nietczhe, Mohandas Gandhi, Mohammed Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Annemarie Schimmel dan lain-lain, para pemuda kita ini tidak kemudian jadi nggumun (terkagum-kagum), lalu tergopoh-gopoh mematut diri agar sepantas mungkin tampil senada dengan para tokoh tersebut.

Keakraban itu justru membuat mereka kian piawai mencermati dan menempatkan secara jernih posisi masing-masing tokoh terkenal tadi -dan para pengikutnya-di atas peta peradaban dan keilmuan dunia. Pada saat yang sama, mereka semakin yakin bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW), para shahabat Radhiallaahu 'anhum, juga Bukhari, Muslim, Syafii, Maliki, Hambali, Hanafi, Al-Ghazali, Qurthubi, dan waratsaatul-anbiya' (para pewaris nabi) berikutnya, jauh lebih pantas disegani baik dari segi akhlaq kepribadian, maupun kelas intelektualnya, dibandingkan rombongan nama yang pertama tadi. Selain itu, semakin kuat pula keyakinan mereka, bahwa Islamlah yang paling berhak mengklaim diri sebagai sumber kebenaran, dalam semua aspek keilmuan dan kehidupan.

Para pemuda ini menamakan dirinya Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS). Rumusan misi mereka sederhana, namun menjanjikan perjalanan yang panjang, berat, dan penuh tantangan sekaligus harapan. Izinkan saya mengutipnya dari salah satu e-mail dalam diskusi mereka: "..Semoga niat kita Islam, dapat tercapai..."

Mengenai "tradisi ilmu dan peradaban" yang bagaimana yang hendak mereka bangun, sebagian kecil bisa dibaca di buku Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam membangun tradisi ilmu dan peradaban Islam yang agung, berdasarkan khazanah intelektual Syed M. Naquib Al-Attas (Mizan, Juli 2003). Penulisnya Prof Wan Mohd Nor Wan Daud, salah satu murid utama Prof Al-Attas. Ia pernah berguru pada Fazlur Rahman di Chicago, sehingga berteman akrab dengan Pak Syafi'i Ma'arif, Mas Amien Rais, juga Cak Nurcholish Madjid. Ia juga mentor utama para pemuda kita tadi semasa di ISTAC.

Buku tersebut diterjemahkan dari The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh tim penerjemah yang dipimpin Hamid Fahmy Zarkasyi, salah satu ahli waris Pesantren Darussalam Gontor. Mas Hamid ini diangkat teman-temannya menjadi pemimpin mereka. Jabatan formalnya direktur INSISTS, sekaligus pemimpin redaksi majalah ISLAMIA.

Salah satu bab buku itu berisi uraian Prof Wan Daud mengenai, pandangan Al-Attas tentang kekusutan konsep yang terjadi dalam dunia Islam, antara apa itu "ilmu pengetahuan" dan bedanya dengan "mengetahui". Sejak kegagalan penaklukan kota Vienna tahun 1683 oleh Khilafah Utsmaniyah, diikuti berbagai kekalahan lainnya, para ulama dan pemikir Muslim sudah mendeteksi betapa merosotnya tradisi ilmu, sains, dan teknologi di kalangan umat Islam. Karenanya kebangkitan peradaban harus dimulai dengan kebangkitan ilmu. Sayangnya, menurut Al-Attas, pada perkembangan semakin ke sini, kebangkitan ilmu itu banyak diidentikkan dengan "modernisasi" yang agenda utamanya adalah "mengejar ketertinggalan dari Barat". Sebuah kesalahan yang dianggap fatal oleh Al-Attas, karena proyek "modernisasi" itu dalam waktu yang sama mengagendakan dipinggirkannya Islam sebagai syarat untuk menjadi modern. Islam tidak boleh menjadi sesuatu yang dominan dalam kehidupan masyarakat modern.

Bagi Al-Attas, lawan kata "ilmu" bukan hanya "kebodohan", namun juga "ilmu yang menyesatkan manusia dari kebenaran". Jika pengembangan sains dan teknologi dilakukan di atas landasan yang TIDAK akan membawa umat manusia pada kebenaran Islam, maka jalan dari pengembangan sains dan teknologi itu pasti membawa manusia pada kehancuran.

Al-Attas, lulusan School of Oriental and African Studies (SOAS) di Universitas London, mengutip satu bagian dari Lisaanul-'Arab karya Ibnu Manzhur, bahwa kebodohan terbagi dua jenis: kebodohan ringan dan kebodohan berat. Kebodohan ringan yaitu kurangnya ilmu mengenai apa yang seharusnya diketahui." Sedangkan kebodohan berat yaitu keyakinan yang salah yang bertentangan dengan fakta ataupun realitas, meyakini sesuatu yang berbeda dari sesuatu itu sendiri, ataupun melakukan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda dari bagaimana seharusnya sesuatu itu dilakukan.

Menurut uraian Wan Daud, "Kebodohan ringan bisa diobati dengan pengajaran biasa atau pendidikan, tetapi kebodohan yang berat.. merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dalam pembangunan keilmuan, keagamaan, dan moralitas individu dan masyarakat, sebab kebodohan jenis ini bersumber dari spiritualitas yang tidak sempurna, yang dinyatakan dengan sikap penolakan terhadap kebenaran."

Pemuda-pemuda kita tadi berniat meletakkan pondasi konsep tradisi ilmu yang tidak kusut, baik lewat tradisi ilmu-ilmu fardhu 'ain maupun fardhu kifayah. Tradisi yang akan membawa manusia pada kebenaran Islam. Ilmu-ilmu fardhu 'ain adalah yang bila tidak menguasainya seseorang atau sebuah masyarakat pasti tidak akan bisa hidup sesuai anjuran Islam, sedangkan ilmu-ilmu fardhu kifayah adalah yang dengannya seseorang akan menjaga kesejahteraan hidup umat manusia. Jadi tak ada pemisahan antara "ilmu agama" dan "ilmu umum", atau "ilmu akhirat" dan "ilmu dunia". Tidak ada itu. Yang ada hanyalah pembedaan antara "ilmu fardhu 'ain" dan "ilmu fardhu kifayah".

Sejak awal mula proses pulang kampung para pemuda kita ini, sudah tergambar jelas ada tiga tantangan utama yang akan dihadapi INSISTS. Pertama, diri mereka sendiri. Kedua, tokoh-tokoh pemimpin Muslim dan ulama yang belum faham. Ketiga, umat Islam secara keseluruhan. Di luar ketiga tantangan ini, urusannya relatif lebih gampang.

Tantangan kedua dan ketiga akan cair dengan sendirinya, jika tantangan pertama mampu ditangani dengan baik. Tantangan pertama bagi para pemuda INSIST secara garis besar menuntut tiga hal: satunya kata dan perbuatan, menjaga sikap rendah hati, serta meningkatkan kecanggihan (baca: kesesuaian cara dan publik yang dihadapi) dalam membahasakan gagasan.

Kesalahan membahasakan diri juga bisa jadi masalah yang tidak perlu. Misalnya, perkenalan diri yang berisi maklumat seolah-olah akan "mengoreksi" semua elemen umat Islam yang lain. Ya, ya, ya. Memang INSIST akan melakukan banyak koreksi di tubuh umat Islam khususnya Indonesia, tapi biarkan it goes without saying.

Selamat datang, INSISTS!

*. Penulis adalah wartawan