Tuesday, November 29, 2005

Sujud



Assalamu'alaikum wr wb




Kata "sujud" banyak disebutkan dalam al Qur'an yang jumlahnya
melebihi lima puluh kali. Hakikat sujud hanya bisa kita rasakan ketika
manusia mengetahui dan paham kepada siapa mereka menyembah. Dia yang
menciptakan alam semesta ini, Dia yang menyempurnakan bentuk jiwa dan
raga manusia, Dia yang memberikan nikmat kepada seluruh mahluk-Nya.
Hanya Allah-lah yang patut disembah. Allah dengan kasih sayang-Nya
memerintahkan seluruh manusia untuk sujud, tunduk dan patuh kepada-Nya,
tapi manusia dengan segala sifat sombongnya kadang tidak atau belum
mengerti makna dari perintah tersebut.

Allah Yang Maha Mulia
dan Maha Kaya tidak memerlukan seluruh manusia untuk sujud kepada-Nya,
karena apabila seluruh mahluk di muka bumi ini bersujud kepada-Nya, hal
itu tidak menambah sifat mulia dan tidak pula menjadikan kerajaan-Nya
semakin besar, karena memang hanya Allah-lah yang mempunyai kuasa yang
paling besar dan luas. Dia-lah Sang Maha Raja yang tidak membutuhkan
mahluk-Nya untuk membuat kerajaan-Nya besar.

Allah telah
berfirman dalam satu hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Dzar Al
Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Wahai
hambaku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang
terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan
paling bertakwa diantara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah
kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama
diantara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin
diantara kalian, semuanya seperti
orang yang paling durhaka diantara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku"

Subhanallah,
Allah telah menyatakan bahwa Dia tidak memerlukan mahluk-Nya untuk
membuat kerajaan-Nya semakin mulia. Manusia-lah yang membutuhkan Allah,
manusia-lah mahluk lemah yang senantiasa membutuhkan karunia dan
pertolongan dari-Nya. Setiap detik, setiap jam dan setiap saat manusia
dalam keadaan miskin, bangkrut dan membutuhkan kekayaan-Nya. Maka
mengapa masih ada manusia sombong yang mengatakan bahwa apa-apa yang
dihasilkannya itu adalah murni dari hasil usahanya sendiri sehingga
lupa atau sengaja melupakan diri untuk bersujud, bersyukur dan
menyembah-Nya.

Salah
satu wujud rasa syukur yang bisa dilakukan oleh manusia adalah sujud
syukur yang bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Diriwayatkan
dari Abi Bakrah bahwa Rasulullah saw apabila mendapatkan kabar yang
menyenangkan, maka beliau tunduk sujud karena Allah [Sunan Abu daud 2/534].


Sujud syukur bagi beberapa orang mungkin telah melupakannya, atau malah
bagi sebagian lain, sujud syukur ini begitu diumbar sehingga tempat dan
kondisi tidak lagi diperhatikan sebagai kelayakan untuk melakukan sujud
syukur. Misalnya, kita sering melihat ketika seorang penyanyi yang
berpakaian serba mini yang ketika memenangkan sebuah perlombaan menyanyi, maka
dia pun sujud syukur dan entah disadari atau tidak, auratnya pun
terbuka. Astaghfirullah, kita berlindung kepada Allah dari sifat khilaf
seperti itu.

Sujud
adalah bentuk rasa syukur dan penghambaan manusia kepada Tuhannya yang
paling  Mulia. Banyak penelitian dari sisi ilmiah tentang manfaat
sujud yang dikatakan semakin sering kita sujud maka akan membawa
manfaat yang baik untuk sisi jasmani seorang manusia karena ketika
sujud, bagian otak mendapatkan pasokan darah yang mengalir dengan
lancar.

Terlepas dari shahih atau tidaknya penelitian
tersebut, hendaknya manusia memahami bahwa ketika dalam posisi sujud,
bagian belakang yang merupakan tempat kotor, berada diatas bagian
kepala dan wajah. Posisi tersebut mengingatkan kita bahwa bagian kepala
(pikiran) dan  wajah manusia adalah tempat berkumpulnya
bibit-bibit dosa, diantaranya adalah mata dan lidah. Bagian tersebut
bisa menjadi bagian yang lebih kotor dibandingkan bagian belakang
apabila tidak terjaga.

Maka sudah sepatutnya manusia bersujud
sambil merasa malu, takut dan "menyembunyikan" wajahnya yang telah
dikotori dan hina ketika sedang berkomunikasi dengan Tuhannya sambil
terus memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan. Bersyukur
atas segala nikmat yang diberikan-Nya tanpa pamrih, atas setiap
hembusan nafas dan atas semua yang telah ditetapkan bagi manusia.
Sujudlah untuk meraih ridha-Nya, kenali dan dekati Dia, bukankah
saat-saat manusia paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika bersujud ?
dan juga inginkah kita menjadi teman dari seorang nabi kita yang mulia,
Rasulullah saw di surga nanti ?.

Karena Rabi'ah ibn Malik al-aslami pernah bertanya sambil memohon kepada Rasulullah saw,  "Wahai Rasulullah, saya memohon kepadamu agar dapat menjadi temanmu di surga". Rasulullah saw berkata, "Apakah ada yang lainnya ?". Rabi'ah ibn Malik menjawab, "Cukup itu saja". Lalu Rasulullah saw pun bersabda, "Tolonglah aku untuk memperbanyak sujud".[HR. Muslim 1046, Abu Dawud 1320, an-Nasa'i 1136].





Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami,


adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami),



mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya,



sedang mereka tidak menyombongkan diri.



[QS : As Sajdah 15]





Wassalaamu'alaikum wr wb
 






Sunday, November 27, 2005

Review Diskusi Kajian Islam, 26 November 2005



Assalaamu'alaikum,



Terima kasih buat
temen-temen yang kemarin hari Sabtu tanggal 26 November nyempetin
dateng ke rumahku untuk mengikuti diskusi kajian Islam. Alhamdulillah
kajian kemarin berjalan dengan lancar walaupun ada pergeseran waktu
yang cukup signifikan tapi tetap ngga mengurangi bobot dari berbagai
materi yang disampaikan ustadz Fauzi Nurwahid. Insya Allah diharapkan
kedepannya bisa lebih on time mengingat waktu yang dimiliki ustadznya
juga terbatas.

Materi-materi yang hari itu disampaikan mencakup tiga topik yang semula hanya satu yaitu tentang Munakahat
(persiapan pernikahan). Topik munakahat ini ternyata cukup mendapat
sambutan yang meriah dan itu terbukti dengan cukup banyaknya pertanyaan
yang diajukan berkenaan dengan munakahat.

Topik yang kedua yaitu Tren Sinkretisme
yang tampak sebagai fenomena yang begitu mengesankan dalam sejarah
pemikiran agama, dulu maupun kini. Tren sinkretisme adalah suatu
kecenderungan pemikiran yang berusaha mencampur dan merekonsiliasi
berbagai unsur yang berbeda-beda (bahkan mungkin bertolak-belakang)
yang diseleksi dari berbagai agama dan tradisi, dalam suatu wadah
tertentu atau dalam salah satu agama yang ada (berwujud suatu aliran
baru).

Di dalam materi itu dijelaskan mengenai efek dari
kebudayaan atau tradisi yang beragam di Indonesia yang bercampur dengan
nilai-nilai agama sehingga banyak terjadi distorsi atau kesalahpahaman
mengenai mana yang bernilai ibadah dan mana yang bernilai tradisi.
Contohnya seperti, acara tunangan, midodareni, sekatenan, tukar cincin
dsb yang oleh sebagian umat Islam hal-hal tersebut dianggap bernilai
ibadah dan tabu untuk dilewatkan.

Topik yang ketiga yaitu tentang Evaluasi Ramadhan,
dimana disitu dijelaskan tentang apa yang bisa kita lakukan setelah
Ramadhan berlalu dan bagaimana menciptakan atmosfir atau suasana yang
kurang lebih sama dengan ketika Ramadhan. Juga dijelaskan bagaimana
kita menumbuhkan rasa khauf (takut) kepada Sang Pencipta yang nantinya
akan berdampak dengan timbulnya rasa al hubb (cinta) kepada-Nya,
sehingga ibadah-ibadah yang kita lakukan semata bukan hanya untuk
menunaikan kewajiban tetapi karena memang kita membutuhkan dan
mencintai bentuk-bentuk ibadah itu untuk meraih ridha-Nya.

Insya Allah, pengajian berikutnya akan diadakan hari Minggu tanggal 11 Desember 2005 dengan topiknya, "Menjemput Hidayah" (tapi biasanya topiknya akan lebih meluas lagi) dan ustadz Fauzi Nurwahid sebagai narasumber. Syukron Jazaakumullah khair.


Wassalaamu'alaikum wr wb
 




Buku : Ensiklopedi Tokoh Orientalis

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Abdurrahman Badawi
Judul buku: Ensiklopedi Tokoh Orientalis
Penulis: Abdurrahman Badawi
Penerjemah: Amroeni Drajat
Penerbit: LKiS Yogyakarta
Tebal : 448 halaman


Keberadaan kaum orientalis bagi dunia Islam telah menimbulkan perdebatan panjang. Sebagian umat Islam menolak mentah-mentah terhadap kajian yang dilakukan kaum orientalis, karena dipandang telah melecehkan Islam. Hal ini berangkat dari sebagian kesimpulan kaum orientalis yang mewartakan bahwa Islam sebagai agama "saduran" dari agama-agama dan budaya sebelumnya. Kesimpulan seperti ini jelas berkaitan dengan sikap ideologi dan kecemasan kaum orientalis dalam beragama, selain agama yang mereka anut adalah musuh, dan harus dihancurkan.

Perlawanan umat Islam terhadap kaum orientalis model ini, biasanya melakukan counter dengan ajarn agama pula. Bahwa untuk meruntuhkan tesis kaum orientalis yang negatif tersebut, umat Islam harus senantiasa menghidupkan tradisi Islam seperti pada masa jayanya, zaman Rasulullah dan para sahabat. Semua konsep hidup yang baik dapat digali dari agama sendiri tanpa harus memakai konsep barat.

Buku Ensiklopedi Tokoh Orientalis ini berusaha mengenalkan kepada masyarakat tentang profil 205 tokoh orientalis, fokus kajian, aktifitas dan pandangan dan penilaian mereka terhadap Islam. Beberapa nama dalam buku ini, bagi pemerhati bidang islamic thought, tentu telah dikenal seperti, Ignaz Goldziher, Joseph Schacht, Christian Snouck Hurgronje, Theodore Noldeke dan masih banyak lagi nama lainnya. Walaupun hasil penelitian yang mereka lakukan perlu diwaspadai, tetap saja usaha yang mereka lakukan tidak main-main. Banyak diantara para orientalis itu yang menguasai bahasa arab dan bahkan menjadi guru di universitas di dataran timur tengah.

Christian Snouck Hurgronje misalnya, pada tahun 1884 mengadakan petualangan ke jairah Arab, dan menetap di Jeddah sejak Agustus 1884 hingga Februari 1885, sebagai persiapan menuju Mekah, yang merupakan tujuan utama dari petualangannya. Snouck sampai di Mekah pada tanggal 22 Februari 1885 dengan menggunakan nama samaran Abdul Ghafar, karena memang Mekah tertutup untuk yang selain muslim. Dia menetap di Mekah selama enam bulan dan menghasilkan karya berjudul Makah. Namun akhirnya pada bulan Agustus, Snouck dipaksa keluar dari Mekah oleh konsul Prancis.

Usaha yang dilakukan para orientalis memang tidak main-main dalam usahanya untuk meruntuhkan Islam. Genderang perang pemikiran (ghazwul-fikri) terhadap umat Islam telah ditabuh sejak lama. Simaklah apa yang diikrarkan oleh Samuel Zwemmer, seorang orientalis Yahudi pada Konferensi Misionaris di kota Yerussalem, Palestina (1935), Zwemmer mengatakan, "Misi kolonialisme dan misionaris terhadap Islam bukanlah menghancurkan kaum Muslimin. Namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar dia menjadi orang Muslim yang tidak berakhlak. Dengan begitu akan membuka pintu bagi kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam".

Harry Dorman dalam bukunya, Towards Understanding Islam (New York: 1948), mengungkapkan pernyataan seorang misionaris, "Boleh jadi dalam beberapa tahun mendatang, sumbangan besar misionaris di wilayah-wilayah Muslim tidak akan begitu banyak memurtadkan orang Muslim, melainkan lebih banyak menyelewengkan Islam itu sendiri. Inilah bidang tugas yang tidak bisa diabaikan". Maka tunggu apalagi ? siapkan senjata (knowledge) dan kokohkan benteng keimanan. Inilah saatnya ghazwul-fikri.



Thursday, November 24, 2005

Buku : Wanita Yang Dirindukan Surga

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Dr Mushthafa Murad
Judul buku: Wanita Yang Dirindukan Surga
Penulis: Dr Mushthafa Murad
Penerjemah: Muhammad Aniq, Lc
Penerbit: Senayan Abadi Cetakan: I, September 2005


Wanita Pencari Surga

Surga adalah cahaya yang berkilau, aroma wangi yang membuai, istana yang berdiri kokoh, baju, kerudung, dan kebun-kebun rindang yang meneduhkan dan buahnya mudah dipetik. Kalau mau jujur, setiap wanita Muslimah pasti ingin menjadi penghuni surga. Bahkan, lebih dari itu, mereka berharap menjadi wanita yang dirindukan surga.

Seperti apakah wanita yang dirindukan surga itu ? Penulis buku ini menjelaskan dengan gamblang bahwa sesungguhnya wanita yang dirindukan surga adalah wanita yang hatinya selalu bergantung di langit. Bagi wanita pencari surga, hendaknya selalu berpuasa, bangun tengah malam, beribadah, taat, beriman, tobat, bersyukur, sabar, taat kepada Tuhan, taat kepada suami, melaksanakan kewajiban, mendidik anak-anaknya, mengarahkan saudara, menasehati teman, dan menjaga hak tetangga.

Selain itu, berbakti kepada bapak, sayang kepada ibu, selalu introspeksi diri, dan mengawasi jiwa. Mereka harus ingat kesusahannya saat orang-orang bergembira. Mereka harus ingat tangisnya ketika orang-orang tertawa. Penulis juga menegaskan bahwa wanita pencari surga hendaknya mudah tersentuh dan meneteskan air mata, merasa sedih, halus, pendiam, tidak kasar, tidak pelupa, tidak mengumpat, berteriak-teriak, pemarah, pengganggu, berbuat keji, egois, atau suka pamer. "Wanita pencari surga hatinya selalu bergantung di langit dan ruhnya berjalan di surga-surga." (hlm 7)

Untuk menyentuh hati para wanita Muslimah, penulis menyajikan bahasan ringkas namun padat mengenai wanita-wanita mulia yang telah dijamin oleh Allah SWT, akan masuk surga. Para wanita yang mendapat tiket ke surga itu adalah Sarah RA (istri Nabi Ibrahim), Maryam (ibunda Nabi Isa AS), Fatimah binti Muhammad saw (pemimpin para wanita), Siti Khadijah binti Khuwailid (pemimpin wanita umat ini), Aisyah RA (seorang ulama wanita), Hafshah binti Umar RA, Al-Ghumaishaa', Ummu Aiman, Nasibah binti Ka'ab al-Anshariyah (pejuang wanita pertama dalam Islam), dan Atha' bin Abi Rabah. Bagian akhir buku ini menyajikan sifat-sifat bidadari penghuni surga, jumlah bidadari, serta keistimewaan para penhuni surga.

Buku ini amat perlu dibaca oleh setiap Muslimah. Membaca kisah-kisah para wanita yang telah mendapat tiket ke surga, sungguh sangat inspiratif dan akan memberikan dorongan lahir dan batin untuk mengambil teladan dari mereka. Seperti pesan penulis, "Saudariku, bersabarlah di dunia beberapa jam untuk kebahagiaan bermiliar tahun. Bersabarlah sesaat untuk meraih surga, taman-taman indah, dan segala kemuliaan."


Monday, November 14, 2005

Buku : Tersenyumlah

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Health, Mind & Body
Author:Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni
Tersenyumlah

Penulis : Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni
Harga : Rp 37.900 ,00
Seri : Umum
Halaman : 280 halaman


Suatu pagi, seorang Arab Badui ingin ikut shalat Shubuh berjamaah. Ketika itu sang imam membaca surah al-Baqarah, padahal saat itu orang Badui tersebut sedang terburu-buru karena suatu keperluan. Akibatnya, ia tidak dapat memenuhi keperluannya itu. Pada esok harinya, ia kembali ingin mengikuti shalat Shubuh berjamaah. Ketika imam mulai membaca surah al-Fiil, orang Badui tersebut langsung pergi seraya berkata, “Ini pasti lebih lama lagi! Bukankah Al-Fiil (gajah) lebih besar dari al-Baqarah (sapi)?”

***

Diriwayatkan bahwa seseorang pernah mengunjungi orang yang sakit, kemudian ia berkata kepadanya, "Apa penyakitmu ?" Ia menjawab, "Sakit di lutut". Ia berkata lagi, "Saya pernah mendengar satu bait syair yang diucapkan Jarir, tapi saya lupa awal syair tersebut, yang saya ingat adalah bagian akhirnya yang berbunyi, "Dan tidaklah penyakit dua lutut itu ada obatnya". Mendengar perkataannya itu, orang yang sakit itu berkata, "Alangkah baiknya seandainya bagian awal syair itu hilang bersama dirimu"

***

DARI judulnya saja, menggelitik kita untuk mengetahui isi buku setebal 280 halaman ini. Setelah membuka halaman pertama, kita terdorong untuk membuka halaman selanjutnya, dan baru berhenti setelah sampai di halaman terakhir, tanpa lelah, karena asyik membaca sambil tersenyum atau tertawa.

Ya, buku berjudul, Tersenyumlah ini memang patut untuk dibaca. Meskipun buku ini lahir dari Timur Tengah, buku ini jauh dari image yang melekat dari buku terbitan Timur Tengah yang biasanya dicetak apa adanya, tanpa sentuhan seni dan cenderung monoton.

Buku yang diterbitkan Gema Insani Press (GIP) ini, memuat kumpulan humor islami yang sangat bervariasi, mulai dari yang klasik hingga yang lahir pada dekade terakhir. Yang membuat buku ini tambah menarik, humor-humor yang disajikan bukanlah sekadar lelucon murahan, melainkan humor-humor yang cerdas. Bahkan kadang kala untuk bisa tertawa pun, pembaca dituntut untuk mengerutkan kening terlebih dahulu. Karena di balik humor-humor cerdas ini, sarat dengan nilai dan hikmah.

Dalam menulis buku ini, Aidh Al Qarni banyak menggunakan kitab klasik seperti, Akhbaarul Hamqaa wal Mughaffaliin, Akhbaarul Adzkiyaa, Akhbaaruzh Zhuraaf wal Mutamajniin karya Ibnul Jauzy dan banyak lagi kitab-kitab lainnya. Penggunaan kitab-kitab ulama terdahulu sebagai referensinya menjadikan buku humor ini sebagai buku humor yang berkelas dan bukan kacangan.

Tersenyumlah, dunia akan menjadi milik Anda. Setidaknya, begitu ajakan dari buku ini. Senyum memang sebuah kata sederhana, namun memiliki makna yang sangat berarti. Hanya dengan mengembangkan senyum, sudah dinilai sebagai sedekah. Betapa sederhana tampaknya, namun tak mudah juga melakukannya, kecuali bagi orang-orang berhati ikhlas. Mereka yang mampu tersenyum adalah mereka yang ingin membagi kebahagiaannya dengan orang lain. Mereka yang ingin menggugurkan kesedihannya untuk diganti dengan kepasrahan dan tawakal, yang berujung pada kebahagiaan juga.

Mereka yang pandai tersenyum, adalah mereka yang memiliki kecerdasan emosi tinggi. Mereka mampu mengendalikan emosi dengan baik, hingga dalam keadaan diliputi kesedihan dan kemarahan pun tetap bisa tersenyum dengan manis. Dalam keadaan teraniaya pun tetap mampu tersenyum, memancarkan cahaya keikhlasan dari dalam dadanya.

Dahsyatnya kekuatan senyum, telah mengilhami Aidh Al Qarni, penulis muda yang produktif dari Timur Tengah, menyumbangkan buah karya istimewanya ini, untuk mengajak umat tersenyum. Tersenyumlah, karena senyum tak kalah penting dengan beragam ibadah lainnya. Banyak pakar yang berpendapat bahwa tawa dan senyuman itu merupakan penyebab paling kuat yang mendorong manusia menjadi aktif dan produktif.

Kesimpulan dan saran mereka adalah: semua orang - sesuai dengan posisinya di berbagai profesi jika ingin menikmati hidup yang tenang, nyaman, dan bahagia, hendaknya dia menjadi orang yang ceria, tersenyum dan tertawa. Dengan demikian, dia dapat menciptakan suasana yang jernih dan cair, serta dapat mengusir kejenuhan, kebosanan, dan kesusahan hidup.

Orang China sering mengungkapkan suatu hikmah, "Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum, maka hendaknya dia tidak usah membuka usaha dagang." Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa tawa itu merupakan getaran akal yang melenyapkan ketegangan-ketegangan dalam jumlah yang cukup banyak.

Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa tawa itu (yang proporsional dan pada tempatnya) adalah pelipur hati, obat bagi jiwa, dan kenyamanan bagi pikiran yang jenuh setelah bekerja dan menguras tenaga. Senyum dan tawa itu merupakan salah satu keahlian atau seni hidup, tapi banyak orang yang tidak berminat untuk mempelajarinya meskipun cukup mudah.


Sunday, November 13, 2005

Cerita tentang kitab tafsir pertamaku


Assalamu'alaikum


Hari itu adalah hari Minggu yang sangat aku tunggu. Rencanaku hari minggu itu adalah pergi ke toko buku Walisongo di daerah Kwitang. Rencana yang memang telah aku buat semenjak bulan puasa kemarin tapi terus tertahan karena kesibukan di rismata dan i'tikaf. Aku memang punya semacam "ritual" hampir dua bulan sekali untuk mengunjungi toko buku itu atau daerah di sekitarnya untuk sekedar melihat-lihat. Karena di daerah sekitar toko buku Walisongo itu kalau hari Minggu sangat padat dengan para penjual buku emperan mulai dari buku-buku Islam sampai buku-buku umum yang tentu harganya akan sangat berbeda jauh dibanding ketika kita membeli buku di toko-toko buku besar. Kalau misalnya satu buku di Walisongo seharga 65 ribu, di emperan itu bisa kita beli seharga 35 ribu. Lumayan kan 30 ribunya lagi untuk keperluan lainnya :).

Dulu aku pernah membaca satu hadits yang bunyinya seperti ini, "Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orangtuanya." [HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra]. Aku tertarik dengan penafsiran tentang hal yang kedua yaitu ilmu yang bermanfaat, karena ternyata tafsir dari hal tersebut adalah ketika kita meninggalkan dunia ini dengan mewariskan ilmu kepada seseorang lalu seseorang itu membaca dan mengamalkannya lalu dia mengajarkannya lagi ke orang lain, maka pahala itu akan mengalir terus ke kita tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka, Subhanallah....

Berhubung manusia ini dhaif, banyak dosa dan ingin mencari tambahan pahala, maka aku niatkan hari itu aku ingin membeli buku yang selain untukku juga untuk orang lain, yaitu seorang teman di luar Indonesia yang memerlukan ilmu lebih banyak tentang Islam. Maka berangkatlah aku dengan sambil berpikir kira-kira buku apa ya yang cocok aku berikan ke dia
? Sampai di Kwitang di depan Walisongo, mataku mulai berburu di salah satu penjual buku emperan yang berukuran sekitar 2x5m. Seluruh sudut lapak aku telusuri untuk mencari buku-buku yang cocok untukku dan untuk temanku itu.

Tiba-tiba mataku tertahan pada kitab tafsir Ibnu Katsir yang telah lama aku incar tapi selalu saja tertahan untuk membelinya. Bukan apa-apa, kitab tafsir Ibnu Katsir yang berjumlah total 8 jilid itu harga satu jilidnya itu bisa membeli sekitar enam buku standard. Maka aku berpikir, nanti ajalah kitab itu aku beli kalau ada rezeki tambahan dan aku berjanji dalam hati, kitab itu akan aku bawa pulang kerumah suatu hari nanti, pasti !.

Mataku kembali "jelalatan" melihat berbagai buku-buku di emperan itu yang hampir semua buku itu seakan berkata "Ndra, i know you're looking for me, so please take me home with you and i promise to treat you well". Ah bisa aja buku itu merayuku hehe. Setelah sekitar satu jam di emperan itu dan satu jam lagi di Walisongo, aku berhasil membawa pulang beberapa buku dan vcd Islami untukku dan temanku. Lalu aku segera meluncur kerumah temanku di daerah Kemang. Oh ya temanku ini sebenarnya sedang sekolah di luar Indo, tapi buku ini bisa aku titipkan ke ayah ibunya yang memang kebetulan punya rencana mengirim barang ke temanku itu.

Jam setengah empat aku sampai di rumah temanku di Kemang. "Selamat sore om, saya Indra". Ayah temanku itu menyambut dengan ramah, "Oh iya iya silahkan masuk ndra, kita duduk di belakang aja ya supaya lebih santai". Sambil melintasi ruang tamu aku melihat banyak foto-foto keluarga terpampang dengan rapih di dinding. Ah itu dia foto temanku, lucu juga mengenakan kebaya biru dan disanggul. Hey ada juga yang sedang mengenakan kebaya putih dengan rambut disanggul juga. "Hm...beda sekali ya dia sekarang" pikirku, karena sekarang temanku itu sudah mengenakan jilbab.

Suasana di ruang belakang ternyata sejuk. Pohon-pohon dan rumput menghiasi taman belakang dan di pojok kanan ada aquarium dan di pojok lainnya ada kolam renang. Alhamdulillah suasana saat itu mendung, kalau ngga, mungkin aku udah minta izin untuk berenang :). Setelah mempersilakan aku duduk, pria ramah itu kembali masuk kedalam untuk memanggil istrinya yang tak lain adalah ibunda dari temanku. Setelah berkenalan sedikit, kami bertiga mulai terlibat dalam pembicaraan yang seru mulai dari cerita-cerita tentang temanku itu sampai kepada masalah-masalah agama.

"Aduh aku belum ashar"
, setelah berbincang-bincang sekitar satu jam tiba-tiba aku teringat kalau aku belum melaksanakan sholat ashar sedangkan waktu telah menunjukkan setengah lima sore. Aku teringat hadits tentang kemuliaan sholat ashar ini yang membuatku ingin bersegera untuk ashar, diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah al Bajali, Rasulullah saw bersabda : "Sungguh, kamu akan melihat Tuhanmu kelak di surga seperti kamu melihat bulan itu tanpa terhalang suatu apapun, maka jika kamu mampu, jangan sampai kamu terkalahkan oleh nafsumu untuk melaksanakan shalat shubuh sebelum matahari terbit dan shalat ashar sebelum matahari terbenam" [HR. Bukhari].

Tapi ada juga hadits lain yang semakin membuatku ingin menyudahi pembicaraan kami, diriwayatkan dari Abu Al Malih, Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar, maka gugurlah amalnya" [HR. Bukhari]. Wah aku ngga mau perjalananku kesini jadi sia-sia hanya karena gugur satu shalat asharku. "Maaf om, tante, saya numpang ashar dulu ya karena perjalanan Kwitang-Kemang tadi cukup memakan waktu, jadi saya belum sempet ashar dijalan"...

Setelah ashar di musholla atas dekat kolam renang, aku kembali ke tengah-tengah pasangan pria ramah dan wanita yang lembut ini. Kami terlibat lagi pembicaraan yang cukup panjang mulai dari tempat kuliahku, kerjaanku sampai ke masalah tasawuf yang cukup kontroversial itu. Tapi akhirnya waktu pulalah yang harus memisahkan. Jam saat itu menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit, ini saatnya untuk pamit pulang. "Om, tante, saya permisi pulang dulu ya, waktu sudah semakin sore". Jujur,
padahal pembicaraan kami bertiga saat itu sedang seru-serunya tapi langit semakin gelap dan aku masih ada janji lain dengan kakakku dirumah. So i gotta go home.

"Mah, tolong ambilkan buku titipan yang warna hijau itu dong dikamar" pria ramah itu berkata kepada istrinya. Kurang dari semenit istrinya kembali membawa buku hijau yang dimaksud lalu menyerahkan buku itu kepadaku sambil berkata, "Ini buat kamu ndra".

Aku bengong dan...."Maaf tante, ini apa ya ? saya ngga minta tukeran hadiah kok tante" kataku sambil senyum-senyum penuh tanda tanya. "Iya tante juga ngga minta tukeran hadiah kok, tapi ini tante ada amanah yang harus disampaikan ke kamu dan kamu harus terima karena kalau ngga nanti tante yang dosa lho karena dibilang ngga menyampaikan amanah, ayo ini diterima dong".

Hm, jelas aku ngga mau wanita yang baik hati dan lemah lembut itu berdosa gara-gara beliau ngga menyampaikan amanah temanku itu. Aku mengangguk tanda mengerti, lalu beliau menyerahkan buku berwarna hijau itu kepadaku dan aku lihat cover depannya...."Masya Allah, ini kitab tafsir Ibnu Katsir yang tadi aku lihat di Kwitang !", pekikku dalam hati. Kalau saja saat itu mereka berdua tiba-tiba hilang dari hadapanku dan meninggalkan aku sendirian, entah berapa ember haru aku habiskan.

Alhamdulillah ternyata Allah menginginkan kitab tafsir itu kubawa pulang hari ini juga dengan cara yang berbeda. Itulah kitab tafsir pertamaku yang kubawa pulang dengan cara yang tak kuduga samasekali. Selama perjalanan pulang mataku banjir dan ditelingaku terus terngiang suara Rashid Alfasy, qori favoritku, sedang melantunkan ayat dari surat Ar Rahmaan, "Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzibaan" (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?).......


Wassalamu'alaikum

Monday, November 7, 2005

Buku : Ayat-Ayat Cinta

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Romance
Author:Habiburrahman El Shirazy
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
ISBN : 979-3604-02-6
Tebal : ix+418 halaman
Ukuran : 20,5 x 13,5 cm
Harga : Rp. 40.000,00


Inilah salah contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus. Dengan judul yang puitis, Ayat-ayat Cinta (Penerbit Republika dan Basmalla, 2004), penulis novel ini Habiburrahman El Shirazy berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus direpoti dan disesaki oleh istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karekterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi.

Novel ini mengisahkan 'cinta' dan persahabatan antara Fahri yang Muslim dan Maria yang Koptik (Kristen ortodox). Dari sinilah sang novelis lantas berbicara tentang makna hidup, agama dan cinta, dalam latar sosial-budaya Mesir, dengan pendekatan yang sangat Islami. ''Membaca Ayat-ayat Cinta ini membuat angan kita melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan pelangi akhlak yang menghiasi pesona-pesonanya,'' komentar artis Ratih Sanggarwati.

What they say about AAC ?

"Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus!"

AHMADUN YOSI HERFANDA
Sastrawan dan Redaktur Budaya Republika

"Jarang ada buku seperti ini. Saya tidak yakin akan ada novel serupa dari penulis muda Indonesia lainnya; saat ini bahkan mungkin hingga beberapa puluh tahun ke depan. Begitu menyentuh. Begitu dalam. Dan begitu dewasa!"

MOHAMMAD FAUZIL ADHIM
Psikolog dan Penulis Buku-buku Best Seller

"Jika Naguib Mahfuz menulis Mesir dari pandangan orang Mesir, maka Mesir kali ini ditulis dalam pandangan orang Indonesia. Novel ini ditulis oleh orang Indonesia yang paham betul seluk-beluk negeri itu, hingga ke detail-detail yang paling kecil. Ia hidup, berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari; lalu menyerap spirit dan pengetahuan darinya, dan dituangkan dengan sepenuh hati dalam bentuk novel kaya. Ditulis dengan bahasa yang lancar, dengan tokoh-tokoh yang 'hidup' dan berkelebatan dalam berbagai karakter. Membaca novel ini seperti membuka cermin cakrawala yang terbuka..."

JONI ARIADINATA
Cerpenis, Redaktur Jurnal Cerpen Indonesia

"Novel yang tidak klise dan tak terduga pada setiap babnya. Habiburrahman El Shirazy dengan sangat meyakinkan mengajak kita menyelusuri lekuk Mesir yang eksotis itu, tanpa lelah. Tak sampai di situ, Ayat Ayat Cinta mengajak kita untuk lebih jernih, lebih cerdas dalam memahami cakrawala keislaman, kehidupan dan juga cinta."

HELVY TIANA ROSA
Ketua Umum Forum Lingkar Pena

"Membaca Ayat Ayat Cinta ini membuat angan kita melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan 'pelangi' akhlak yang menghiasi pesona-pesonanya. Sungguh sebuah cerita yang layak dibaca dan disosialisasikan pada para pemburu bacaan popular yang sudah tidak mengindahkan akhlak sebagai menu utamanya, agar dunia bacaan kita terhiasi karya-karya yang 'membangun'."

RATIH SANGARWATI
Artis dan Peragawati

"Sangat romantis dan humanis! Novel ini saya rasakan begitu kuat dalam ajaran, perasaan, dan penokohannya. Luar biasa, hati saya gerimis selesai membacanya!"

HAMIZAR "BAZARVIO" RIDWAN
Sastrawan dan Wartawan Pontianak Post

"Cerita yang disajikan benar-benar bisa membuat pembaca memasuki Mesir dengan detail kota yang menakjubkan. Kisah cinta yang ditawarkan pun bukan kisah cinta kacangan. Inilah novel yang ditulis menggunakan referensi kitab-kitab Islam klasik sehingga mempunyai bobot dakwah tanpa pembaca merasa didakwahi. Seperti komentar yang diatas, novel ini memang bisa membuat hati gerimis, ngga perempuan ngga laki pokoknya gerimis mengundang. Selamat membaca dan jangan lupa siapin tissue !"

INDRA YOGISWARA
Aktivis Multiply & Kutubuku

"Membaca novel ini, nutrisi cinta seakan mengalir memenuhi jiwa. Dan pikiran kiat terpenuhi oleh berbagai pengetahuan dan wawasan. Inilah karya fiksi yang tidak 'mengelabui'. Bagus sekali."

ANNA R. NAWANING
Cerpenis dan Penulis Sastra Islami




Buku : 65 Manusia Langit, Perjalanan Hidup Sahabat Rasulullah

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:Dr Abdurrahman Ra'fat al-Basya
Judul buku: 65 Manusia Langit: Perjalanan Hidup Sahabat Rasulullah Penulis: Dr Abdurrahman Ra'fat al-Basya
Penerjemah: Asep Sobari, Lc dan Yuni
Penerbit: Senayan Abadi
Cetakan: I, September 2005


Berkaca Pada Sahabat Rasulullah

Siapa pun yang menelusuri jejak perjalanan hidup para sahabat Rasulullah akan mendapati sosok-sosok manusia dengan prestasi luar biasa. Manusia yang mampu membangkitkan semangat juang di jalan Allah dan menyempurnakan kesabaran mempertahankan keislaman mereka saat ujian dan fitnah mendera bertubi-tubi. Kepribadian mereka yang agung dapat menghidupkan hati setiap orang yang membaca kisah mereka. Tidak ada satu pun di antara mereka, kecuali telah melukiskan sejarah keharuman manusia yang mesti dijadikan teladan.

Buku ini memuat kisah hidup dan perjuangan para sahabat agung itu. Yakni, mereka yang telah meneguk air keimanan langsung dari Rasulullah SAW. Mereka juga telah merasakan manisnya berjuang di jalan Allah dan indahnya hidup dalam embusan napas kesabaran untuk mempertahankan akidah dan iman mereka. Penulis mengumpulkan perjalanan hidup 65 sahabat Rasulullah. Mereka antara lain Anas bin Malik, Abdullah bin Jahsy, Abu Dzar al-Ghifari, Salman Al-Farisi, Abdullah bin Abbas, Zaid bin Haritsah, Bilal bin Rabah, dan Zaid bin Tsabit. Selain itu, Abdurrahman bin Auf, Ja'far bin Abi Thalib, Abu ad-Darda', Muadz bin Jabal, Utsman bin Affan, hingga Amr ibnu Ash.

Hal yang menonjol pada diri para sahabat agung itu adalah keikhlasan dan ketulusan mereka dalam menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mereka mencintai diri sendiri dan keluarganya. Merek rela mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya demi perjuangan Islam yang mulia. Setiap kali turun ayat Alquran, merekalah orang-orang pertama yang berlomba-lomba untuk melaksanakannya. Penulis berhasil menyajikan kisah hidup para sahabat secara ringkas namun padat, dengan kutipan dan dialog-dialog yang menarik.

Setiap tokoh sahabat ditulis dengan simpati dan empati yang mendalam, sehingga mampu menyentuh batin orang-orang yang membacanya. Buku ini amat perlu dibaca oleh setiap Muslim. Dengan berkaca pada para sahabat Rasulullah, insya Allah kita akan memperbaiki kehidupan kita menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Thursday, November 3, 2005

Yang telah berlalu


Mungkinkah mulut berucap jujur

Mungkinkah telinga mendengar bisikan malaikat

Mungkinkah hidung senang mencium wangi kasturi

Mungkinkah mata memandang yang hak

Mungkinkah tangan menguasai secukupnya

Mungkinkah kaki melangkah ke puncak kebenaran

Mungkinkah hati menyimpan mutiara yang bersih

Mungkinkah tubuh ini kembali menghamba pada-Nya



Bukankah Allah SWT Maha segalanya

Diberinya kita selalu kesempatan

Ramadhan nan berkah gerbang pencucian diri

Akankah ada kesempatan kembali di tahun depan



Kumandang takbir bergema dipagi hari

Pertanda Ramadhan telah berlalu

Bergetar hati tangis terurai

Berharap diri kembali fitri

Hanya Allah Yang Maha Tahu



Taqobbalallahu Minna wa Minkum

Semoga Allah membalas segala amal perbuatan kita

Aamiin Allahumma Aamiin